MENIKMATI TITIK TEDUH DI KOTA JOGJA

Akhir-akhir ini, terutama pada masa peralihan musim kemarau ke musim penghujan, suhu di Jogja terasa demikian panas. Banyak orang kegerahan. Orang-orang yang bekerja di ruangan ber-AC enggan keluar. Orang-orang yang bekerja di lapangan berusaha mencari keteduhan. Sesak Jogja oleh mbludaknya jumlah kendaraan menjadikan wilayah yang tidak begitu luas ini terasa demikian menyesakkan. Hal demikan akan semakin terasa jika kita berada di Kota Jogja.

Sungguhn demikian, Kota Jogja masih memiliki titik-titik teduh yang bisa dikatakan cukup membanggakan. Titik-titik teduh itu terutama bisa dirasakan atau dinikmati di wilayah Kotabaru. Sejak awal mula Kotabaru memang dikonsep oleh Belanda untuk menjadi pemukiman yang nyaman. Relatif sepi, teduh, tenang, serta rumah-rumah dengan halaman yang relatif luas. Demikian pun jalan-jalan dibuat halus dengan peneduh yang bisa diandalkan.

Kini konsep sisa peninggalan kaum penjajah itu masih dapat kita rasakan kemanfaatannya. Bahkan oleh Pemkot pohon-pohon peneduh di jalan-jalan di Kotabaru tetap diperlihara, dirawat, dan diperindah. Setidaknya ruas-ruas jalan di wilayah Kotabaru masih bisa dikatakan sebagai ruas-ruas jalan yang ramah dan sejuk. Hal demikian akan nampak terasa bedanya dibandingkan dengan ruas-ruas jalan lain. Sekalipun ruas-ruas jalan lain di Jogja juga telah mulai disejukkan dengan penanaman pohon, namun pohon-pohon yang ditanam itu belum bisa menyamai kerimbunan dan kerindangan pohon-pohon di kawasan Kotabaru.

Mungkin kawasan lain, tepatnya jalan-jalan lain di luar Kotabaru perlu mencontoh sistem penataan jalan di Kotabaru ini. Hal yang akan terus menjadi persoalan di masa depan tentu saja kepadatan arus lalu lintas dan mekarnya pemukiman. Jumlah kendaraan yang nyaris tanpa kendali serta bertumbuhannya pemukiman di kota maupun desa akan segera menyita ruang. Kapasitas jalan tidak akan lagi mencukupi berjubalnya kendaraan. Bertumbuhannya pemukiman juga akan turut menyita ruang-ruang hijau.

Penghijauan di tengah kota mungkin memang memerlukan dana yang tidak sedikit. Selain itu tentu saja butuh perawatan yang cukup intensif. Sekalipin demikian, tampaknya hal ini selalu perlu dipikirkan. Sebab jika hal ini diabaikan keberadaan sebuah kota akan menjadi hutan aspal, beton, dan semen belaka. Pada gilirannya hutan-hutan beton, aspal, dan semen akan memberikan ”siksaan” tersendiri bagi manusia yang tinggal atau beraktivitas di dalamnya.

Suasana Kotabaru yang lebih sejuk dan teduh dibandingkan wilayah lain di Kota Jogja agaknya juga perlu dipelihara. Jika perhatian terhadapnya diabaikan, maka Kotabaru pun bisa berubah menjadi wilayah yang panas, penuh beton, aspal, dan semen sekaligus berjejal pemukiman serta kendaraan.

a.sartono

MENIKMATI TITIK TEDUH DI KOTA JOGJA MENIKMATI TITIK TEDUH DI KOTA JOGJA MENIKMATI TITIK TEDUH DI KOTA JOGJA




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta