Dolanan Anak Tradisional: Akan Tinggal Kenangan ?
Dolanan anak-anak tradisional semacam Jamuran, Cublak-cublak Suweng, Blarak-blarak Sempal, Gajah Telena, Udan Barat, dan sebagainya mungkin memang akan tinggal menjadi kenangan. Mungkin hanya akan tinggal sebagai artefak di benak orang. Sementara orang yang sama sekali tidak pernah mengetahuinya akan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak perlu dan tidak berguna. Toh dalam perjalanan waktu dan zaman akan selalu ada perubahan. Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri.
Perubahan zaman yang selalu dibarengi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mau tidak mau telah “meminggirkan” dolanan anak-anak tradisional Jawa dan dolanan anak-anak tradisional pada umumnya. Perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat anak-anak merasa tidak perlu lagi bermain bersama tetangga atau teman sekolahnya. Layar kaca baik dari HP, televisi, seabreg alat permainan dari elektronik, dan lain-lain telah membuat anak-anak tidak berkesempatan lagi bermain dengan anak-anak lainnya. Buat apa. Semua perangkat produk teknologi modern telah dapat memenuhi segala keinginan bermain dan daya khayal anak.
Berikut ini adalah beberapa contoh foto dolanan anak-anak Jawa masa lalu. Foto-foto ini mungkin masih bisa dikenali pesannya oleh para generasi tua, utamanya generasi yang dilahirkan pada tahun 1970-an ke belakang. Sementara generasi yang dilahirkan tahun 1970-an dan berikutnya mungkin sudah tidak bisa mengenali lagi. Era digital dan eletrik pada tahun 1970-an kemari telah demikian mendominasi.
Dalam foto yang ditampilkan ini tampak bahwa kebersamaan nyaris menjadi sesuatu yang amat dibutuhkan anak-anak pada masa lalu. Untuk bermain dan bergembira saja mereka tidak bisa melakukannya seorang diri. Apalagi dalam menghadapi segala kerepotan hidup. Tampak bahwa permainan tradisonal anak ini mau tidak mau membentuk ikatan pertemanan yang cukup kental. Permainan tersebut juga menuntut perjumpaan fisik yang intensif. Perjumpaan fisik di era modern menjadi relatif tidak penting karena semua itu bisa digantikan dengan SMS, telepon, dan sebagainya.
Bagaimanapun perjumpaan fisik sesungguhnya tidak bisa digantikan dengan SMS atau telepon. SMS dan telepon tidak akan pernah bisa menghadirkan keseluruhan eksistensi pengirim atau penerimanya. Lebih-lebih dalam kegiatan kerja atau permainan. Perjumpaan fisik tetap diperlukan. Permainan sepak bola yang boleh dikatakan sebagai olahraga atau permainan modern pun tidak bisa meninggalkan peran dan kehadiran orang lain.
Permainan atau dolanan anak-anak tradisional Jawa mungkin memang bisa mendekatkan hubungan-hubungan antarpersonal karena daripadanya diperlukan kehadiran seluruh kesatuan diri dari masing-masing individu. Hal demikian tidak pernah bisa digantikan dengan ”kehadiran” SMS atau telepon yang hampir selalu formal, ringkas, seta tidak lengkap. Sosok kehadiran diri seseorang ternyata tidak bisa digantikan ”hanya” dengan gambar, tulisan, serta suara. Foto ini menunjukkan betapa ”hubungan” antarfisik dan jiwa orang dalam keutuhannya tetap tidak tergantikan. Bahkan mungkin oleh robot tercanggih sekalipun.
a.sartono
Sumber: Hermanu, 2012, Ilir-ilir: Ilustrasi Tembang Dolanan, Yogyakarta: Bentara Budaya.
Sumber Primer: Overbeck., H., 1938, Javaansche Meissjespelen en Kinderlidjes, Java Instituut Jogjakarta.
Artikel Lainnya :
- Sop Kaki Kambing Kuliner Anti Bau Prengus(30/03)
- TESTIMONI KI PETRUK MENGENAI RAMADEWA(28/05)
- 14 Agustus 2010, Denmas Bekel(14/08)
- Suran. Antara Kuasa Tradisi dan Ekspresi Seni(18/06)
- 23 Maret 2011, Yogjamu - DUSUN BERJO SENTRA GENTENG YOGYAKARTA(23/03)
- 18 September 2010, Kabar Anyar - PAMERAN FOTO JOGJA KOTA REVOLUSI(18/09)
- 5 Juni 2010, Kabar Anyar - PAMERAN TEN MADE(05/06)
- Durgandini(28/09)
- 23 Januari 2010, Kabar Anyar - PAMERAN RETROSPEKSI EDHI SUNARSO(23/01)
- 1 Nopember 2010, Suguhan - YAMIE CEKER LARIS(01/11)