Bilawa (3): Tenang dan Percaya Diri

29 Sep 2015

Pada saat Bilawa menapakkan kakinya memasuki alun-alun, semua mata menatapnya. Inilah orang yang dipilih raja mereka untuk menandingi Rajamala. Tubuhnya perkasa, langkahnya tenang penuh percaya diri, bak seorang pemenang.

Di negara Wirata Bilawa tidak sendirian. Keberadaan sebagai tukang jagal yang membantu Jagal Welakas dibarengi dengan keberadaan Wrahatnala sebagai guru tari di keputren. Rupanya keduanya mempunyai hubungan saudara yang sangat dekat. Terbukti apa yang dirasakan Bilawa juga dirasakan oleh Wrahatnala. Ketika Bilawa melakukan persiapan baik fisik maupun batin untuk bertarung melawan Rajamala, Wrahatnala pun melakukan persiapan yang sama. Seakan-akan keduanyalah yang mau bertarung melawan Rajamala. Wrahatnala tahu bahwa lawan Bilawa bukan orang sembarangan, ia sakti dan kuat. Namun bukan berarti tidak dapat dikalahkan. Wrahatnala mencari tahu seperti apa kekuatannya dan di mana pula kelemahannya.

Sementara itu negara Wirata menjadi dingin dan senyap. Tidak ada aktivitas yang mencolok seperti hari-hari biasanya. Semuanya itu untuk memenuhi permintaan Bilawa, agar raja beserta rakyatnya berdoa dan berpuasa menjelang pertarungannya. Entah apa yang membuat raja Matswapati menuruti permintaan Bilawa. Mungkin karena jika Bilawa kalah, Matswapati kehilangan negara, tempat dirinya menjadi raja. Atau mungkin juga karena kepolosan, kejujuran, kebersahajaan serta kerendahan hati Bilawa, sehingga hati sang raja luluh. Namun apa pun alasannya, semua itu menjadikan Bilawa semakin mantap melangkah ke arena ‘blabar kawat’ pertarungan hidup mati.

Di hari yang telah ditentukan, alun-alun Wirata berubah menjadi lautan manusia. Hampir semua kawula Wiratha di penjuru negeri, tumpah ruah di alun-alun. Rajamala jago dari Kanoman beserta para botohnya telah siap di arena. Sementara itu Bilawa jago dari Kasepuhan belum nampak. Sebagian besar dari yang datang sudah mengenal Rajamala, namun belum mengenal Bilawa, kecuali sebagian kecil orang-orang tinggal di kampung penjagalan.

Maka tidaklah heran jika mereka penasaran ingin melihat seperti apakah sosok Bilawa yang dipilih menjadi jago Kasepuhan. Tentunya bukan orang sembarangan. Ia pastilah orang yang kuat dan sakti. Kalau tidak, mana mungkin Prabu Matswapati memilihnya. Sementara orang-orang masih menerka tentang sosok Bilawa, waktu pun seakan merambat pelan. Sosok yang dinanti belum juga menampakkan diri.

Rajamala yang berkulit kemerahan seperti tembaga semakin tak sabar. Badannya mulai berkeringat, entah gerah, entah tegang ataukah karena cemas menunggu lawannya belum datang. Jika sampai dengan tabuh sepuluh jago Kasepuhan belum datang, maka jago dari Kanoman dinyatakan menang. Demikian perjanjian yang disepakati. Walaupun masih ada waktu cukup lama menjelang tabuh sepuluh, rupanya mereka sudah mulai tidak sabar menantikan dimulainya tontonan langka adu manusia.

Entah disengaja sebagai salah satu strategi ataukah memang ada kendala secara teknis sehingga jago dari Kasepuhan dikeluarkan menjelang batas akhir waktu dimulainya pertarungan. Namun dampaknya sungguh luar biasa. Pada saat Bilawa menapakkan kakinya memasuki alun-alun, semua mata menatapnya. Inilah orang yang dipilih raja mereka untuk menandingi Rajamala. Tubuhnya perkasa, langkahnya tenang penuh percaya diri, bak seorang pemenang. Kemunculan Bilawa dielu-elukan semua orang. “Bilawa! Bilawa! Bilawa!” Mereka berteriak menyebut namanya sembari melambai-lambaikan tangan. Bilawa muncul pada saat yang tepat. Saat di mana puncak dari harapan dan kecemasan, jadi tidaknya adu manusia terjawab sudah.

Kini Bilawa telah berhadapan dengan Rajamala. Keduanya saling menjajagi kekuatan lawan. Sesuai dengan wataknya yang polos apa adanya, Bima tidak mau mencoba-coba. Ia langsung mengetrapkan ajian andalannya yaitu sepiangin untuk kecepatan geraknya dan Bandung Bandawasa untuk kekuatan tenaganya. Jika Rajamala mempunyai kecepatan melebihi daya kecepatan sepiangin ataupun mempunyai kekuatan melebihi daya kekuatan ajian Bandung Bandawasa, maka kekalahan Bilawa ada di depan mata dan negara Wirata akan segera beralih tangan dari Prabu Mastwapati.

Lukisan dan naskah: Herjaka HS

EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 17-10-15

    Roro Mendut, Ketangg

    Sanggar seni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengangkat kisah Roro Mendut dimaksudkan untuk menyampaikan pesan kepada anak muda agar memiliki... more »
  • 17-10-15

    Tari Edan-edanan Mus

    Tari Edan-edanan itu mengiringi penampilan “Loro Bonyo”, sepasang pangantin yang naik andong. Sepasang pengantin yang mengenakan busana pengantin... more »
  • 17-10-15

    Minggu Kliwon Hari B

    Penghitungan hari jenis ini disebut perhitungan Panca Suda, yang menentukan risiko baik atau buruk dari arah kita bepergian. Minggu Kliwon, 18... more »
  • 17-10-15

    Sapa Serakah Ora Ber

    Pepatah ini menjadi semacam peringatan akan perilaku, niatan, tindakan, dan perbuatan orang supaya tidak serakah karena keserakahan tidak akan... more »
  • 16-10-15

    Kisah Kelahiran Dasa

    Dengan membaca cerita dalam buku ini kita akan lebih mengetahui pedalangan gaya Jawa Timuran dan perbedaannya dengan gaya daerah lain. Judul :... more »
  • 16-10-15

    Wanto Tirta Penyair

    Selain menulis puisi Wanto juga menulis geguritan, yaitu puisi bahasa Jawa. Jadi, dia penyair sekaligus penggurit. Tapi, agaknya, ia lebih tekun... more »
  • 16-10-15

    Wayang Bocor Tawarka

    Jangan bayangkan bentuk wayang kulit tradisional Jawa dengan segala bentuk lekuknya, pada pertunjukan Wayang Bocor. Di tangan Eko Nugroho bentuk... more »
  • 15-10-15

    Pohon Lontar Yang Mu

    Manfaat pohon lontar di samping dapat disadap niranya untuk bahan pembuatan gula dan tuak, buah mudanya pun enak disantap, campuran minuman, dan lain... more »
  • 15-10-15

    Pelajar Global Schoo

    Ada beberapa kegiatan budaya yang mereka praktekkan secara langsung, baik di lahan terbuka maupun di dalam ruangan. Praktek di lahan terbuka berupa “... more »
  • 13-10-15

    Buku Lawas Tentang K

    Ini tergolong naskah kuno, terbitan Kolf Buning, 1929. Buku yang menjadi koleksi Perpustakaan Tembi ini berisi tentang gugurnya raja Bukbis (salah... more »