Sleep Mode, Tema dan Medium yang Sama-sama “Tidur”
Author:editorTembi / Date:09-06-2014 / Secara berseloroh Seno Andrianto menyatakan bahwa tidur yang menjadi tema garapannya mungkin sama dengan “tidur”-nya medium cat air bagi banyak pelukis Indonesia.
Seno Andrianto (batik) memberikan kenang-kenangan
kepada Drs. Suwaji dalam pembukaan pameran
Sleep Mode di Bentara Budaya Yogyakarta
Tidur mungkin merupakan aktivitas manusia yang sering tidak begitu dipedulikan oleh manusia itu sendiri. Kegiatan ini sudah otomatis. Sama seperti kegiatan bernapas. Namun ketika apa yang dinamakan tidur itu mengalami gangguan, orang atau manusia pun baru memperhatikan keberadaannya. Dalam dunia seni rupa, apa yang dinamakan tidur ini juga sering luput dari perhatian. Pendek kata, dianggap tidak menarik bagi model lukisan (karya seni rupa).
Cat air, menurut Seno Andrianto yang memamerkan karya-karyanya di Bentara Budaya Yogyakarta pada 3-12 Juni 2014, juga merupakan medium yang tidak begitu menarik bagi kalangan pelukis Indonesia. Namun Seno Andrianto mengambil kedua hal (tema dan media) yang hampir dihindari banyak seniman (Indonesia) ini sebagai dunia pergulatannya.
Tidur di atas kursi tunggu stasiun, Sleep Mode # 7
Di antara seniman kontemporer Indonesia tidak banyak yang unggul dalam lukisan cat air. Medium ini jelas menuntut keterampilan yang sangat baik dan matang untuk menguasainya. Ada sekian banyak kesulitan medium cat air dibandingkan cat minyak atau akrilik.
Talenta Seno Andrianto agak berbeda pada sisi ini. Ia pun telah dianugerahi penghargaan untuk lukisan Cat Air Terbaik ketika belajar di ISI. Jadi, barangkali inilah konsekuensi yang kemudian ia tempuh dan ternyata menunjukkan karakteristik yang unggul dalam medium ini. Demikian seperti ditegaskan Anton Larenz, seorang kurator seni rupa kontemporer Indonesia, lulusan Universitas Georg-August, Goettingen, Jerman.
Tidur menjadi tema menarik karena justru sering luput dari tangkapan banyak kreator atau seniman. Tidur menjadi terasa penting karena melalui karya-karyanya Seno Andrianto seperti menghentakkan manusia akan arti pentingnya tidur yang selama ini hampir dicap sebagai sesuatu yang kurang berguna, cermin kemalasan dan antiproduktivitas, dan sebagainya. Tidur makin diserang terutama seiring dengan bangkitnya kapitalisme dan konsumsi tanpa henti serta dibangunnya infrastuktur dunia 24 jam kerja yang pada gilirannya semuanya diabdikan pada kepentingan ekonomi semata yang sepertinya telah dan selalu menjadi berhala baru.
Tidur di atas tumpukan karung beras, Sleep Mode # 11
Tidur menjadi penting sebagai jeda dari rutinitas sekaligus pengisian kembali energi manusia untuk kemudian bangkit, bangun dengan energi baru, kreativitas baru, dan kualitas baru. Tidur menjadi hak yang melekat pada semua orang tanpa memandang golongan, pangkat, dan rasnya. Barangkali kenikmatan atau kenyamanan tidur antara orang miskin yang tidur di kolong jembatan, di tumpukan karung beras, sama nikmat dan nyamannya dengan tidur orang kaya di atas kasur busa yang mewah.
Seno Andrianto menangkap nikmat tidur “wong cilik” di berbagai latar belakang suasana dan situasi. Mulai dari tidur menyender di sebuah bangku, tidur meringkuk di atas kursi, tidur telentang di atas bangku panjang, tidur beralaskan buku, tidur di kursi tunggu sebuah stasiun, tidur di dalam becak, tidur di antara buah-buahan, dan lain-lain.
Tidur di dalam becak, Sleep Mode # 10
Secara berseloroh Seno menyatakan bahwa tidur yang menjadi tema garapannya mungkin sama dengan “tidur”-nya medium cat air bagi banyak pelukis Indonesia. Mungkin suatu ketika nanti medium cat air juga akan bangun dan hadir dalam segala energi baru dan kreativitas barunya.
Naskah dan foto: A. Sartono
Berita budayaLatest News
- 18-07-14
Rendang Jawa Ala Maj
Resep masakan tradisional Jawa di majalah ini ditulis oleh Pujirah dalam rubrik “Jagading Wanita”. Isi Majalah Kajawen tersebut sekitar 90 % ditulis... more » - 18-07-14
Misteri Perempuan An
Cara dan konsep visualiasi karya-karya Angga ini menunjukkan kepekaannya terhadap perempuan. Ia menyadari kemisteriusan perempuan, dan mencoba... more » - 18-07-14
Rainforest Music Fes
Hentakan kaki yang keras, tepukan tubuh yang berirama ditambah nyanyian keras menjadi kekuatan tarian perang suku Maori, Selandia Baru. Juluran lidah... more » - 17-07-14
Ada Banyak Keris Tan
Pada zaman Mataram Islam banyak terdapat empu-empu pembuat keris yang ampuh dan terkenal, antara lain Arya Japan, Ki Guling, Ki Nom, Ki Legi, Ki... more » - 17-07-14
Maraknya Tapis Lampu
Judul : Maraknya Tapis Lampung: Dahulu dan Kini The Splendor of Lampung Tapis: Then and Now Penulis : Judi Achjadi, Benny Gratha Penerbit :... more » - 17-07-14
Tiba Musim Hujan di
Pameran yang diberi tajuk ‘Threesome’ ini menampilkan tiga perupa dari generasi yang sama, lahir tahun 1980-an. Pada usia 30-an tahun, mereka tampil... more » - 16-07-14
Denmas Bekel 16 Juli
more » - 16-07-14
Dapur Empu Keris di
Pembuatan foto ini merupakan upaya yang brilian dari sang fotografer atau pemrakarsanya sebagai bentuk pendokumentasian akan sebuah fenomena unik... more » - 16-07-14
Penyair Pesantren Ta
Para penyair muda pondok pesantren ini tidak hanya membaca puisi, tetapi yang menarik mereka menggarap puisi dengan musik terbangan, yang mereka... more » - 15-07-14
Jembatan Neco, Salah
Pembuatan jembatan konstruksi baja yang dipindahkan dari Manding itu sendiri tidak atau belum diketahui dengan pasti. Kemungkinan pada zaman kolonial... more »