Wayang Pusaka Keraton Yogyakarta Bergelar Kangjeng Kyai dan Kyai
Author:editorTembi / Date:20-08-2014 / Setiap malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pusaka itu diberi berbagai macam sesaji berikut asap dupa ratus. Tujuannya supaya keadaan wayang terjaga dengan baik, dan sudah barang tentu akan memengaruhi keawetannya.
Pusaka wayang koleksi Keraton Yogyakarta
Menurut catatan KRT Pujaningrat BA Penghageng II Lembaga Kawedanan Hageng Sri Wandawa bertajuk Pengetan Ringgit Sepuh (Pusaka), paling tidak terdapat 36 wayang pusaka, yang disimpan di Bangsal Prabayeksa, Keraton Yogyakarta, bersama-sama dengan pusaka jenis lainnya.
Setiap malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pusaka itu diberi berbagai macam sesaji berikut asap dupa ratus. Tujuannya supaya keadaan wayang terjaga dengan baik, dan sudah barang tentu akan memengaruhi keawetannya.
Sebagian wayang pusaka itu diberi sebutan Kangjeng Kyai (KK) seperti KK Teja Tumurun, KK Wijaya kusuma, KK Bayukusuma, KK Yudasmara, KK Jayaningrum, KK Pancaresmi. Sebagian lagi dengan sebutan Kyai seperti Kyai Gumbal, Kyai Klabang, Kyai Kisir, Kyai Tutuka, Kyai Kilat, Kyai Guntur, Kyai Ketug serta KK Wisuna. Perbedaan sebutan itu sebagai tanda urut kedudukan wayang. Sebutan Kangjeng Kyai menjadi tanda lebih tinggi kedudukannya dibanding wayang dengan sebutan Kyai.
KK Teja Tumurun adalah sebutan wayang kulit Bathara Guru karya Hamengku Buwana IX. Juru penatah MW Dwijawiguna. Ciri wajah menunduk atau praupan tumungkul dengan warna kuning mas brongsong. Pakaiannya motif batik parang klithik. Namun tidak digambarkan duduk di atas lembu andhini seperti wayang Bathara Guru lainnya.
Jumlahnya ada dua. Awalnya satu tersimpan di Keraton Ngayogyakarta dan satunya di Bogor. Setelah Sultan Hamengku Buwana IX wafat, wayang yang ada di Bogor kemudian dibawa kembali ke keraton.
KK Harimurti sebutan wayang kulit Kresna karya Hamengku Buwana II. Juru penatah Joplono. Ini tergolong wayang wanda mangu untuk awal pertunjukan. Ciri wajah atau praupan luruh awerna kuning emas (brongsong).
KK Wijayakusuma sebutan pusaka wayang kulit Yudhistira Gembleng karya Hamengku Buwana II tahun 1792. Juru tatah Joplono. Wanda panuksma untuk keperluan awal pertunjukan. Bercirikan wajah menunduk atau praupan tumungkul warrna kuning mas. Pernah dikoleksi seorang guru di Tegal Jawa Tengah.
KK Jayaningrum buatan Sultan Hamengku
Buwana I tahun 1779
KK Bayukusuma sebutan pusaka wayang kulit Bima karya Hamengku Buwana II tahun 1795. Juru tatah Joplono. Wanda lintang bimasekti untuk adegan awal pertunjukan. Ciri wajah melongok warna kuning mas (brongsong). Pernah dikoleksi Wijnschenk, orang Belanda yang tinggal di Sanasewu Yogyakarta.
KK Yudhasmara sebutan pusaka wayang kulit Janaka karya Hamengku Buwana II tahun 1777. Juru tatah Resopenatas. Wanda Kinanti untuk adegan perang. Ciri wajah sedikit menengadah atau praupan ndangak warna hitam. Wayang ini pernah jadi koleksi seorang warga Ambarawa, Jawa Tengah.
KK Pancaresmi sebutan pusaka wayang kulit Janaka karya Hamengku Buwana II tahun 1782. Wanda yudhasmara untuk adegan perjalanan. Ciri wajah menunduk atau praupan tumungkul warna hitam. Pernah dikoleksi Tjon Hwi warga Wates, Kulonprogo.
KK Jayaningrum sebutan pusaka wayang kulit Janaka karya Hamengku Buwana I tahun 1779. Wanda kinanti untuk adegan perang. Ciri wajah menengadah atau praupan ndangak, warna hitam. Pernah dikoleksi seorang pegawai Kelurahan di Salatiga.
GBPH Jayakusuma menerangkan bahwa saat kembalinya wayang tersebut bersamaan waktu saat Sultan Hamengku Buwana IX memberi nama putra lelaki sulung BRM Herjuna Darpito tahun 1958. Sebelumnya hanya dipanggil dengan sebutan Denmas Timur.
Uniknya dari wayang KK Jayaningrum ini terletak pada hiasan bagian leher yang nampak belum selesai dengan sempurna. Saat menatah Hamengku Buwana I terpaksa berhenti, karena harus segera menunggui sang permaisuri yang akan melahirkan.
Selain itu terdapat juga wayang pusaka Kuda Sembrani karya Sultan Agung sebagai penanda peristiwa pembuatan bendungan Sungai Opak tahun 1635 M. Airnya untuk mengisi kolam besar yang ada di lingkungan Keraton Kerta.
Masih ada satu wayang pusaka yang belum kembali pulang. Konon kembalinya wayang tersebut menjadi tanda Keraton Yogyakarta akan makmur sentosa.
Hugo M Satyapara
Yogyakarta KeratonLatest News
- 21-08-14
Hendrawan Nadesul In
Selain dikenal sebagai dokter, ia juga penyair. Sejak tahun 1970-an dia sudah menulis puisi. Dalam ‘peta penyair’ di Indonesia, Hendrawan tercatat... more » - 21-08-14
Ukir Perak Kotagede
Judul : Ukir Perak Kotagede. Penulis : Dr. Widya Nayati, M.A., dkk Penerbit : Balai Pelestarian Nilai Budaya + Pusat Sudi... more » - 21-08-14
Ayam Goreng Sentolo
Ayam yang diungkeb ini kemudian digoreng dengan waktu yang cepat sehingga tekstur daging dan kulit ayam tidak mengeras seperti ayam goreng pada... more » - 21-08-14
Raya Indonesia Menga
Raya Indonesia merupakan pertunjukan yang mengajak generasi muda untuk bangun dan meninggalkan ketidakpedulian akan bangsa dan Tanah Air-nya yang... more » - 21-08-14
Faces Of Java, Puisi
Faces of Java merupakan judul antologi puisi dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris karya Iman Budhi Santosa. Ia penyair yang aktif menulis puisi... more » - 21-08-14
Sinta Ilang, Menghar
Ki Faizal Noor Singgih menyampaikan pesan pada cerita ‘Sinta Ilang’ bahwa Sinta adalah manusia lemah, namun begitu berharga dan bernilai tinggi di... more » - 20-08-14
Wayang Pusaka Kerato
Setiap malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon pusaka itu diberi berbagai macam sesaji berikut asap dupa ratus. Tujuannya supaya keadaan wayang terjaga... more » - 19-08-14
Monolog Garingan dar
Meski monolog garingan, tetapi penampilan Thomas cukup bagus. Ia tampil sungguh-sungguh dengan penghayatan peran memikat. Sering kali ia bermain... more » - 19-08-14
Gending Djaduk Tanda
Tidak muluk yang diharapkan Djaduk Ferianto sebagai seorang musisi di usianya yang sudah setengah abad. Lewat musik ia ingin berdialog dengan siapa... more » - 19-08-14
Kunjungan SMK I Sewo
Kunjungan ini dirasa perlu untuk melengkapi pengetahuan siswa tentang berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat yang ada di sekitarnya.... more »