POHON BERINGIN DI PERSIMPANGAN JALAN DI JOGJA

Umumnya pada bagian tengah sebuah persimpangan jalan diletakkan sesuatu sebagai penanda akan adanya persimpangan itu. Penanda itu bisa berupa apa saja. Akan tetapi yang paling umum didapatkan adalah sebuah bangunan. Entah itu berupa tugu, kolam, air mancur, patung tokoh tertentu, taman kecil, atau perpaduan dari unsure-unsur itu. Bangunan berupa tugu merupakan bangunan yang paling umum ditempatkan di tengah persimpangan tersebut. Tugu yang dibangun di tengah-tengah persimpangan jalan umumnya digunakan sebagai tanda peringatan akan sesuatu. Selain itu sering juga digunakan untuk memberikan penghargaan pada tokoh tertentu. Pendeknya, umunya tugu yang dibangun demikian itu bersifat monumental atau mengandungi sifat-sifat sebagai prasasti.

Selain bangunan berupa tugu, pada beberapa persimpangan jalan lain umumnya diletakkan atau ditanam sebatang pohon beringin (Ficus benjamina). Hal ini setidaknya dapat dilihat di berbagai persimpangan yang ada di Jogja. Utamanya persimpangan-persimpangan jalan yang ada di desa-desa.

Hingga kini tidak ada penjelasan yang gamblang tentang alasan mengapa pohon beringinlah yang ditanam di tengah persimpangan jalan. Bukan pohon jenis lain semacam tanjung, angsana, asam, atau yang lain. Tanjung, asam, dan angsana selama ini menjadi tiga jenis pohon yang paling banyak dipilih untuk peneduh jalan. Mengapa bukan jenis pohon ini yang ditanam dan dijadikan sebagai penanda akan adanya persimpangan jalan di suatu tempat ?

Ada banyak dugaan atau kemungkinan sebagai jawabannya. Dugaan pertama karena pohon beringin merupakan pohon yang relatif cepat tumbuh besar dengan percabangan yang rimbun. Hal ini akan memberikan keteduhan yang cukup meluas dalam ruang terbuka sebuah persimpangan jalan. Sosoknya yang cepat besar dan tinggi juga akan memudahkan orang untuk dapat segera melihatnya dari kejauhan. Pohon beringin juga dianggap sebagai pohon yang memiliki aura magis tertentu sehingga relatif tidak pernah dikutak-kutik orang.

Buah dari pohon ini juga tidak enak dan tidak menarik bagi orang sehingga juga tidak mengundang orang dan anak-anak untuk menguliknya. Daunnya pun tidak terlalu menarik untuk pakan ternak. Kecuali itu kayunya juga tidak lazim digunakan sebagai bahan bakar maupun bahan bangunan. Daun-daun tua beringin juga tidak akan kelihatan menyolok warnanya jika telah tiba saatnya untuk gugur. Dengan demikian terkesan bahwa pohon ini kelihatan menghijau daunnya dalam sepanjang musim. Kesan hijau atau kesegaran sepanjang musim inilah mungkin yang menjadi salah satu daya tarik pohon beringin. Hal ini menjadi salah satu ciri khas pohon beringin, yakni tidak pernah mengalami kerontokan (gugur). Pohon ini pun relatif mudah hidup di berbagai kondisi tanah (asal bukan melulu pasir/cadas).

Ada lagi kesan lain mengenai pohon ini. Pohon jenis ini bagi masyarakat tertentu (Jawa) dianggap mempresentasikan kewibawaan (keangkeran). Tidak mengherankan jika jenis pohon ini juga sering ditanam di alun-alun dari sebuah keraton, kadipaten, atau kantor pemerintah.

Berikut disajikan foto beberapa pohon beringin yang ditanam di persimpangan jalan yang terdapat di beberapa tempat di Yogyakarta.

a.sartono

POHON BERINGIN DI PERSIMPANGAN JALAN DI JOGJA POHON BERINGIN DI PERSIMPANGAN JALAN DI JOGJA POHON BERINGIN DI PERSIMPANGAN JALAN DI JOGJA POHON BERINGIN DI PERSIMPANGAN JALAN DI JOGJA

POHON BERINGIN DI PERSIMPANGAN JALAN DI JOGJA




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta