Kompetisi Seni Grafis 'Tiga Tahunan' Bentara Budaya

kompetisi Trienal Seni Grafis Indonesia yang dilakukan oleh Bentara Budaya ini merupakan satu-satunya kompetisi seni grafis berskala nasional dengan maksud untuk mencatat pertumbuhan kualitas dan kuantitas pegrafis Indonesia.

Salah satu karya peserta Trienal Seni Grafis Indonesia ke IV, Foto: Ons Untoro
‘Aku Tau, Ini tak berujung, karya Wendi Delta, salah seorang finalis

Setiap tiga tahun sekali, Bentara Budaya menyelenggarakan kompetisi seni grafis. Karya pemenang, berikut finalisnya dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta, Bentara Budaya Yogya, Balai Soedjatmoko Solo dan Bentara Budaya Bali. Kompetisi tiga tahunan seni grafis sudah memasuki yang keempat dan diberi nama ‘Trienal Seni Grafis Indonesia IV 2012.’

Jumat, 23 November 2012, dilakukan pembukaan pameran Seni Grafis ‘Tiga Tahunan’ sebut saja begitu, di Bentara Budaya Yogyakarta. Pameran ini menyertakan karya juara pertama sampai ketiga dan 51 finalis kompetisi.

Pemenang kedua dan ketiga tinggal di Yogya, keduanya dari ISI, dan pemenang pertama dari ITB Bandung. Ketiganya masih muda, lahir setelah tahun 1980-an. Usia peserta kompetisi seni grafis itu beragam, tetapi rata-rata masih muda, namun ada juga pegrafis senior, lahir tahun 1939. Dengan demikian kompetisi seni grafis ‘Tiga tahunan’ ini terbuka untuk segala usia.

Tiga karya pemenang dan 50-an finalis yang dipamerkan, semunya memang menarik dan kebanyakan peserta kompetisi menggunakan teknik cetak tinggi (cukilan kayu, lino dan variasinya).

“Yang tak kalah menarik dicermati adalah munculnya belasan karya dengan format instalasi dan mendekati (seni) obyek,” kata Aminudin TH Siregar, ketua dewan juri.

Bagi Hariadi Saptono, Direktur Eksekutif Bentara Budaya, kompetisi Trienal Seni Grafis Indonesia ke IV tahun 2012 yang diselenggarakan oleh Bentara Budaya memasuki tahap baru, yaitu peningkatan jumlah peserta secara meyakinkan yaitu mencapai 224 pegrafis dengan total jumlah karya mencapai 405 karya. Kemudian dari karya yang masuk diperas menjadi 51 finalis, dan dari jumlah ini dewan juri menentukan tiga karya pemenang terbaik.

“Sebagai perbandingan, pada kompetisi Trienal Seni Grafis Indonesia I 2003, diikuti 146 peserta dengan jumlah 286 karya. Sedangkan pada Trienal Seni Grafis II 2006, telah dijaring 164 grafis karya 96 peserta, ada penurunan peserta dibanding tiga tahun sebelumnya. Pada kompetisi ketiga 2009, peserta mencapai 166 pegrafis dengan jumlah karya sebanyak 309 karya grafis,” kata Hariadi Saptono.

Pameran Seni Grafis Trieanal Indonesia IV 2012 di Bentara Budaya Yogyakarta, Foto: Ons Untoro
Pengunjung pembukaan pameran sedang memperhatikan seni grafis yang penuh warna

Hariadi Saptono menjelaskan, kompetisi Trienal Seni Grafis Indonesia yang dilakukan oleh Bentara Budaya ini merupakan satu-satunya kompetisi seni grafis berskala nasional dengan maksud untuk mencatat pertumbuhan kualitas dan kuantitas pegrafis Indonesia.

“Selain itu, kompetisi juga bermaksud muntuk mengukuhkan eksistensi seni grafis Indonesia melalui kompetisi yang menggunakan teknik cetak konvensional, yaitu cetak tinggi (cukilan kayu, lino), cetak dasar (litografi), cetak dalam (etsa, mezzotint, engraving, dry point, collagraphy), an cetak saring (sablon),” ujar Hariadi.

Pemenang pertama, Agung Prabowo, dari jurusan Seni Grafis FSRD ITB, menyajikan karya yang berjudul ‘Nirbaya jagratara’ (Tak gentar selalu waspada) dengan menghadirkan visual tengkorak manusia berdiri di atas kuda, kakinya sampai menyentuh tanah. Warna hitam, merah dan biru mendominasi karya Agung Prabowo, yang lahir di Bandung 5 Agustus 1985.

Pemenang kedua berjudul ‘Art, girl, and munder’ karya M. Fadhil Abadi, menyajikan visual wajah perempuan Asia, tetapi kelihatan bukan wajah Indonesia. Fadil belajar seni lukis di ISI Yogyakarta, lahir di Palembang 30 Agustus 1987.

Pemenang ketiga berjudul “Book, prints and memory” karya Theresia Agustina Sitompul. Lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 5 Agustus 1981. Dalam karyanya Theresia menyajikan visual anak dengan wajah lucu, dan disampingnya ada kalimat 9 baris dengan menggunakan bahasa Inggris.

Pembukaan pameran Trienal Seni Grafis Indonesia IV 2012 di Bentara Budaya Yogyakarta diawali hujan deras sejak sore. Namun demikian, publik seni rupa di Yogyakarta tidak mempedulikan hujan yang mengguyur. Mereka menghadiri pembukaan pameran Seni Grafis, meski rambut dan baju para hadirin banyak yang basah terkena air hujan.

“Terima kasih, hujan-hujan bersedia datang ke Bentara Budaya Yogya untuk seni grafis,” kata Wuryani, sekretaris Bentara Budaya Yogyakarta sambil menyalami hadirin yang dia kenal.

Seni grafis tidak selalu hitam putih, tetapi bisa penuh warna, Foto: Ons Untoro
Korup dibalik Burung Garuda, karya I Komang Sukertayasa

Ons Untoro

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta