Tembi

Makanyuk»PEYEK MBOK TUMPUK

31 Aug 2009 09:06:00

Makan yuk ..!

PEYEK MBOK TUMPUK

Peyek tumpuk banyak ditemui di sejumlah pusat oleh-oleh di Yogya. Jika peyek umumnya berbentuk pipih, peyek tumpuk berbentuk bongkahan, seperti peyek yang ditumpuk-tumpuk tidak rapi. Peyek tumpuk diciptakan oleh Mbok Tumpuk. Kata ‘tumpuk’ mengacu pada bentuk peyek yang seolah ditumpuk-ditumpuk, serta pada penciptanya yang aslinya memang bernama Tumpuk.

Meski bentuknya bongkahan, jangan khawatir gigi kita akan rompal. Adonan tepungnya ternyata empuk, mudah dikunyah. Lebih dari itu, rasanya renyah dan gurih. Kacang tanahnya banyak bertaburan. Sehingga rasa peyek yang nikmat kita dapatkan.

Salah satu rahasianya, kata Kelik (35 tahun), pada proses penggorengan peyek yang dilakukan selama tiga kali. Awalnya disiapkan adonan yang terdiri dari tepung beras, kacang, serta telur, santan, dan bumbu dapur seperti bawang putih, ketumbar dan garam. Kemudian adonan dimasukkan ke dalam wajan dengan suhu amat panas. Tujuannya untuk membentuk peyek. Lalu adonan dipindahkan ke wajan di sebelahnya dengan suhu yang lebih rendah, untuk mematangkan. Setelah tanak, peyek diletakkan di atas tampah, dan diangin-anginkan selama semalam. Kemudian, yang terakhir, peyek digoreng kembali dalam waktu yang tidak lama.

Peyek tumpuk ini, tutur Kelik, merupakan hasil eksperimen Mbok Tumpuk pada sekitar awal tahun 1980an. Sebelumnya, Mbok Tumpuk dan suaminya membuat dan menjual geplak. Keduanya memang keturunan pembuat geplak. Awalnya Mbok Tumpuk membantu orang tuanya membuat geplak di Badegan Bantul. Kemudian pada sekitar tahun 1975 bersama suaminya Mbok Tumpuk pindah ke lokasi sekarang, di Jalan Wachid Hasyim No 104, sebelah selatan perempatan Gose. Di sini selain membuat geplak, Mbok Tumpuk membuat panganan basah semacam lumpia, tahu susur, pisang goreng, dan sebagainya. Usahanya berkembang dengan puluhan karyawan, yang sebagian besar direkrut dari tetangga sekitarnya.

Geplak Mbok Tumpuk,kata Kelik, ternyata juga menginspirasi bentuk geplak sekarang. Bentuk umum geplak sebelumnya justru lonjong, yang dibentuk oleh merang. Oleh Mbok Tumpuk, agar lebih praktis, geplak dikepal sehingga berbentuk bulat. Bentuk geplak seperti ini yang banyak ditemui sekarang.

Setelah Mbok Tumpuk menciptakan peyek tumpuk –dan tenyata laris– karyawan yang membuat panganan basah dimintanya membuat usaha sendiri. Panganan produksi karyawan tesebut dititipjualkan di toko Mbok Tumpuk. Sebuah teladan sikap ngurip lan nguripi. Mbok Tumpuk fokus pada pembuatan geplak dan peyek tumpuk. Orang bebas melihat proses pembuatannya yang berlangsung sejak jam 9 pagi hingga jam 3 sore. Bagi Mbok Tumpuk, seperti dituturkan Kelik, rezeki sudah diatur oleh Yang Di Atas.

Sekitar tahun 1994 Mbok Tumpuk wafat, usahanya dikelola oleh anak keduanya. Pada sekitar tahun 1999, ganti dikelola oleh Kelik --menantu Mbok Tumpuk-- dan Srikasih --istri Kelik dan anak bungsu Mbok Tumpuk. Anak keduanya membuka usaha otomotif di seberang toko Mbok Tumpuk.

Kini seharinya peyek di tokonya, menurut Kelik, menghabiskan sekitar 50-70 kg kacang tanah dan sekitar 25-35 kg tepung. Jumlah karyawannya sekarang sekitar 30 orang.

Harga peyek Mbok Tumpuk per setengah kilonya Rp 13.000. Toko ini buka setiap hari. Dagangannya cukup komplit dengan berbagai macam panganan basah, snack, dan kue kaleng. Toh dari segala macam pilihan itu, bongkahan peyek tumpuknya yang tidak tampil cantik tetap mencuat sebagai primadona.

a. barata




Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta