Andy Amrullah
Kesasar Jadi Musisi
Bermula dari kesenangannya melukis, dan bercita-cita menjadi pelukis handal, principal violin Sa’Unine String Orchestra, Andy Amrullah malah kesasar jadi jadi musisi. Prosesnya menjadi musisi berawal dari ayahnya yang membeli biola dari orang Cina yang berjualan didepan rumahnya. “Saya ingat harga biolanya itu 35.000 dan dibayar tiga kali oleh ayah saya. Dari situ saya mencoba bermain biola tapi tidak terlalu serius karena prestasi saya sejak SMP sebenarnya melukis, akhirnya saya pindah dari Malang ke Jogjakarta untuk serius menekuni lukis”, paparnya. Sampai Jogjakarta, Dull, panggilan akrab Andy malah memilih musik di Sekolah Menengah Musik (SMM). “Kata ayah saya begini, ‘Koe kan wis pinter gambar, jadi belajar musik wae, biar pintar musik’. Ya sudah saya malah test musik di SMM, dan masuk,” tambahnya.
Menekuni musik ternyata tak semudah yang dibayangkan Andy, begitu lulus SMM, niat meneruskan pendidikan musiknya ke ISI Jogjakarta terhambat, ia malah kursus bahasa Inggris selama satu tahun karena tidak lulus waktu test masuk ISI. “Teori saya jebol banget waktu test masuk ISI, mungkin kebanyakan main, dan dulu saya juga masih rajin melukis dan pameran sama teman-teman, jadi malah nggak lulus test ISI, akhirnya saya malah kursus bahasa inggris setahun,”.
Namun rasa penasarannya masih besar, ia kemudian kuliah D3 ISI jurusan performance, selama menjalani kuliah D3 nya, sesekali Andy mengisi orkestra yang saat itu hanya ada Nusantara Chamber, yang pengisi musiknya diseleksi sangat ketat. “ Dulu waktu kuliah D3, buat saya masa depan itu gelap. Gak tau mau jadi apa setelah lulus, apalagi orkestra dulu hanya ada satu. Beberapa kali saya ikut audisi, dan gagal sampai akhirnya berhasil masa depan seperti digiring begitu saja, main dimana-mana itupun demi membiayai kuliah saya sendiri,” tuturnya.
Gelar Sarjana Andy kemudian di kukuhkan dengan mengambil Musikologi di ISI. “Kenapa saya ambil musikologi, awalnya karena saya merasa musik klasik itu membosankan dan nggak ada tantangan, musik klasik itu kan “tune’ nya perfect dan begitu-begitu saja. Saya berharap lewat jurusan musikologi saya bisa memberikan ide-ide baru dengan lewat bunyi-bunyi yang lebih beragam dan dinamis, karena itu dari dulu saya sangat menyukai musik etnik,” paparnya.
Perjalanan sebagai musisi lulusan Musikologi sempat membawa Andy menjadi guru tidak tetap di SMM, sayang ide-ide eksperimennya dalam kurikulum musik selalu ditolak, akhirnya dengan berat hati ia keluar. Andy juga pernah ditawari menjadi dosen, namun ditolak dengan alasan kurikulum mengajar sudah ada dan baku, jadi rasanya percuma kalau menjadi dosen tapi tidak bisa menyebarkan virus eksperimen kepada mahasiswanya nanti.
Sekarang, Andy masih aktif bergabung sebagai principal violin Sa’Unine String Orchestra, selain itu, pengalaman mengisi violin di berbagai orkestra tanah air dan berkolaborasi dengan musisi-musisi mancanegara jangan ditanya. Andy juga memiliki sanggar anak Firdaus yang didalamnya berisi berbagai kegiatan seni, teater, musik, lukis yang dijalankan olehnya bersama teman-teman disekitar rumahnya. “Disini saya berharap bisa menjadi pendidik yang baik dan dengan bangga melihat anak didiknya berhasil dan menjadi “orang”. Satu lagi, karena saya ini berada di dua alam, lukis dan musik saya ingin membuat karya lukis dan musik dengan judul yang sama, entah musiknya duluan atau lukisannya duluan masih proses pemikiran,” tutupnya.
Temen nan yuk ..!
Natalia.S
Artikel Lainnya :
- ULAM CEMENG DI Tembi(21/06)
- Rumah Dokumentasi Budaya(23/08)
- 30 Agustus 2010, Suguhan - SOTO KWALI(30/08)
- PENATAAN KAWASAN PANTAI PARANGTRITIS(24/03)
- 25 Januari 2010, Suguhan - WAROENG PECEL CABEAN(25/01)
- MENGENANG KAWAN HERU TELAH TIADA(03/08)
- POS RONDA DAN SISTEM TANDA BUNYI KENTONGAN DI JOGJA(12/10)
- 16 Nopember 2010, Ensiklopedi - DOLANAN BAS-BASAN SEPUR(16/11)
- PRAJURIT JAWA TAHUN 1897(27/09)
- Dolanan Boy-Boy-an(12/06)