- Beranda
- Acara
- Berita Budaya
- Berita Tembi
- Jaringan Museum
- Karikatur
- Makan Yuk
- Temen
- Tentang Tembi
- Video Tembi
- Kontak Kami
Jaringan-museum»KYAI KAHYUN DAN TERJADINYA DUSUN KAYUNAN
08 Sep 2011 08:50:00Keletakan
Makam Kyai Kayun atau Kyai Kahyun yang sering juga disebut Raden Mas Palang Negara secara administratif terletak di Dusun Kayunan, Kalurahan Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY. Lokasi ini dapat dijangkau dengan melalui Perempatan Ring Road Monumen Jogja Kembali ke arah utara-Jalan Palagan Tentara Pelajar-Pasar Rejodani-ke utara-perempatan Donoharjo (SMA I Donoharjo) ke barat. Lokasi makam Kyai Kahyun berada di sisi selatan kompleks kampus SMA I Donoharjo.
Kondisi Fisik
Nisan Kyai Kahyun terletak di tengah-tengah kompleks kuburan umum Dusun Kayunan. Luas kompleks makam Kyai Kayun kurang lebih 300 meter persegi. Nisan Kyai Kahyun tidak berbentuk seperti lazimnya nisan-nisan makam di Jawa. Nisannya berbentuk persegi. Nisan ini dibuat dari pasangan batu bata yang disemen dan dilapisi dengan keramik. Pada bagian tengah bangunan persegi berukuran sekitar 1 m x 1m dan ketinggian sekitar 15 Cm ini terdapat satu bentuk tiang semacam patok. Jadi, jika diamati, nisan Kyai Kahyun hanya ditandai dengan semacam lantai persegi dan satu tiang (patok) di bagian tengahnya. Tinggi patok ini sekitar satu meter.
Latar Belakang
Menurut RH. Sudibyo (72) selaku sesepuh dusun setempat sekaligus tokoh yang memperbaiki makam Kyai Kahyun, nama Dusun Kayunan berasal dari kata kayun. Umumnya orang awam sering salah menduga dengan mengatakan bahwa nama Dusun Kayunan nerasal dari kata kayu.
Istilah kahyun atau kayun dapat dimaknai sebagai rindu pada kedamaian, perasaan rindu atau kasih yang mendalam. Perasaan semacam ini menurut sumber setempat dulunya pernaqh diderita oleh tokoh yang bernama Raden Mas Palang Negoro. Raden Mas Palang Negoro sendiri adalah salah satu bangsawan yang berasal dari Majapahit. Ia melarikan diri dari Majapahit karena waktu itu Majapahit sedang dilanda perang. Pelariannya dari Majapahit itu dilakukannya bersama istrinya.
Derita atau perasaan kahyun dari RM. Palang Negara itu akhirnya menjadi terobati begitu ia dan istrinya sampai di suatu tempat yang sekarang dikenal sebagai Dusun Kayunan. Di tempat ini suami istri itu mendapatkan sebuahwilayah atau daerah yang indah. Tanah di tempat ini demikian subur. Ada pula sungai yang mengalirkan air demikian jernih dan tidak pernah kering sepanjang tahun. Sungai ini juga penuh dengan ikan. Kecuali itu, di beberapa tempat juga ditemukan mata air yang mengalirkan air jernih. Hutan-hutan di sekitar juga penuh dengan pohon besar yang menghasilkan buah dan kayu. Hutan juga menjadi hunian aneka satwa. Lingkungan alam yang demikian membuat RM. Palang Negara merasa nyaman dan damai. Rasa kahyun-nya pun tersembuhkan. Berdasarkan rasa kahyun yang tersembuhkan inilah kemudian ia menamakan daerah ini Dusun Kayunan.
Nama Palang Negara kemungkinan besar juga bukan nama asli dari tokoh yang membuka dan mendirikan Dusun Kayunan ini. Sumber setempat menduga bahwa nama Palang Negara berkait erat dengan derita atau berbagai hal yang dialami oleh tokoh ini. Artinya, di dalam perjalanan pengembaraannya ia mendapatkan banyak pepalang, rintangan, atau rintangan. Namun semua itu dipikulnya dengan keikhlasan. Ia ikhlas menerima pepalang negara ‘halangan-halangan yang ada dan timbul di dalam negara’ yang harus disandangnya. Keikhlasan itu dilandasi sebuah keyakinan bahwa kelak ia akan mampu menjadi semacam garam yang sekalipun tidak kelihatan, akan dapat mengasinkan lingkungannya. Memekarkan lingkungannya menjadi lingkungan yang baik, damai, serta makmur. Selain itu, ia akan menurunkan trah Majapahit. Entah bagaimanapun cara dan jadinya, ia akan menurunkan orang yang pancer atau leluhurnya berasal dari Majapahit. Ia merasa wajib menurunkan keturunan Majapahit supaya tidak cures (hilang/habis).
Sesungguhnya, pada awalnya, RM Palang Negara menamakan daerah yang dibukanya itu dengan nama Sanareja. Sana atau sasana diartikan sebagai tempat dan reja diartikan sebagai makmur. Hal ini sesuai dengan ener ‘arah’, nur ‘cahaya’, atau visi RM. Palang Negara sejak awalnya, yakni mengarah pada pendirian sebuah tempat yang dapat memberikan kedamaian sekaligus kesejahteraan.
Dalam kesehariannya suami istri ini saling menyayangi, penuh kasih, dan saling melayani. Bukan saling memanfaatkan sebagai bentuk eksploitasi dan eksplorasi. Apalagi mencari untung, menang, dan enaknya sendiri. Berdasarkan hal itu, maka Dusun Sanareja yang akhirnya lebih dikenal dengan nama Kayunan ini berkembang menjadi dusun yang cukup makmur.
Semula nisan makam Kyai dan Nyai Kahyun memang tidak pernah ditemukan. Kuburan dari keduanya hanya berupa gundukan tanah yang berada di bawah pohon kemuning. Berdasarkan hal itu maka orang pun berkesimpulan bahwa Kyai dan Nyai Kayun memang tidak bersedia kuburannya diberi penanda berupa batu nisan. Akan tetapi pada perkembangannya hal itu tetap dilakukan juga demi menjaga agar kuburan tokoh pendiri Dusun Kayunan ini tidak hilang. Hal ini merupakan bentuk penjagaan atau pelestarian sejarah Dusun Kayunan itu sendiri. Sumber setempat juga menyebutkan bahwa pada tahun 1949-an makam Kyai Kayun banyak diziarahi orang.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- Daftar judul buku(18/02)
- Dasamuka(08/07)
- SATE KAMBING TIBAN(06/04)
- Catatan Hari untuk Minggu Depan(12/04)
- 9 Oktober 2010, Adat Istiadat - MAKNA DI BALIK TRADISI TIONG JIU (ZHONG-QIU) (II)(09/10)
- 17 September 2010, Figur Wayang - Padhawa Muksa(17/09)
- Puisi Untuk Sang Penyair(26/01)
- Pergola Hijau Kian Bertumbuhan di Kota Jogja(04/04)
- Tomat, Merica, Terong Dari Karsu Donmez(19/11)
- DUDUTAN LAN ANCULAN(27/09)