JOGJA BERSELIMUT DEBU DAN PASIR MERAPI

Gunung Merapi yang dinyatakan sebagai salah satu gunung teraktif di dunia itu setelah meletus 26 Oktober 2010 dan menimbulkan banyak korban jiwa termasuk jurukunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan, kembali meletus lagi 30 Oktober 2010 jam 00.30 WIB. Jika letusan sebelumnya debu dan pasir muntahan Merapi tidak sampai ke Jogja, maka letusan tanggal 30 Oktober 2010 itu debu dan pasirnya sampai ke Jogja. Banyak warga Jogja terkejut karena pada malam harinya pada tertidur lelap. Begitu membuka pintu dan jendela mereka seperti dihentakkan oleh fenomena alam yang selama ini tidak pernah mereka temukan. Pekarangan, tanaman, genteng, jalanan, gang, semuanya tertutup debu dalam ketebalan sekitar 1 Cm !

Pelepah-pelepah pohon pisang tidak kuat menyangga timbunan debu, akhirnya patah. Semua daun pisang meluruh. Demikian pula ranting semua pohon. Jalanan gelap oleh kepulan debu yang putih kecoklatan. Para pengendara kendaraan terpaksa mengendarai sepeda dengan relatif lambat karena jarak pandang sangat terganggu. Jarak pandang efektif hanya sekitar 1-2 meter. Jalanan di Jogja, khususnya Sleman semuanya memutih. Hitam aspal yang biasa terlihat oleh para pengendara seolah lenyap ditelan debu Merapi. Banyak warung dan toko memilih tutup. Demikian pula sekolah-sekolah. Sejenak Jogja seperti lumpuh.

Dalam kondisi demikian Tembi mencoba mengabadikan fenomena itu dengan alat potret. Titik yang menjadi objek bidik Tembi adalah Kraton dan Alun-alun Utara, Ledok Gondolayu, Perempatan Tugu Jogja, Jl. P. Mangkubumi, Jl. Malioboro, Jalan sisi Barat Gedung Pusat UGM, Perempatan Ring Road Kentungan, Depan Gereja St. Maria Assumpta Pakem/Rs. Panti Nugroho, Pasar Pakem, Tikungan menuju Lapangan Golf Merapi, Depan Rumah Sakit Grahasia Pakem, Kampung Purworejo (selatan Kopi Merapi), Depan Penginapan Bethesda, dan Depan Pintu Masuk Kaliurang.

Tembi tidak akan berkomentar lebih panjang. Silakan nikmati hasil bidikan Tembi yang dilakukan Sabtu, 30 Oktober 2010 mulai jam 08.40-11.12 WIB.

a.sartono