Arak-arakan Bedhol Kaprajan Kotagede

Acara ini juga dimaksudkan sebagai bentuk penyadaran dan pembelajaran sejarah bagi masyarakat Kotagede yang tidak lain merupakan keturunan Danang Sutawijaya (Panembahan Senapati) yang mendirikan Mataram dan memakmurkannya sekaligus membawa Mataram pada kejayaan.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs. GBPH Yudhaningrat, MM., didampingi Kepala Dinas Pariwisata DIY, Tazbir, SH., M.Hum., dan Ketua Panitia Arak-arakan Alegoris Bedhol Kaprajan Kotagede, Priyo Mustiko, membuka acara Arak-arakan Alegoris Bedhol Kaprajan Kotagede pada tanggal 7 September 2012 di depan Ndalem Kotagede dengan memukul bendhe, foto: a.sartono
Gusti Yudha tengah membuka acara Arak-arakan Alegoris Bedhol Kaprajan Kotagede
disaksikan segenap pejabat dan panitia

Di Yogya ada cukup banyak event yang berlatar belakang tradisi atau kebudayaan setempat (Jawa) di antaranya adalah Merti Desa (bersih desa), Merti Sendang, Labuhan, Suran, Rebo Pungkasan, Kirab Budaya (pawai) dan aneka prosesi atau upacara-upacara yang berkaitan dengan tradisi atau latar belakang sejarah masyarakat setempat. Salah satu contohnya adalah Arak-Arakan Alegoris Bedhol Kaprajan yang dilakukan di Kotagede pada tanggal 7 September 2012 lampau.

Arak-arakan itu sendiri sebagai ungkapan rasa hormat dan syukur. Rasa hormat itu diberikan kepada cikal bakal pendiri Kerajaan Mataram Kotagede karena perkembangan sejarah selalu ditentukan oleh tokoh penting yang berani mengambil keputusan atau tindakan dengan segala tanggung jawab dan konsekuensinya. Sedangkan rasa syukur ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah karena kelimpahanNya yang tidak berkesudahan.

Acara ini juga dimaksudkan sebagai bentuk penyadaran dan pembelajaran sejarah bagi masyarakat Kotagede yang tidak lain merupakan keturunan Danang Sutawijaya (Panembahan Senapati) yang mendirikan Mataram dan memakmurkannya sekaligus membawa Mataram pada kejayaan. Dari Kotagede pula Mataram mekar dan menjadi empat kerajaan, yakni Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Paku Alaman.

salah satu bregada prajurit dari Kesatuan Ganggang Samudra yang berasal dari Kadipaten Paku Alaman ikut serta dalam acara Arak-arakan Alegoris Bedhol Praja Kotagede, 7 September 2012, foto: a.sartono
kegagahan, kekompakan dan kedisiplinan prajurit dari Paku Alaman ditampilkan

Apa yang disebut sebagai Arak-arakan Alegoris Bedhol Kaprajan itu sendiri merupakan buah kerja sama Dinas Pariwisata DIY dengan Forum Musyawarah Bersama Sahabat Pusaka Kotagede (Forum Joglo). Arak-arakan Alegoris Bedhol Kaprajan itu merupakan salah satu mata acara dari apa yang disebut sebagai Pekan Wisata Kotagede yang dilaksanakan tanggal 7-9 September 2012.

Kepala Dinas Pariwisata DIY, Tazbir, SH, M.Hum, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan ajang untuk menghidupkan nuansa wisata budaya di kawasan Kotagede. Kegiatan ini juga merupakan pengingat-ingat tonggak sejarah awal berdirinya Mataram. Ketua Panitia Arak-arakan, Priyo Mustiko menyatakan bahwa acara ini dilakukan untuk menggali potensi budaya Kotagede sekaligus ajang promosi dan menggairahkan kegiatan masyarakat, melestarikan kebudayaan guna mensejahterakan masyarakat di berbagai cluster kebudayaan Kotagede.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs. GBPH Yudhaningrat, MM, yang membacakan sambutan Sri Sultan Hamengku Buwana X di antaranya menyatakan bahwa Kotagede sangat terkenal atau identik dengan kerajinan perak. Namun banyak generasi muda yang kurang mengerti tentang kisah atau sejarah Kotagede yang dulunya pernah menjadi pusat kota kerajaan dan sangat maju. Masyarakat patut bangga akan wilayah ini.

koleksi kereta pusaka dari Keraton Yogyakarta ikut memeriahkan acara Arak-arakan Alegoris Bedhol Praja Kotagede, 7 September 2012, foto: a.sartono
keindahan kereta pusaka yang nyaris tidak pernah keluar dari keraton
menjadi pusat perhatian masyarakat

Masyarakat diimbau untuk terus mengembangkan Kotagede menjadi kawasan wisata budaya sehingga wisatawan tidak hanya berbelanja perak saja, namun juga wisata sejarah, religi, kuliner, situs, kesenian, dan sebagainya. Dalam sambutan itu Gusti Yudha juga menyatakan bahwa sejak 2006 (sejak gempa Yogya) tidak ada lagi kegiatan budaya besar yang diselenggarakan di Kotagede. Event September 2012 ini diharapkan menjadi event yang akan diikuti oleh event-event berikutnya dengan lebih semarak.

Arak-arakan Alegoris Bedhol Kaprajan ini mengambil rute dari Lapangan Karang - Ndalem Kotagede. Sebagai cucuk lampah atau ujung dari perarakan adalah Bregada Pengawal bersama seorang komandan (cucuking alaga), Mbok Emban plus pelayan-pelayan keluarga raja, Kelompok Inti (keluarga-kerabat dekat Sutawijaya) ditambah barisan alim ulama dan dikawal oleh pasukan khusus pengawal. Sesudah itu disambung Kelompok Pembawa Duplikat Pusaka (Gong Kyai Sekar Delima, Kendali Kyai Macan Guguh, Pelana Kyai Jetayu Cekatak, Dhampar Kencana, Payung Kebesaran). Sesudah itu disusul Kelompok Pembawa Perlengkapan Kerajaan (Tiang Istana, Seperangkat Gamelan, Bedug, Umpak, Kenthongan Masjid Istana).

Kecuali itu perarakan juga dimeriahkan oleh kelompok-kelompok lain seperti drumb band, kelompok-kelompok dari kampung-kampung di Kotagede, serta ambengan lanang dan wadon (gunungan/tumpeng). Dalam ambengan tersebut terdapat satu ambengan besar yang dikelilingi ambenan kecil berjumlah enam buah. Hal itu melambangkan Sutawijaya dan enam orang yang memiliki peranan penting dalam pendirian Kerajaan Mataram Kotagede, yakni Ki Juru Mertani, Ki Ageng Pemanahan, Nyi Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan Sunan Kalijaga.

kelompok pembawa pilar keraton secara simbolik menunjukkan perpindahan pusat kekuasaan dari Keraton Pajang ke Keraton Mataram (Kotagede), foto a.sartono
pengusungan pilar/tiang menegaskan bahwa
pusat kekuasaan Pajang beralih ke Mataram Kotagede

Ke Yogya yuk ..!

a.sartono
a. barata




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta