Tembi

Makanyuk»YANGKO, KUE KENYIL KENYIL DAN WANGI: SALAH SATU MAKANAN KHAS KOTAGEDE, YOGYAKARTA

08 Sep 2008 09:45:00

Makan yuk ..!

YANGKO, KUE KENYIL-KENYIL DAN WANGI: SALAH SATU MAKANAN KHAS KOTAGEDE, YOGYAKARTA

Ada seabreg makanan khas Yogyakarta. Ada banyak tempat sebagai sentra atau penghasilnya. Kotagede, sebagai kota tua di Yogyakarta telah mengeluarkan banyak produk makanan atau masakan yang khas, yang menjadi ciri khas wilayah tersebut dan meluasnya, ciri khas Yogyakarta. Salah atu produk makanan khas Kotagede selain kue kipo, banjar ukel, emping mlinjo, sate karang, ada lagi: yangko.

Agak susah mencari asal-usul nama yangko ini. Namun menurut sumber setempat yangko mulai diproduksi di Kotagede sejak tahun 1920-an. Tembi mencoba menelusuri gang-gang di wilayah Kotagede untuk menemukan produsen atau pengrajin yangko ini. Ada beberapa produsen atau pengrajin yang telah gulung tikar. Ada yang masih berproduksi dalam skala kecil-kecilan. Ada yang sudah gulung tikar namun papan namanya belum ikut digulung. Ada lagi yang masih terus berproduksi dan berkembang. Salah satu pengrajin yang masih berproduksi itu adalah milik Ibu Endang Mulyani (42) yang tinggal di Dusun Sarirejo, Singosaren, Kotagede, Bantul.

Ibu Endang Mulyani memproduksi yangkonya sejak 1993. Semula ia hanya ikut kakaknya sebagai generasi ke-2 produsen dan penjual yangko di Kotagede. Setelah itu Bu Endang Mulyani ikut memasarkan produk yangko tersebut. Kakak Ibu Endang Mulyani termasukpelopor dan perintis penjualan yangko di luar Kotagede sehingga makanan ini mulai dikenal luas.

Produksi yangko Ibu Endang Mulyani ini diberi merk atau label Yangko STW/ Sofiana. Awalnya ia memproduksi yangkko dengan bahan baku tepung ketan sebanyak 10 kg. Jika dalam 2,5 kilogram tepung ketan dapat dihasilkan 20 dus yangko, berarti di awal usahanya itu ia sudah memproduksi yangko sebanyak 4 x 20 dus = 80 dus. Untuk masing-masing dus berisi 30 potong yangku ukuran 2 x 2 x 2 Cm ia memasang harga (harga sekarang) Rp 6.000,-.

Proses pembuatan yangko tidaklah terlalu rumit. Hanya saja dibutuhkan ketekunan, ketelitian, dan keterampilan. Mula-mula dipersiapkanlah tepung ketan, gula yang telah dicairkan, dan aroma. Adonan diaduk dengan mesin pengaduk (mixer). Setelah ituaadonan dibuat jenang hingga mengental. Setelah kadar kematangan dan keketalannya cukup, adonan dituang dalam wadah-wadah (baskom). Bila adonan sudah suam-suam kuku kemudian dituang untuk dilentreng (didinginkan dan dibuat melebar-tipis). Setelah dingin barulah adonan yang sudah jadi itu dipotong-potong, dibungkus kertas minyak dan disusun dalam dus yang telah disiapkan.

Yangko memiliki kekhasan rasa. Kecuali rasa manis yang dominan, di dalam yangko kita juga bisa merasakan wangi aromanya. Bentuknya yang kecil menyebabkan kita tidak cepat ketika menyantapnya. Nuansa kenyil-kenyil atau cetit-cetit ketika kita mengunyahkan mengundang sensasi kenikmatan bersantap.

Yangko yang telah dikemas dalam dus bisa bertahan beberapa hari bukan karena diberi pengawet, namun karena proses pemasakannya yang matang. Sampai kini Ibu Endang Mulyani telah memproduksi yangko dengan berbagai rasa. Rasa klasik adalah yangko rasa kacang. Sedangkan yangko yang beraroma baru misalnya yangko rasa durian, nangka, strawberry, cokelat, pandan, dan anggur. Menurut pengakuannya rasa klasik dan rasa aneka warna lah yang paling digemari konsumen.

Kini Ibu Endang bisa memproduksi yangko rata-rata sebanyak 500 dus per hari. Jika menjelang hari-hari besar seperti Idul Fitri atau liburan sekolah dalam seharinya ia mampu menjual 1.000 dus yangko. Untuk menunjang kinerjanya ia mempekerjakan 15 orang karyawan dengan sistem 5 hari kerja. Sampai detik ini Bu Endang merasa bahwa semua usahanya lancar-lancar saja. Tidak ada kendala yang berarti.

Jika Anda berada di Yogyakarta boleh merasa rugi jika belum mencicipi jenis makanan ini. Apabila belumpernah mencicipi, Anda tidak akan pernah tahu bagaimana sensasi kenikmatan yang ditimbulkannya di dalam mulut dan lidah Anda.

foto dan teks: sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta