Wedang Dongo dan Nasi Liwet Solo

Wedang Dongo dan Nasi Liwet Solo

Solo, memang mempunyai daya tarik menyangkut kuliner. Kapan sampai di kota ini, tidaklah lupa akan wedang dongo dan nasi liwet. Dua jenis menu ini memberikan eksotsime tersendiri menikmati malam hari di Solo.

‘Kuliner Tembi berhenti di Solo. Tentu tak lupa menikmati dia jenis menu itu; Wedang dongo dan nasi liwet. Dari beberapa tempat yang sudah dikelilingi, untuk sejenak melepas lelah di Solo sambil mencari menu di Solo, akhirnya sampai di jalan Teuku Umar Keprabon, Solo. Dan, warung-warung yang buka, tentulah sederatan menawarkan nasi liwet. Teman yang tinggal di Solo memberi rekomendasi satu nama warung, yang menurut dia (paling) enak, tetapi tidak ditemukan. Mungkin sedang tidak jual.

Disatu warung, ‘kuliner Tembi’ masuk dan melihat list menu yang tersedia. Pilihan pertama langsung pada wedang dongo dan nasi liwet.

Ah, wedang dongo memang hangat. Kuahnya memang panas sehingga, menikmatinya di malam hari, segera tubuh menjadi hangat, bahkan berkeringat, karena kebetulan udara malam tidak sedang dingin.

Wedang dongo, kalau di Yogya, wedang ronde, karena memang ada ronde dan kacang, kolang-kaling. Namun masih dilengkapi jeli dan rumput laut. Warna kuahnya coklat dan rasa jahenya terasa. Campuran rempah-rempah pada wedang donngo, yang agaknya memiliki rasa khas: berbeda dengan ronde.

Tentulah kita tahu, wedang dongo untuk mengusir rasa haus sekaligus menghangatkan tubuh. Tapi untuk membuat perut kenyang, nasi liwet salah satu ‘obatnya’. Maka, ‘kiliner Tembi’ memesan nasi liwet. Nasi ini khas, rasa gurih sangat terasa, bercampur dengan rasa pedas dan manis pada telurnya. Kalau mau ditambahi ayam goreng juga boleh. Tapi biasanya, pada nasi liwet di Solo, suwiran (potongan) daging ayam dan telur telah menjadi ‘paket’ dari nasi liwet.

Wedang Dongo dan Nasi Liwet Solo

Jadi, hangatnya wedang dongo dan nasi liwet bisa memberikan cita rasa menu malam hari di Solo. Atau kalau datang di Solo, cobalah tidak melupakan dua jenis menu ini, atau bisa ditambah lagi tengkleng.

Bersama dengan teman-teman dari Yogya ‘Kuliner Tembi’ menikmati wedang dongo. Seorang teman yang sebelumnya pesan es teh, jenis minuman konvensional, yang bisa ditemukan di mana saja, akhirnya menambah minum dengan memesan wedang dongo. Kelihatan sekali dia menikmati wedang dongo.

‘Kuliner Tembi’ mendekati tungku yang dipakai untuk memanaskan kuat wedang dongo. Ketika tutupnya dibuka, uap yang keluar membawa bau menyegarkan.

“Ada apa pak?’ tanya penjual

‘Ini pakai apa kok bisa hangat rasa kuahnya?” tanya kuliner Tembi.

‘Dimasak pakai jahe yang sudah dimemarkan dan dibakar’ jawab penjualnya.

“Warna coklatnya pakai apa, kalau wedang ronde warna kuahnya tidak coklat seperti ini’ tanya kuliner Tembi lagi.

‘Diberi bahan rempah-rempah’ katanya.

Karena merasakan nikmatnya wedang dongo. Kuliner Tembi meminta dibuatkan satu wedang dongo lagi. Karena satu porsi, meski panas, segera dihabiskan ‘kuliner Tembi’. Tak berapa lama wedang dongo disuguhkan.

Rupanya, menikmati wedang dongo tidak bisa cepat-cepat laiknya minum es teh. Perlu pelan, sabar dan dinikmati.

Wedang Dongo dan Nasi Liwet Solo

Makan yuk ..!

Ons Untoro

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta