Kepercayaan Harapan Galih Reza

Kepercayaan Harapan Galih Reza

Lagi, untuk ke-10 kalinya, Tembi Rumah Budaya menyelenggarakan pameran seni rupa karya peserta artist in residence. Kali ini adalah karya Galih Reza Suseno, peserta program artist in residence Tembi Rumah Budaya ke-10.

Galih masih kuliah di jurusan Seni Rupa Murni Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Negeri Sebelas Maret Solo. Ia juga peserta residen pertama yang domisilinya tidak di Yogya. Kebetulan program residensi ini memang menyediakan rumah untuk menginap dan berkarya. Selama tiga bulan lebih, sejak Mei 2012, Galih tinggal di sebuah rumah yang cukup besar di Dusun Neco, di dekat Tembi. Pada 5 September, ia berpameran di Tembi Jakarta sampai 15 September, lantas dilanjutkan pameran di Tembi Yogya sejak 26 September hingga 10 Oktober.

Kepercayaan Harapan Galih Reza

Ada sekitar 15 karya yang dipamerkan yang secara keseluruhan diberi tajuk Hope Beyond Absurdity. Karya-karya residensinya ini berkutat pada pilihan nilai-nilai kehidupan di tengah tawaran berbagai nilai yang ada. Di satu sisi, lukisannya mengesankan kengerian yang mengingatkan pada dibukanya kotak milik Pandora oleh Epimetheus. Semua wujud kesengsaraan dan penderitaan menerjang ke luar. Ini memang menjadi adegan dramatis yang klasik. Sejajar dengan itu dalam lukisan Reza adalah makhluk-makhluk sangar dan manusia-manusia yang tak berdaya, takut, sakit dan sengsara, serta alam yang porak-poranda. Tapi seperti juga di dasar kotak Pandora tertinggal tulisan ‘harapan’, begitu juga pada lukisan Galih ditunjukkan optimisme. Kepercayaan kristiani Galih merupakan poin positif yang dipilihnya menjawab kegalauan dan absurditas kasunyatan kehidupan ini.

Menurut perupa Fajar Sutardi, pameran ini bisa dimaknai sebagai upaya membangun harapan di dalam ketidakpastian dengan mencoba menarasikan karya visualnya secara dialektis yang mengajak kita membangkitkan kesadaran pada kepastian kepada Yang Maha Pasti, yaitu Gusti Allah. Galih berusaha mengaktuasi keimanannya kepada Tuhan dengan sifat-sifat agungNya ke dalam karyanya secara dialektis. Galih mengajak penikmat dan penonton karya-karyanya untuk sekaligus membangun kesadaran penonton dalam mengapresiasi karya-karya dengan tanpa maksud menggurui. Karya-karyanya yang berjudul Atu Ndak Tatut, Fill Me With Your Kindness, I’m Lost Without You, Metanoia, Never Late, Surrender All Honey, The Name Is Ghost Is Beauty menggambarkan harapan atas kecemasan, ketakutan, kekhawatiran yang terjadi pada siapa saja, tetapi terjawab dengan kembali dekatnya pada Yang Atas.

Kepercayaan Harapan Galih Reza

Guru besar UNS yang membuka pameran ini, Prof. Dr. Andrik Purwasita melihat gaya Galih yang cantik dalam karya Never Late. Dalam karya ini Galih sangat sempurna menyuguhkan aroma kengerian akan runtuhnya moralitas kemanusiaan yang adil dan beradab. Secara normatif sebagai mahasiswa seni rupa ia berhasil dalam menampilkan komposisi, warna, gambar bentuk serta simbol-simbol yang dijadikan alat untuk menyampaikan pesan.. Terlepas dari kematangan dalam menggunakan warna dan kematangan dalam gradasi, menurut Andrik, tetaplah karya tersebut menunjukkan bahwa Galih mempunyai peluang masa depan yang cemerlang dalam pertarungan seni lukis kontemporer.

Di tengah proses kreatifnya pada masa residensi, Galih menjadi juara pertama antar perguruan tinggi di tingkat nasional dalam bidang seni rupa (Peksiminas), setelah sebelumnya menjuarai tingkat Jawa Tengah. Artinya, perupa berusia 22 tahun ini memang punya talenta besar dan skill yang menjanjikan.

Kepercayaan Harapan Galih Reza

Harapan dari Galih mengatasi atau menjawab absurditas dalam jagad besar kehidupan, barangkali lantas bersambung dengan harapan dari Galih terhadap dirinya dalam absurditas jagad kecil senirupa berkaitan dengan jalan kesenimanannya.

barata


Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta