Jazz Pasay
Ingin Seperti Mother Teresa

Jazz Pasay Ingin Seperti Mother Teresa

Ingin tahu apa keinginan dan impian terbesar desainer terkenal yang satu ini, ia ingin menjadi penerus Mother Teresa, sebutannya bisa saja Father Jazz katanya. Melihat siapa dan bagaimana sosok pria yang satu ini memang tak cukup hanya dengan satu kata, penuh talenta dan berbakat akhirnya membuat ia berhasil dan namanya cukup disegani, khususnya dalam dunia fashion. Pemilik nama lengkap Jazz Pageman Sovisay ini tidak pernah memiliki pendidikan formal dalam desain dan fashion. Ia justru mengambil kuliah kedokteran di San Diego, USA, sempat buka praktek di klinik, namun jiwanya di dunia fashion ternyata lebih besar. “Dari kecil saya memang bercita-cita menjadi dokter, jiwa saya selalu ingin menolong orang. Waktu SMA bingung mau jadi apa, mau jadi arsitek matematika dan fisika saya bodoh banget, akhirnya saya memutuskan untuk kuliah kedokteran,” paparnya.

Jazz Pasay Ingin Seperti Mother Teresa

Menjalani kuliah kedokteran, akhirnya hobi Jazz di dunia fashion terpaksa di kesampingkan, pasalnya Jazz adalah orang yang sangat fokus pada satu hal, sehingga tak mau apa yang ia jalani harus terganggu dengan hobinya. “Setelah jadi dokter dan menjadi dokter yang terbaik menurut kriteria saya, hobi yang saya kesampingkan kemarin mulai saya geluti kembali,”. Bahkan usut punya usut, semasa SMA, Jazz sempat bergabung menjadi penari di Swara Mahardika, setelah 6 tahun ia keluar namun tetap diminta oleh Guruh Soekarno untuk membantu mengurus busana, dari situ minat Jazz semakin besar dalam bidang kostum. Jazz memang tidak memiliki pendidikan formal dalam desain dan fashion. Ia pun memulai karirnya di industri fashion pada tahun 1994, saat ia bergabung dengan Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia/APPMI. Di tahun 2004, Jazz kemudian mendirikan usaha penyewaan kostum, dimana ia mendesain kostum dan dijahit oleh timnya di “Samar Costume”.

Jazz Pasay Ingin Seperti Mother Teresa

Usaha membuat kostum ini juga dirasakan penuh liku dan proses yang tidak mudah, dulu dengan modal 300 ribu rupiah, Jazz membeli bahan dengan harga masih 2000 perak permeter. Langkah selanjutnya adalah membeli mesin jahit dan mempekerjakan seorang penjahit. Proses membuat kostum ini pun terus berkembang, beberapa kali Jazz membuat kostum fenomenal bahkan sampai diganjar “The Best Dress” kostum Cleopatra yang dipakai Memes, pada acara ulang tahun sebuah tabloid di tahun 1990-an. Sampai ini lebih dari ratusan kostum sudah dibuat pria yang sangat mencintai keluarganya ini.

Kesenangan akan mengeksplorasi diri, membawa Jazz berpikir untuk menggunakan waktu 24 jam miliknya dengan sebaik-baiknya. Setelah bekerja penuh sebagai desainer mode, ia menghabiskan akhir pekannya sebagai fotografer juga sebagai pelukis. Untuk dunia melukisnya, ia pernah mengenyam pendidikan di New York Academy of Art, USA, School of Visual Arts, USA dan belajar dengan Teguh Ostenrik, di Indonesia. Dan untuk karya lukisnya, Jazz sudah memamerkan karyanya di beberapa galeri, antara lain: Pameran tunggal “Kejawen: di Tasneem Gallery, Barcelona, Spain, Pameran bersama “Kotaku, Jiwaku II” Kota Casablanca, Jakarta, Pameran bersama “Geneve Art Fair” di Geneve, Switzerland, dan masih banyak lagi yang lainnnya.

Jazz Pasay Ingin Seperti Mother Teresa

Setelah semua dirasa sudah dijalani dengan benar, Jazz sedang mencoba menjajaki diri lebih dalam, apa lagi yang ia bisa sumbangkan lewat karya-karyanya. Dalam hal berkarya, menjadi yang terbaik adalah visinya, tentunya selalu ada bumbu-bumbu lain, yaitu terhebat, tercantik, dan tersensasional. Dan di posisinyta sebagai panutan adik-adiknya, Jazz terus berusaha menjadi manusia yang lebih baik dari masa ke masa. Jazz itu “FUN” dan semoga impiannya menjadi “Father Teresa” akan terwujud kelak.

Temen nan yuk ..!

Natalia S.
Foto2: berbagai sumber

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta