Yang Lengang dan Teduh Di Yogya

Yang Lengang dan Teduh Di Yogya

Bagi yang sudah lama tinggal di Yogya, pasti tahu, bahwa Yogya, suatu masa yang lalu, situasinya lengang, dan suasana teduh menyertai. Ruang jalan yang ada di Yogya, meski ring road belum dibangun, suasana lengang mudah ditemukan di jalan-jalan, bahkan termasuk jalan utama Yogya seperti sekarang dikenal dengan nama titik nol kilometer.

Pada masa yang lama sudah lewat, jalan-jalan lengang di Yogya, karena pengguna jalan yang mengendarai kendaraan bermotor belum banyak, sehingga di jalan-jalan, jarak kendaraan yang satu dengan kendaraan lainnya cukup lama. Menandakan bahwa lalu lintas tidak macet. Pengendara motor, pengendara sepeda dan pejalan kaki bisa menikmati suasana lengang.

Tapi, Yogya sekarang, seperti kita tahu, sudah mulai macet kendaraan bermotor memadati jalan-jalan, bahkan sekaligus ‘mengusir’ sepeda onthel, yang dulu menjadi ciri khas dari Yogya. Pejalan kaki, hampir-hampir, tak ada tempat untuk jalan-jalan. Trotoar sudah penuh untuk tempat parkir dan pedagang kaki lima. Pada hari-hari tertentu, misalnya saat long week end, kemacetan di Yogya bisa bertambah. Bahkan, pada hari raya lebaran, kemacetan di Yogya melebehi ‘status padat’, ada yang menyebut, di hari raya lebaran, kemacetan Jakarta ‘berpindah’ ke Yogya.

Namun kita bisa menemukan Yogya lengang pada hari-hari tertentu, seringkali kita menemukan dibeberapa titik jalan di Yogya, yang biasanya ramai, kelihatan lengang, setidaknya kendaraan bermotor tidak memadati, misalnya di jalan Kleringan, dari arah jalan Mangkubumi, ke selatan, jalur utama untuk memasuki Maloboro atau kawasan Kotabaru melewati jalan Kleringan ini. Di jalan ini, jalur kendaraan dipecah menjadi dua, kendaraan yang akan menuju kawasan Kotabaru ada jalan lurus: jalan yang dibuat berupa jembatan di atas sungai Code. Jalur menuju kawasan Maliboro dan kawasan jalan Mataram, dari jalan Kleringan belok ke kiri.

Jalan lengang dan teduh, setidaknya dalam waktu yang tidak lama, seringkali bisa ditemui dikawasan Kotabaru sebelah selatan, atau juga di beberapa titik ruas jalan lainnya. Suatu kali ‘ Tembi’ mengelilingi beberapa titik ruas jalan dan melihat jalan-jalan lengang, hanya dilewati beberapa kendaraan, sehingga melewati jalan menjadi terasa nyaman.

Yang Lengang dan Teduh Di Yogya

Udara di Yogya, mungkin seperti di kota-kota lain, setidaknya di Jakarta, Surabaya, Semarang, panas menyengat. Melewati jalan-jalan di Yogya, tak bisa menghindari udara panas menyengat. Hanya bila mengendarai mobil yang menggunakan AC, udara panas bisa diatasi, setidaknya selama berada di dalam mobil.

Kita memang bisa menemukan pepohonan rindang di beberapa ruas jalan di Yogya, bukan hanya di kota Yogya, melainkan di tepi-tepi kota, yang masuk wilayah kabupaten lain seperti Sleman dan Bantul misalnya. Pepohonan itu merindangi jalan-jalan utama. Di Yogya, di kawasan Kotabaru, pepohonan rindang mengurangi panas menyengat, di Jl, Panembahan Senapati, pepohan rindang membuat jalan menjadi teduh. Di jalan utama kota Bantul, pepohonan rindang memberikan teduh pada orang yang melewatinya.

Rasanya, jalan-jalan di Yogya, yang miskin ruang publik, untuk jangka panjang perlu pepohonan yang lebih banyak. Sejumlah pepohonan yang ada dibeberapa ruas jalan, perlu dikembangkan ditempat lain. Pepohonan akan membawa keteduhan. Kalau Yogya jangka panjangnya penuh bangunan bertingkat, artinya panas menyengat akan semakin terasa. Padahal yang diperlukan bagi warga Yogya adalah udara segar dan upaya mengatasi polisi. Pepohonan yang mudah ditemukan dibanyak tempat, termasuk di jalan-jalan utama di Yogya, kiranya bisa membuat Yogya menjadi segar.

Ons Untoro


Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta