Tembi

Temen»Perdana Kartawijudha Mendapat Lebih dengan Berbagi

24 Oct 2011 07:57:00

Perdana Kartawijudha Mendapat Lebih dengan BerbagiApapun yang orangtua minta kepada kita lebih baik turuti saja, dan jalankan dengan keyakinan bahwa permintaan itu adalah semata-mata demi kebaikan diri kita, meskipun permintaan itu bertentangan dengan keinginan kita. Begitulah yang dialami oleh Perdana Karthawiyudha yang akrab dipanggil Pidi mengawali pilihan hidupnya di dunia film.

“Sebetulnya lulus SMA gue mau buka warnet aja, soalnya gue nggak tau mau kuliah apa yang bisa bikin gue dapetin kerja yang waktunya bisa gue atur sendiri setelah gue lulus kuliah,” tutur Perdana mengawali obrolan belum lama ini.

Merasa dipaksa orangtuanya untuk kuliah di IPDN, akhirnya Pidi, begitu dia akrab dipanggil, mengambil kuliah Manajemen di Universitas Brawijaya, Malang. Dia menjalani hari-harinya dengan kejenuhan yang luar biasa. Sampai suatu ketika sebuah poster festival film independent SCTV yang ia lihat di kampusnya menjawab kegalauan pemuda ramping kelahiran Mojokerto 28 Juli 1985 ini.

“Gue ikutan festival itu karena gue butuh kegiatan setelah kuliah. Daripada bengong nggak tau mesti ngapain,” ujar Pidi meyakinkan, mengawali cerita perjalanan karirnya. Dengan bermodalkan handycam pinjaman dan cerita yang ia buat sendiri bercerita tentang curhatnya “lari” dari paksaan orangtua, Pidi mengajak beberapa temannya untuk ikut dalam pembuatan filmnya.

“Waktu gue bikin film itulah gue baru tau ada kampus untuk belajar film di IKJ dari teman-teman yang bantuin gue bikin film itu.”

Sejak itu keinginan Pidi untuk kuliah film yang menurutnya lebih kreatif seperti mengganggu pikirannya. Namun dia masih belum punya alasan kuat untuk menyampaikan niatnya kepada kedua orangtuanya.

Berita dari panitia lomba yang mengundangnya ke Jakarta karena film karyanya masuk sebagai official selection menjadi kartu truff untuk meyakinkan kepada orangtuanya bahwa ia memang berpotensi di jalur film.Perdana Kartawijudha Mendapat Lebih dengan Berbagi

Sampai di IKJ, kegalauannya sempat muncul kembali. “Gue nggak tega sama orang tua gue waktu gue tau biaya kuliahnya. Gue sempat bilang pada mereka mendingan gue balik lagi aja ke Brawijaya”.

Kegalauannya tidak berumur panjang, mengetahui minat anak pertama dari dua bersaudara ini, kedua orangtuanya justru kembali “memaksa”nya untuk mengambil jurusan yang ia inginkan.

Awalnya ia berkonsentrasi pada spesialisasi penyutradaraan, namun di tahun ketiga pilihannya berubah karena kuota jurusan penyutradaraan terbatas. Sebenarnya ia bisa mendapatkan kuota itu namun ia merasa tidak fair bagi teman-temannya yang lebih berpotensi tidak mendapat kesempatan jika kuota-nya ia ambil. Dengan pertimbangan nilai penulisan naskahnya yang juga lebih baik, akhirnya Pidi mengganti major nya menjadi Screen writing beberapa detik sebelum presentasi pemilihan major.

Sepintas sosok pria ramping berkacamata jadul ini tampak anteng. Namun dibalik semua itu sebetulnya ia menyimpan banyak ketidakpuasan. Merasa tidak pernah cukup dengan apa yang ia dapat diperkuliahan, ia berinisiatif untuk membuat forum diskusi penulisan naskah yang sebagaian besar justeru diikuti oleh orang-orang bukan dari dunia pada tahun 2007.

“Awalnya gue bikin diskusi ini karena gue bosen sama teori-teori melulu, nah gue ngerasa perlu dapet masukan dari kehidupan orang lain. Jadi lebih kepada berbagi. Mereka dapet teori sedangkan gue dapet cerita-cerita keseharian mereka yang bagi gue justru sangat membantu gue dalam pengembangan naskah-naskah cerita dalam perkuliahan gue.”

Pidi memang kreatif, ia selalu berkreasi agar diskusi tidak monoton, dua arah dan suasana selalu menyenangkan dengan pemilihan topik, tema diskusi dan lain sebagainya.”Menurut gue setiap orang dewasa masih memiliki sisi kekanak-kanakan, maka diskusinya gue bikin seperti play grup, semua peserta harus pake bahasa yang mudah dimengerti dan dengan gaya bicara anak-anak, jadi lucu dan seru. Kadang gue bikin di kebun binatang atau bikin seperti kemah-kemahan.” Diskusi tatap muka berkembang menjaPerdana Kartawijudha Mendapat Lebih dengan Berbagidi diskusi on-line untuk memenuhi kebutuhan para peserta yang tidak bisa hadir secara rutin.

Meningkatnya kebutuhan akan masukan dari penulis film profesional, dengan modal nekat Pidi mengajak Salman Aristo, Titien Watimena untuk mau berbagi ilmu tanpa dibayar. Begitupun dengan tempat diskusi rutin. Mereka pernah mengadakan secara rutin di toko buku Aksara dan lembaga pendidikan bahasa Perancis di CCF salemba selama 2 tahun.

Akhirnya atas beberapa saran rekannya yang melihat kegiatan ini sebagai kegiatan yang sangat positif untuk memenuhi kebutuhan penulis naskah film dan drama di layar kaca, pada tahun 2009 Pidi bersama beberapa rekan mendirikan lembaga pelatihan penulisan scenario yang pengajarnya diambil dari para penulis scenario terbaik di negeri ini.

Usaha yang awalnya ia bangun dengan maksud berbagi kini telah memberikan kelebihan bagi dirinya yang mengaku tidak betah diam. Mulai awal 2010 lembaga ini menggunakan nama Serunya screenwriting dan telah menjadi sumber bagi banyak production house serta stasiun tv untuk menyuplai kebutuhan penulis. Serunya screenwriting juga telah banyak menjalin kerjasama dengan berbagai forum festival film.

Begitu banyak yang ia dapatkan dari sebuah niat untuk berbagi. Dari tidak tau mau bikin apa kini sudah puluhan karya film yang melanglangbuana ke berbagai festival. Dari yang hanya ingin buka warnet kini sudah menjadi pembicara berbagai pengusaha muda kreatif. Dari yang berat mikirin biaya sekolah sampai meraih 3 beasiswa dari lembaga internasional. Dari tidak tahu mau ke mana, sekarang ia sudah punya cita-cita untuk melebarkan sayap lembaga yang didirikannya ke mancanegara. Dari yang nggak mau kuliah sekarang malah jadi pengajar matakuliah screenwriting di kampus ternama, Universitas Indonesia.

Temen nan yuk ..!

ypk



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta