BATANG POHON DI DEPAN RUMAH
Rumah-rumah keluarga memang biasa menanam pohon, yang usianya sampai diatas 15 tahun. Biasanya, rumah yang halamannya luas dimanfaatkan untuk menanam pohon buah, misalnya mangga, jambu atau jenis pohon lain yang bisa memberi keteduhan lingkungan sekitar.
Selain di rumah-rumah keluarga yang memiliki halaman luas, dibeberapa jalan di kota Yogya juga ada pohon-pohon besar yang usianya, untuk ukuran pohon sudah tua. Yang paling dikenal adalah pohon beringin. Jenis pohon besar ini usianya sudah tua, bahkan lebih tua dari usia orang yang sekarang masih tinggal di Yogya.
Ini ada pohon besar, usianya sudah 16 tahun dan ditanam disatu halaman yang padat penghuni. Pohon preh, demikian nama pohon ini. Di pemukiman padat di kampung Sagan, pohon preh ini tumbuh, semula hanya diletakkan di pot, yang kemudian tumbuh besar sehingga menembus pot, yang menjadi ‘rumahnya’. Oleh yang mempunyai pohon, pot dipecah agar pohon ‘leluasa’ untuk tumbuh dan berkembang,
Pertengahan tahun 1990-an, pohon ini belum besar, masih bisa dilihat ujung atasnya. Rumah pemilik pohon masih bisa dilihat secara jelas. Dalam kata lain, pohon preh ini ditanam sengaja untuk memberi keteduhan sekitar rumah. Apalagi, disekitar rumah di mana pohon preh ini tumbuh, dulu masih ada halaman luas.
Namun sekarang, halaman samping rumah pemilik pohon preh ini sudah berdiri bangunan rumah, sehingga halaman menjadi sempit, Bahkan, jalan untuk lewat sepeda motor sangat kecil dan hanya bisa dilewati satu sepeda motor, itupun tidak dinaiki.
Batang pohon preh ini sekarang sudah besar, eloknya tidak menjulang ke atas, melainkan berkelok seperti ular naga. Kelokan dari pohon ini melewati depan pintu rumah pemiliknya, sehingga kalau hendak memasuki pintu, siapa saja, harus menunduk baru bisa menggapai pintu. Jarak batang pohon dengan pintu hanya sekitar satu meter. Padahal halaman rumah yang padat penduduk ini hanya sekitar 6 meter dan samping kanan kiri dan depan rumah sudah penuh bangunan rumah. Jadi, halaman yang hanya sekitar 6 meter adalah ‘halaman bersama’.
Sebut saja, sebagai rumah batang pohon, yang barangkali hanyalah satu-satunya di Yogya. Di area yang sempit ada pohon besar sampai melewati rumah. Barangkali orang akan merasa tertegun melihat batang pohon dan rumah ‘menjadi satu’.
“Apakah akar pohon tidak mengangkat rumah, bung?” tanya saya.
“Tidak. Akar pohon tidak mengganggu” jawabnya kalem.
Lingkungan rumah di mana batang pohon ini melintas memang menjadi sangat teduh, bahkan sinar Matahari hanya mendapatkan lubang-lubang kecil untuk menembus rumah dan halaman. Berada didalam rumah, terasa sejuknya. Apalagi ketika hujan deras jatuh, suasana rumah seperti, dalam bahasa jawa anyep, laiknya menggunakan AC.
Inilah rumah yang berdekatan dengan pohon besar, sampai rumahnya sendiri tidak kelihatan utuh.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- Daftar judul buku(18/07)
- Rumah Budaya Tembi Gelar Festival Musik(21/05)
- 20 Oktober 2010, Perpustakaan - Mengenal Secara Mudah dan Lengkap Kesenian Karawitan Gamelan Jawa(20/10)
- 28 September 2010, Djogdja Tempo Doeloe - MALIOBORO TAHUN 1948(28/09)
- KETIKA TANAH BERBICARA(20/10)
- LEMBAGA-LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR YANG MENGGUNAKAN UNSUR NAMA GAMA DI YOGYAKARTA(01/01)
- CERITA BERGAMBAR MENUJU KEMERDEKAAN(07/07)
- KEMBOEL DEWI SRI(18/12)
- Kearifan Tradisional Masyarakat (18/05)
- Mackenzie Salah Satu Tokoh Pembedah Jogja(02/10)