Buku tentang Riwayat Tarian Keraton

14 Sep 2015

Selain membahas tentang perkembangan tari, secara khusus buku ini membahas beberapa jenis tari. Yaitu beksan tunggal (seperti tari Golek gaya Yogyakarta dan Gambyong gaya Surakarta), beksan Wireng dan Pethilan (seperti Lawung gaya Yogyakarta, Kethek Ogleng dan Bambangan Cakil).

Judul : Sabdatama: Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dedongengan Bab Beksan (Materi Giaran Apresiasi Tari RRI Yogyakarta) 
Penulis : Sumaryono 
Penerbit : DKB + eLKAPHI, 2006, Yogyakarta 
Bahasa : Jawa halus (krama inggil) 
Jumlah halaman : xxxvi + 167

Kesenian adalah salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Karena dengan seni masyarakat dapat memupuk jati diri atau kepribadian. Demikian juga dengan masyarakat Jawa, yang sudah tentu tidak asing lagi dengan seni tari atau beksan. Dalam buku ini khusus dibahas seni tari dari ‘bekas’ kerajaan Mataram Islam.

Dalam sejarahnya kerajaan ini pecah menjadi 4, yaitu Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Mangkunegaran dan Paku Alaman. Dalam hal tari masing-masing mempunyai atau mengembangkan gaya atau ciri khas tersendiri. Tetapi induknya tetap sama yaitu berasal dari kerajaan Mataram.

Interaksi yang terjadi antar kerajaan tersebut (misalnya melalui perkawinan) mengakibatkan terjadinya saling mempengaruhi dalam gaya tari. Misalnya beberapa tarian di kadipaten Paku Alaman terpengaruh Kasunanan Surakarta. Atau tarian dari Mangkunegaran terpengaruh Kasultanan Yogyakarta.

Selain di keraton, di kalangan masyarakat kebanyakan juga berkembang berbagai macam jenis tarian. Interaksi yang terjadi membuat tarian dari keraton keluar, demikian pula sebaliknya tarian yang berasal dari masyarakat masuk ke dalam keraton. Hal ini tentu saja melalui berbagai proses penyesuaian.

Selain membahas tentang perkembangan tari, secara khusus buku ini membahas beberapa jenis tari. Yaitu beksan tunggal (seperti tari Golek gaya Yogyakarta dan Gambyong gaya Surakarta), beksan Wireng dan Pethilan (seperti Lawung gaya Yogyakarta, Kethek Ogleng dan Bambangan Cakil) serta sandiwara beksan (seperti tari Wayang Topeng, Langen Mandrawanara gaya Yogyakarta dan tari Wayang Golek Menak).

MKusalamani

EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 17-09-15

    Arwinto Bersorban Aw

    Dalam antologi ini terdapat 101 puisi, yang dibagi dalam dua bab. Pada bagian pertama diberi judul “Pulang Ke Tubuh Sendiri” dan bagian kedua... more »
  • 17-09-15

    Jembatan Nambangan-N

    Hal yang menarik dari Jembatan Nambangan-Nangsri ini adalah pintu plat baja yang cukup besar. Pintu ini ditempatkan di ujung jembatan di wilayah... more »
  • 17-09-15

    Kegelisahan Rence Al

    Dampak sosial orkes ini juga nyata dirasakan. Dua kampung bertetangga yang sebelumnya bertikai akhirnya malah kini berdamai karena keduanya terlibat... more »
  • 16-09-15

    “Jagongan Wagen Goes

    Setelah menjalani program selama kurang lebih enam bulan di Bantul Yogyakarta, delapan dari sepuluh seniman terpilih penerima beasiswa Program... more »
  • 16-09-15

    Rombongan SMPN1 Gode

    “Wah hebat ya Tembi, pemiliknya ternyata ahli sejarah. Namanya tadi siapa Pak?” celutuk seorang siswi, Dewi di sela-sela penjelasan. Lalu Tembi... more »
  • 16-09-15

    Musik Menandai Ulang

    “Amistad” yang berarti persahabatan; merupakan tajuk dari pagelaran konser perayaan hubungan diplomatis Indonesia dan Peru yang telah berlangsung... more »
  • 15-09-15

    Dewa Budjana Bawakan

    Album solo terbaru Dewa Budjana dirilis Februari 2015. Album ke-8 itu diberi nama ‘Hasta Karma’, yang ditampilkan di di Bentara Budaya Jakarta, Kamis... more »
  • 15-09-15

    Antologi Puisi Saksi

    Buku antologi puisi dengan tema saksi korban, berjudul “Jalan Remang Kesaksian” sedang dalam proses cetak, dan direncanakan akan di-launching dalam... more »
  • 15-09-15

    Merti Dusun Sebagai

    Merti dusun ini dilaksanakan untuk mengucapkan rasa syukur warga atas berkah Tuhan selama setahun yang telah mereka terima. Selain itu juga merupakan... more »
  • 14-09-15

    Jagal Bilawa (2): Be

    Dikarenakan Matswapati tidak segera menjawab, maka Bilawa mengulangi pertanyaannya, apakah engkau tidak yakin aku menang? Pada akhirnya Matswapati... more »