Batu yang Berbicara Versi Sri Maryanto
Author:editorTembi / Date:02-09-2014 / Lithografi adalah teknik yang merupakan cikal bakal dunia percetakan modern dan cukup sulit karena menggunakan batu sebagai medium cetaknya. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir atau bahkan lebih, arus besar seni rupa di Indonesia tidak terdengar ada pameran karya-karya yang menggunakan teknik lithografi.
Karya Sri Maryanto, “Berlian”
Sebanyak 58 buah karya seni grafis yang menggunakan teknik lithografi karya Sri Maryanto, pegrafis Indonesia kelahiran 13 Mei 1976 yang sedang menyelesaikan studinya di Akademie der bildenden Kunste, Munich Jerman, digelar di Bentara Budaya Jakarta pada hari Kamis 28 Agustus 2014.
Kumpulan karya Sri Maryanto
Karya yang dipertunjukkan diumpamakan sebagai sebuah catatan untuk tetap mengingat tentang segelintir pengalaman hidup sang pengrafis, juga tentang refleksi pemikirannya yang diharapkan dapat “berbicara” kepada penikmat seni.
Sri mengungkapkan bahwa lithografi adalah teknik yang merupakan cikal bakal dunia percetakan modern dan cukup sulit karena menggunakan batu sebagai medium cetaknya. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir atau bahkan lebih, arus besar seni rupa di Indonesia tidak terdengar ada pameran karya-karya yang menggunakan teknik lithografi.
Menurut Sri Maryanto hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, alat dan material bahkan sumber daya senimannya sendiri. Karena sampai saat ini teknik lithografi di Tanah Air hanya terdapat di kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Beruntunglah Sri bisa meneruskan keinginannya untuk lebih mempelajari teknik tersebut di Jerman karena selama kuliah di ISI Yogyakarta, hanya teori yang ia dapatkan.
Tayangan video tentang proses Sri berkarya dengan teknik lithografi
Pameran malam itu juga diiringi oleh alunan biola lembut dari Marcella. Para pegunjung juga mendapat sajian visual berupa video pembuatan beberapa karya Sri Maryanto untuk menunjukkan bahwa kompleksitas proses berkarya lithografi sangat menyenangkan seperti proses belajar yang tidak ada habisnya.
Naskah dan Foto : Beatrix Imelda
Berita budayaLatest News
- 05-09-14
Tidak Bisa Disangkal
Banyak fotografer yang menjadi kurang sadar etika ketika membidikkan kameranya. Lihat saja pada peristiwa upacara keagamaan Waisak di Borobudur.... more » - 05-09-14
55 Penyair Membaca B
Penyair yang menulis Bantul bukan hanya mereka yang tinggal di Bantul, tetapi penyair yang pernah bersentuhan dengan Bantul, apapun bentuk... more » - 05-09-14
Macapatan Malam Rabu
Ibarat hidup adalah sebuah tanaman, macapatan dan gendhing-gendhing Jawa adalah pupuknya. Tanaman akan tumbuh dengan sehat dan segar jika selalu... more » - 04-09-14
Denmas Bekel 4 Septe
more » - 04-09-14
Festival Museum DIY
Festival Museum Yogyakarta 2014 yang mengambil tema “Membangun Karakter Generasi Muda melalui Museum” dan tagline “Museum Goes to School” akan... more » - 04-09-14
Baca Geguritan untuk
Memang, geguritan yang dibacakan oleh para penggurit tidak berkisah langsung mengenai seni rupa, tetapi tema Jawa pada karya Apri Susanto yang ‘... more » - 03-09-14
Kidung Tantri Kediri
Judul : Kidung Tantri Kediri Penulis : Revo Arka Giri Soekatno Penerbit : EFEO, Obor + KITLV, 2013, Jakarta Bahasa :... more » - 03-09-14
Sing Bisa Njejegake
Pepatah Jawa yang berbunyi “sing bisa njejegake adil” berlaku tidak saja untuk pemimpin atau penguasa namun juga bawahan atau orang awam pada umumnya... more » - 03-09-14
Konser Nostalgia 10
Band beraliran blues Gugun Blues Shelter rayakan hari jadinya yang ke-10 di Kafe Star Deli Kemang, Jakarta Selatan. Konon kafe ini yang mau memberi... more » - 02-09-14
Sudah Lebih dari Set
Kompleks bangunan PG-PS Madukismo didirikan di atas bekas PG Padokan yang telah rata dengan tanah karena dibumihanguskan dalam peristiwa Clash II... more »