Djogdja Tempo Doeloe

PENYAKIT CACINGAN DI JOGJA TAHUN 1900-AN

PENYAKIT CACINGAN DI JOGJA TAHUN 1900-ANPenyakit cacingan pernah menjadi perhatian besar pemerintah kolonial Belanda di masa lalu. Paling tidak tahun 1887 pemerintah kolonial Belanda menemukan penyakit cacingan yang menjangkiti manusia di negeri jajahannya, Nederlandsch-Indie. Pemerintah kolonial menemukan kasus itu di Pulau Sumatra, khususnya pada pekerja-pekerja tambang di Sawah Lunto. Diduga penyakit cacingan yang disebabkan oleh jenis cacing Ankylostoma duodenale dan Ankylostoma americanus ini dibawa dan ditularkan oleh para pekerja tambang yang didatangkan dari Jawa, Madura, dan Kalimantan.

Ankylostoma adalah nama lain dari cacing tambang. Kecuali jenis cacing itu sebenarnya pada masa itu (bahkan hingga kini) ada penyakit cacingan lain yang disebabkan oleh cacing jenis lain yakni cacing kremi (Oksiuris) dan cacing gelang. Semua jenis cacing ini menyebabkan manusia yang terinfeksi terserang anemia berat. Mereka yang terinfeksi umumnya akan menderita rasa letih, lesu, lelah, lemah yang berat.

Cacing-cacing tersebut umumnya menyukai tempat-tempat yang lembab sebagai tempat perkembangbiakannya. Cacing-cacing tersebut bisa masuk atau menginfeksi manusia melalui minuman, makanan, maupun lubang pori-pori kulit. Umumnya cacing masuk ke tubuh manusia ketika masih berbentuk telur maupun larva.

Penyebaran cacing-cacing ini dipicu oleh ketidaktahuan pemeliharaan sanitasi diri dan lingkungan. Penggunaan pupuk yang berasal dari kotoran manusia dapat memicu persebaran penyakit ini. Demikian pula kebiasaan BAB di sungai, memendam di tanah, serta membuat WC hanya beruba lubang di tanah dapat memicu persebaran penyakit ini. Tampaknya kebiasaan BAB semacam itu hingga kini masih dilakukan banyak orang (masyarakat) di negeri kita.

Berikut ini adalah contoh berupa foto dari orang-orang yang terjangkit penyakit cacingan di zaman kolonial. Foto kemungkinan dibuat pada tahun-tahun 1900-an. Orang-orang yang terjangkit penyakit cacingan ini berasal dari Jogja bagian barat. Kemungkinan adalah wilayah Kulon Progo. Perhatikan cara mereka berpakaian. Perhatikan pula model potongan rambutnya. Tampaknya model pakaian dan potongan rambut seperti dalam foto adalah sesuatu yang biasa di masa lalu. Perhatikan pula ekspresi wajah mereka. Mungkin mereka telah mengalami apa yang disebut sebagai lesu, letih, lemah, tak bertenaga akibat serangan penyakit cacingan di dalam tubuhnya.

a. sartono
sumber: Gegevens over Djokjakarta 1926 A, 1926, Djogjakarta, Pengantar oleh L. F. Dingemans (Resident van Djokjakarta).




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta