Menikmati "Waroeng Ayam Kampung" di Yogya

Daging ayamnya digoreng kering, dan tidak kelihatan basah minyak. Rasa gurihnya terasa sampai ke dalam daging, nan empuk dikunyah.

Di ‘Waroeng Akam’ pilihannya hanya ayam kampung, utuh atau yang sudah dipotong Foto: Ons Untoro
Dada ayam kampung

Di Yogya, ada banyak sajian masakan ayam kampung yang sudah dikenal antara lain, ayam goreng Ny Suharti ayam goreng ‘Bu Tini’ di Jalan Sultan Agung, Bintaran, ‘mBok Sabar’, dan ayam goreng ‘Kalasan’.

Ada satu “pendatang baru” yang ikut meramaikan pasar menu ayam kampung di Yogya, yakni ‘Waroeng Akam’ kependekan dari ayam kampung. Ini warung baru empat bulan berdiri. Selain di Yogya, ‘Waroeng Akam’ bisa ditemukan di Malang dan Bandung. Di Yogya, ‘Waroeng Akam’ mengambil lokasi di Jalan Turangga Sari 3 No 1, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Lokasinya tidak susah dicari. Dari ring road utara, tepatnya perempatan ring road Condong Catur menuju ke arah Terminal Condong Catur, dari arah ini menuju ke arah barat, dan hanya sekitar 200 meter ‘Waroeng Akam’ segera bisa ditemukan.

Halamannya luas, sehingga mobil mudah mengambil tempat. Ruang makannya terbuka dan bersih. Setiap pengunjung bisa saling melihat. Semua jendela terbuka lebar sehingga udara berhembus semilir, apalagi memilih di pojok timur, bisa melihat sungai sambil menikmati ayam goreng kampung.

Pilihan menunya memang hanya ayam kampung: tinggal pilih paha, dada, rempela ati atau ayam utuh. Ayam utuh harganya Rp. 70.000, dan untuk dada atau paha cukup Rp 14.500. Harga tersebut belum termasuk nasi putih. Tersedia sambal merah, yang tidak terlalu pedas: perpaduan antara cabe merah dan tomat. Ada juga sambal bawang, rasa pedasnya menggigit, campuran antara cabe rawit dan bawang putih.

Pilihan minumannya tersedia aneka jus dan minuman konvensional lainnya, seperti es teh atau teh panas.

Terseia minuman juice di ‘Waroeng Akam’, Foto: Ons Untoro
Jus Akam, pepaya dipadu jeruk nipis

Kuliner Tembi, Sabtu sore 30 Maret 2013 mampir di ‘Waroeng Akam’ ini. Pilihannya pada dada goreng dan jus akam, yang berupa jus papaya dipadu jeruk nipis. Tidak sampai 15 menit pesanan segera dihidangkan. Begitu tangan langsung menyentuh dada ayam yang tersedia di meja, masih terasa panas, sehingga tangan secara reflek lagsung ditarik.

Daging ayamnya digoreng kering, dan tidak kelihatan basah minyak. Rasa gurihnya terasa sampai ke dalam daging, nan empuk dikunyah. Karena saking empuknya dan mudah untuk ‘dicuwil’ pakai tangan, maka dagingnya cepat habis dan tinggal tulang yang tersisa.

Rasa gurih berpadu dengan rasa pedas sambal bawang, membuat rasa ayam kampungnya terasa nikmat. Seolah rasa gurihnya tidak mau pergi dari lidah, meski sudah meninggalkan ‘Waroeng Akam”.

Makan yuk ..!

Ons Untoro



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/


Baca Juga Artikel Lainnya :




Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta