Pemilu di Yogyakarta dengan Bumbung
Sekalipun sarana dan pelaksanaannya demikian sederhana namun semuanya dapat berjalan dengan baik. Bahkan tidak segegap gempita pemilu sekarang yang mungkin juga boros uang, boros energi, boros suara, dan juga boros janji.
Berikut ini adalah foto tentang pemilu lokal (tepatnya tentang coblosan) yang pernah diadakan di Yogyakarta pada tahun 1951. Tampak seorang pemilih sedang memasukkan kertas suaranya pada sebatang bambu yang oleh orang Jawa disebut sebagai bumbung.
Barangkali dengan kacamata sekarang, model pengumpulan kertas suara dengan menggunakan bumbung akan terasa sangat aneh. Jika itu dilakukan pada masa sekarang tentu akan menyulitkan. Pasalnya, berapa bumbung yang diperlukan untuk menampung sekian banyak kertas suara.
Seperti diketahui, pada tahun 1951 Yogyakarta menyelenggarakan pemilu pertama dalam sejarah Indonesia. Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota legislatif di Daerah Istimewa dan Kabupaten. Pemilu dilangsungkan dalam dua tahap, tidak secara langsung. Pemilih memilih electors (pemilih) yang kemudian electors memilih partai (Selo Sumardjan 1962, hal 101).
Pilihan menggunakan batang bambu sebagai wadah kertas suara pada tahun tersebut mungkin dinilai paling masuk akal, karena bambu masih menjadi bahan baku andalan untuk membuat atau memproduksi berbagai alat. Bahkan juga menjadi bahan baku untuk membuat rumah.
Jika dicermati secara keseluruhan, maka kesederhanaan itu tidak hanya tercermin dari wadah kartu suara yang berupa sebatang bambu yang tampak hanya diikat seutas tali. Cara menalikannya pun terkesan seadanya. Pun dinding yang menjadi semacam bilik suara dalam pemilu lokall DIY 1951 itu kelihatan sangat sederhana. Demikian pula tampilan pemberi (pencoblos) kertas suara. Pakaian yang dikenakannya demikian sederhana. Juga penampilan keseluruhan dirinya.
Lepas dari semuanya itu, Yogyakarta pada tahun 1951 telah menjadi semacam pelopor untuk belajar dan melaksanakan demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di kursi DPRD-nya. Sekalipun sarana dan pelaksanaannya demikian sederhana namun semuanya dapat berjalan dengan baik. Bahkan tidak segegap gempita pemilu sekarang yang mungkin juga boros uang, boros energi, boros suara, dan juga boros janji.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Daerah_Istimewa_Yogyakarta
Foto pameran dari badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan di Keraton Yogyakarta, 12-24 Januari 2013.
Artikel Lainnya :
- PASAR SINGKONG DI YOGYAKARTA(01/01)
- Sate tambak segaran Spesialis kambing buntel bakar(06/07)
- Denmas Bekel(03/12)
- Denmas Bekel(18/08)
- GAMBAR ALUN-ALUN LOR JOGJA TAHUN 1771(09/08)
- Pertanian Organik(25/06)
- DUSUN GRESO TRIMURTI SRANDAKAN BANTUL, SALAH SATU SENTRA INDUSTRI TAHU DI YOGYAKARTA(01/01)
- 31 Mei 2010, Kabar Anyar - PESTA PERKUSI ANAK DI Tembi(31/05)
- Campur Bawur. Jilid 2(11/04)
- Film Indonesia Dapat Sambutan Meriah Di Festival Film Locarno (15/08)




