Berbagi Rasa Dan Suasana Dalam Untaian Nada Bersama Frau

02 Nov 2015

Dalam konser ini Frau mencoba menghadirkan pengalaman baru yang lebih menyeluruh dalam menikmati musik. Frau, atau yang akrab disapa Lani bersama Oskar pianonya, mengajak para penonton untuk terlibat aktif dalam berbagi narasi, ilustrasi maupun keluh kesah atas rasa yang muncul ketika mendengarkan lagu-lagu yang ia bawakan.

Musik memiliki beragam dimensi yang dapat dicecap oleh berbagai indera, bukan hanya mata dan telinga. Rasa bagaikan untaian nada, tak harus diucap namun dalam terasa. Sebuah pertunjukan musik bertajuk “Tentang Rasa” yang disajikan oleh Frau berhasil membius penonton yang memenuhi Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, pada Kamis, 29 OKtober 2015.

Dalam konser ini Frau mencoba menghadirkan pengalaman baru yang lebih menyeluruh dalam menikmati musik. Frau, nama panggung Leilani Hermiasih atau yang akrab disapa Lani bersama Oskar pianonya, mengajak para penonton untuk terlibat aktif dalam berbagi narasi, ilustrasi maupun keluh kesah atas rasa yang muncul ketika mendengarkan lagu-lagu yang ia bawakan. Suasana yang tercipta dalam gedung pun seakan tak ingin ketinggalan untuk turut serta berbagi rasa di malam itu.

Kadang pengalaman musik seseorang tak pernah sama, tak peduli cerita apa di balik buah karya tersebut. Akan tetapi malam itu semua penonton yang hadir dibawa hanyut dalam suasana, suara merdu beriring alunan piano membentuk satu kesatuan irama yang dinamis. Sepenggal cerita ia hadirkan sesaat sebelum lagu dimainkan, di sinilah penonton berkreasi tentang imajinasi yang tidak terbatas.

Bercerita tentang pengalaman musikal, Lani atau Frau mempunyai cerita yang membuatnya menangis tersedu-sedu tanpa alasan, yaitu ketika ia mendengarkan lagu “La Meme Histoire” dari singer-song writer Kanada yang bernama Feist dan lagu tersebut ia dengarkan berulang kali. Meski sama sekali tidak mengerti apa yang dinyanyikan, tapi air matanya tetap mengalir deras. “Saya tidak sedih, tapi mungkin terharu karena bisa menikmati mewahnya pengalaman musikal seperti ini,” ujar Lani.

Sebelum diadakan di Yogyakarta, konser dengan tema yang sama ini telah berlangsung di Bandung 22 Mei silam. Mengenai gagasan pertunjukkan, Lani menjelaskan konser Tentang Rasa disajikan bukan sebagai sebuah pernyataan, melainkan pertanyaan yang harus dijawab saat akhir pertunjukan yaitu dengan menuliskan kesan di sebuah kertas yang telah dibagikan oleh panitia.

Konser Tentang Rasa ini berlangsung selama dua hari di tempat dan waktu yang sama yaitu Kamis, 29 Oktober dan Jumat 30 Oktober 2015.

Naskah dan Foto: Indra Waskito

Konser Frau, Tentang Rasa, di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, Kamis, 29 Oktober 2015, foto: Indra Waskito Konser Frau, Tentang Rasa, di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta, Kamis, 29 Oktober 2015, foto: Indra Waskito SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 06-11-15

    Gugon Tuhon

    Gugon tuhon lebih menggambarkan kepercayaan akan sesuatu yang tidak berdasarkan logika dan olahan akal budi. Kepercayaan yang dipercaya begitu saja... more »
  • 06-11-15

    Menghidupkan Angka D

    Lakon ini memadukan antara pertunjukan, seminar dan penelitian, yang ketiganya tak terpisahkan. Dalam kata lain, pertunjukan “100% Yogyakarta”, meski... more »
  • 06-11-15

    Kamus Jerman-Indones

    Perpustakaan Tembi punya banyak koleksi buku maupun naskah kuno. Sebagian koleksi tersebut tercatat diterbitkan jauh sebelum Indonesia merdeka.... more »
  • 05-11-15

    Tembang Kenangan Koe

    Lagu-lagu Koes Plus dan Koes Bersaudara akan dikumandangkan pada hari Sabtu, 7 November 2015, pukul 19.30 di Tembi Rumah Budaya dalam acara ‘Tembang... more »
  • 05-11-15

    Teater Koma Pentaska

    Naskah klasik Rusia akan diangkat oleh Teater Koma dalam produksi terbarunya "Inspektur Jendral," bercerita tentang kondisi pejabat dan aparat korup... more »
  • 05-11-15

    Festival Memedi Sawa

    Pada FMS kali ini bentuk memedi sawah, yang umumnya terbuat dari jerami atau sekam padi, semakin bervariasi dan beraneka ragam. Memedi sawah adalah... more »
  • 05-11-15

    Denmas Bekel 5 Novem

    Denmas Bekel 5 November 2015 more »
  • 03-11-15

    Ludruk Puisi Di Temb

    “Ini ludruk puisi garingan, yang sengaja dipentaskan di Tembi Rumah Budaya. Garingan artinya, datang dan pergi biaya sendiri,” ujar Giryadi, salah... more »
  • 03-11-15

    Asal-muasal Nama Tem

    Judul                  : Toponim Kotagede. Asal Muasal Nama Tempat... more »
  • 03-11-15

    Tiga Penyair Dari Ti

    Tiga penyair dari kota yang berbeda tampil di Tembi Rumah Budaya mengisi Sastra Bulan Purnama edisi ke-49, Kamis, 29 Oktober 2015, dengan launching... more »