Istilah Pendok dalam Ilmu Perkerisan (2)
Author:editorTembi / Date:05-05-2015 / Pendok sebagai lapisan pelindung sekaligus penghias gandar warangka keris, menurut bentuknya dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: pendok bunton, pendok blewah (blewehan), pendok slorok, dan pendok topengan. Bentuk pendok juga bisa dibedakan berdasarkan daerah asal keris, misalnya Yogyakarta dan Surakarta.
Pendok gaya Yogyakarta koleksi Museum Tembi Yogyakarta
Pendok sebagai lapisan pelindung sekaligus penghias gandar warangka keris, menurut bentuknya dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: pendok bunton, pendok blewah (blewehan), pendok slorok, dan pendok topengan. Bentuk pendok juga bisa dibedakan berdasarkan daerah asal keris, misalnya Yogyakarta dan Surakarta. Pendok gaya Yogyakarta umumnya berbentuk lebih ramping dan lebih runcing ujungnya jika dibandingkan dengan pendok gaya Surakarta. Pendok Bali lebih panjang jika dibandingkan dengan pendok Jawa.
Adapun ragam hias pendok setiap daerah juga mempunyai nama yang berbeda. Pendok Surakarta biasanya mempunyai nama ragam hias: alas-alasan, garuda, semen, lung (lungan), pari sawuli, wilaya sarimbit, modang, menyan kobar, gringsing, anam gedeg, parang, dan lain-lain. Sementara ragam hias pendok Yogyakarta antara lain bernama: parang, semen ageng, semen jlenggut, semen manyura, sembagen, gringsing, dan lung-lungan.
Pendok gaya Surakarta koleksi Museum Tembi Yogyakarta
Penggarapan pendok mengalami pasang surut kualitas garapannya dari satu masa penguasa kerajaan ke masa penguasa kerajaan lainnya di tanah Jawa. Menurut buku Ensiklopedi Keris karya Bambang Harsrinuksmo (2004) pada halaman 363, disebutkan bahwa pendok berkualitas prima dalam penggarapan, dialami pada masa pemerintahan Ingkang Sinuwun Paku Buwono VII, IX, dan X. Sementara di kerajaan Kasultanan Yogyakarta, pendok berkualitas bagus dihasilkan semasa zaman pemerintahan Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengkubuwono VII dan VIII.
Memasuki zaman kemerdekaan Indonesia, jumlah perajin pendok yang benar-benar mahir semakin berkurang, terutama di Kasunanan Surakarta. Padahal, jauh sebelumnya, ada kebiasaan pada sebagian pecinta dan kolektor keris untuk menorehkan gambar monogram, inisial, atau lambang keluarga pada permukaan sisi belakang pendok. Kebiasan itu semakin berkurang di zaman sekarang, walaupun masih ada yang meneruskan tradisi tersebut.
(tamat)
Suwandi
Sumber: Buku Ensiklopedi Keris (halaman 362—363) karya Bambang Harsrinuksmo (2004) penerbit Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Latest News
- 08-05-15
Ruang Publik Kota Yo
Sampah visual, kotor, macet, sumpeg menjadikan kota Yogyakarta kelihatan bodoh, padahal konsep ekspresi di ruang publik seharusnya selalu dapat... more » - 08-05-15
Denmas Bekel 8 Mei 2
more » - 07-05-15
Menjelajah ke Museum
Koleksi pertama yang bisa dilihat di museum ini adalah mata uang dari berbagai negara, seperti Belanda, Hongkong, Amerika, Kanada, India, Denmark,... more » - 07-05-15
Misi Kaladuta II Mat
Batavia tidak bisa dihancurkan oleh pasukan Mataram. Di pihak Mataram sendiri banyak jatuh korban karena penyakit malaria dan kolera. Selain itu,... more » - 06-05-15
Inilah Rincian Ajara
Ajaran Sunan Pakubuwana IV ini ditulis dalam huruf Jawa, yang diterbitkan oleh Kolff-Buning di Yogyakarta tahun 1937. Buku yang masih dalam kondisi... more » - 06-05-15
Launching Antologi P
Antologi puisi berjudul “Di antara Perempuan’ karya 7 penyair, yang terdiri dari 6 penyair perempuan dan 1 penyair pria, akan di-launching dalam... more » - 05-05-15
Istilah Pendok dalam
Pendok sebagai lapisan pelindung sekaligus penghias gandar warangka keris, menurut bentuknya dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: pendok bunton,... more » - 05-05-15
Forum mBulaksumuran
Setiap 30 April ketika Umar Kayam masih hidup, selalu ada peringatan hari lahirnya. Untuk mengenang Umar Kayam, 30 April 2015, diluncurkan satu forum... more » - 04-05-15
Pasinaon Basa Jawa K
Di bawah ini contoh penerapan kata pada tataran bahasa Jawa saat ini, dengan keterangan: n = singkatan dari bahasa ngoko, na = bahasa ngoko halus, k... more » - 04-05-15
Buku Tentang Seluk B
Buku ini mengupas berbagai hal tentang dukun. Cara-cara atau ritual yang harus dijalani sebelum menjadi dukun, mantera-mantera yang digunakan,... more »