Tembi

Berita-budaya»INDONESIA MENENTUKAN NASIB

21 Jun 2011 06:56:00

INDONESIA MENENTUKAN NASIBSatu judul buku yang menjadi bahan diskusi ‘Indonesia Menentuan Nasib’ dengan narasumber Dr. Poppy Ismalina, direktur Magister Ekonomi Pembangunan UGM, Dr. Maryatmo, Rektor Universitas Atmajaya Yogyakarta, Ludiro Madu, pengajar di UPN Yogyakarta dan dimoderatori Bambang Kusumo Prihandono, Mhum, pengajar di Fisip Atmajaya Yogyakarta. Selain tiga narasumber, untuk mengawali diskusi, Fritz Simanjutak, direktur Rajawali Foundation yang menerbitkan buku ini memberikan semacam ‘keynote speaker’. Diskusi buku diselenggarakan Jum’at (16/6) lalu di ruang seminar lantai 3 gedung perpustakaan Atmajaya, Babarsari, Yogyakarta.

Poppy Ismalina melihat, buku ‘Indonesia Menentukan Nasib’ banyak memberikan informasi, atau bisa disebut padat informasi, tetapi tanpa ideologi.

“Buku yang sedang kita diskusikan ini merangkum segala informasi dan memetakan apa yang menjadi isu-isu/persoalan besar dalam deru pembangunan di Indonesia. Informasi yang bisa kita lihat dalam buku ini misalnya, menyangkut kondisi global, soal China, soal daya saing, PMA, manufaktur, ketidak merataan, eksploitasi SDA, nilai tukar, BUMN, Militer vs Sipil, desentralisasi, hukum, pemilINDONESIA MENENTUKAN NASIBu dan terakhir, kelas menengah” kata Poppy Ismalina.

Karena buku yang ditulis tidak memiliki keberpihakan akan perlindungan nasib rakyat dan mengakui partisipasi rakyat, maka oleh Poppy, buku ini disebut tidak memiliki ideologi.

Frirz Simanjutak, selaku direktur Rajawali Foundation, yang menerbitkan dan mensuport buku ‘Indonesia Menentukan Nasib’ memang menyadari, bahwa buku ini tidak mengkaitkan dengan ideologi, tetapi lebih menekankan pada kebijakan publik apa yang akan dibuat oleh negara.

Sedang bagi Maryatmo, buku ‘Indonesia Menentukan Nasib’ berbicara mengenai perkembangan kondisi perekonomian Indonesia, sejak Orde Baru sampai Orde Refoemasi. Secara khusus buku tersebut membahas proses transformasi kelembagaan. Dalam membiINDONESIA MENENTUKAN NASIBcarakan perkembangan ekonomi Indonesia, menurut Maryatmo, pengarang memulai dengan faktor eksternal yang berubah yang mempengaruhi perekonomian Indonesia. Faktor eksternal itu adalah adanya revolusi bisnis dunia, dominasi China, dan Krisis Global di tahun 2008-2010.

Ludiro Madu melihat dari sisi yang lain dan diletakkan dalam konteks reformasi. Bagi Ludiro, reformasi ekonomi dan politik memang telah mengarah ke transformasi kelembagaan. Namun transformasi kelembagaan masih mengalami proses panjang untuk mencapai hasil yang diharapkan. Transformasi kelembagaan yang pada saat ini ternyata masih memberi tempat kepada winners dari rezim-rezim ekonomi politik sebelumnya. Demokratisasi dan reformasi ekonomi belum mampu menghasilkan aktor-aktor baru yang benar-benar mandiri secara ekonomi dan politik dari aktor-aktor lama. Pelembagaan demokrasi dan ekonomi liberal lebih memberi ruang pada elit-elit tertentu yang selama ini memang menikmati keuntungan dari reformasi ekonomi. Walaupun demikian, transformasi kelembagaan masih menimbulkan kompleksitas.

Buku “Indonesia Menentukan Nasib merINDONESIA MENENTUKAN NASIBupakan hasil peneltian dari Havard Kennedy School dan peneliti dari Indonesia. Ada hal yang menarik dari apa yang dituliskan dalam buku ini adalah menyangkut kegagalan reformasi sistem hukum. Kita kutipkan dari apa yang dituliskan di halaman 170. Dengarkan kutipan ini:

“Penyebab yang paling mendasar dari kegagalan reformasi sistem hukum adalah distribusi kekuasaan politik yang belum mengalami perubahan yang menentukan di bawah pemerintahan reformasi yang silih berganti. Militer masih tetap kuat dan para politisi sipil yang dari segala aliran dengan teguh mempertahankan hubungan politik mereka dengan para purnawirawan dan prajurit yang masih aktif.. Birokrasi, sebuah produk dari tiga dasawarsa pemerintahan militer, tidak mengembangkan suatu konsepsi mengenai hak-hak warga sipil atau pelayanan publik. Para politisi reformasi berdasarkan pengertian mewakili beraneka konstituen, tetapi dalam kenyataan perilaku mereka memperlihatkan bahwa dalam banyak hal mereka hanya mewakili diri mereka sendiri serta pihak-pihak yang berhubungan dengan mereka.”

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta