- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Yogyakarta-tempo-doeloe»DOLAN/BERMAIN ANAK ANAK JAWA (JOGJA) DI MASA LALU
03 Mar 2009 08:40:00Djogdja Tempo Doeloe
DOLAN/BERMAIN ANAK-ANAK JAWA (JOGJA) DI MASA LALU
Bermain bersama teman sebaya merupakan dunia yang tidak bisa ditinggalkan oleh anak-anak. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, hal semacam itu tampak semakin langka. Anak-anak zaman sekarang lebih banyak bermain di dalam rumahnya sendiri. Alat-alat permainan semacam mobil-mobilan, robot-robotan, playstation, telah menyita perhatian dan waktu anak-anak zaman sekarang. Demikian juga halnya dengan televisi dan internet. Belum lagi kegiatan berupa les-les sehabis mengikuti sekolah. Waktu yang digunakan oleh anak-anak zaman sekarang sudah relatif padat, kecuali itu mereka lebih banyak bermain secara individual di dalam rumahnya masing-masing.
Hal demikan itu jauh berbeda dengan dunia anak-anak di zaman dulu ketika televisi belum marak. Ketika alat-alat permainan elektronik belum sebanyak sekarang. Anak-anak di kala itu biasa bermain dengan teman sebaya dan dengan saudaranya sendiri di luar rumah. Tidak jarang dalam bermain bersama teman-temannya ada kakak yang mengajak adiknya yang dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah momong. Sambil momoh atau mengasuh adik mereka bermain bersama. Tanpa disadari hal semacam ini sesungguhnya membentuk keeratan rasa saling menyayangi antara kakak dan adik. Antara sesama teman. Selain itu jiwa sosial mereka juga akan lebih tinggi atau peka dibandingkan dengan anak-anak yang bermain sendiri atau individual.
Foto ini menampilkan suasana anak-anak Jawa yang bermain bersama di luar rumah. Hal semacam itu lazim terjadi di lingkungan masyarakat Jawa baik di Yogya, Jateng, maupun Jatim. Ada kakak yang mengasuh adik. Jika diperhatikan, maka tampak begitu sederhananya pakaian yang mereka kenakan. Selain itu bahkan ada anak yang nyaris tidak berpakaian. Tampaknya di masa lalu hal semacam itu telah menjadi kelaziman di masyarakat Jawa, khususnya masyarakat Jawa pedesaan. Perhatikan pula rambut mereka yang nyaris tidak tertata. Mereka tampil apa adanya. Dari situ bisa diperkirakan bagaimana situasi ekonomi yang mereka hadapi di dalam keluarga mereka. Sekalipun demikian, keakraban yang tampak di antara mereka demikian mengesankan akan kedamaian sebuah suasana desa yang memang tenteram.
Sartono
Sumber: Europese Bibliotheek-Zaltbommel, 1970, De Javaansche Vorstenlanden in Oude Ansichten, Amsterdam: De Bussy Ellerman Harms, n.v.
Artikel Lainnya :
- 15 September 2010, Yogya-mu - PRODUKSI EMPING GARUT ADA DI PAJANGAN, BANTUL(15/09)
- 13 April 2010, Ensiklopedi - DOLANAN ONCIT(13/04)
- Jazz Pasay Ingin Seperti Mother Teresa(22/06)
- Tamansari Yogyakarta(17/09)
- Mengingat Untuk (Me-) Lupa (-kan)(29/05)
- DOLANAN PATIL LELE(14/06)
- Senam Barahmus 2012 Diawali di Museum Monjali (09/03)
- 19 Maret 2011, Denmas Bekel(19/03)
- 27 Nopember 2010, Kursus Tembang Macapat - KURSUS TEMBANG MACAPAT (29/11)
- Denmas Bekel(15/09)