Tembi

Berita-budaya»TESTIMONI KI PETRUK MENGENAI RAMADEWA

28 May 2011 05:46:00

TESTIMONI KI PETRUK MENGENAI RAMADEWAHal yang lazim terjadi launching buku dengan diskusi buku, atau kalau buku novel atau fiksi lainnya dengan membaca teksnya. Ini satu launching buku, meski dengan cara membacakan bagian dari teks bukunya, tetapi ada satu bentuk yang lain, bukan diskusi, melainkan disebut sebagai testimoni. Maka, tajuk acaranya dinamakan ‘Pentas Baca dan Testimoni Ramadewa’, yang dilakukan Senin malam (23/5) lalu di Bentara Budaya Yogyakarta.

Seperti biasa, untuk di Yogya, pentas baca dihadirkan aktor Landung Simatupang dan testimoni menghadirkan Dr, Kutara Wiryamartata SJ, ahli sastra Jawa kuno. Pastilah penampilan Landung Simatupang, seperti biasanya, memikat hadirin yang datang. Landung, dalam membaca penggalan kisan Ramadewa’ sangat menjiawai sehingga dengan sadar dia berpindah karakter dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Dari Sinta ke Rama, suara Landung tidak sama. Pastilah pada suara Sinta, suara Landung menampilkan suara perempuan.

Buku yang di-launching berjudul ‘Hamba Sebut Paduka Ramadewa’ dan ada tambahan teks: Teladan Cinta dan Kehidupan Rama-Sinta’. Buku yang ditulis Herman Pratikto dan diterbitkan oleh penerbit Kompas memang mengkisahkan Rama dan Sinta namun dalam interpretasi lain. Dalam kisah ini, Sinta telah membuktikan kesuciannya dengan dibakar dan tidak kembali pada Rama. Kisah ini, setidaknya sepertiTESTIMONI KI PETRUK MENGENAI RAMADEWAdikatakan Goenawan Mohamad, memberikan pengetahuan yang lain dari kisah yang selama ini lazim kita terima dan dengar.

Testimoni dalam acara ini disampaikan oleh Kuntara Wiryamartana, seorang ahli sastra Jawa kuno. Dalam memberikan testimoni Kuntara menggunakan media wayang Petruk, karena itu Kuntara dikenal sebagai ki Petruk. Kuntara, sebagaimana laiknya dalang, mengawali testimoni dengan nembang dan sekaligus bergurau untuk mencairkan suasana.

“Ki Petruk ini sudah sampai Perancis untuk menguji doktor, kalau di negerinya sendiri, Petruk tidak boleh menguji doctor. Ora payu. (tidak laku)’ kata Ki Petruk.

Bagi Ki Petruk, buku ‘Hamba Sebut Paduka Ramadewa’ yang menggunakan konsepsi kisah Ramayana yang dipakai sebagai kerangka cerita. Penulisnya, Herman Pratikto (1929-1987), menafsirkannya kembali sehingga Sinta menjadi memiliki ‘Teladan Cinta’. Hal yang bisa dimengerti, pada akhirnya, seperti memberikan satu kisah, bahwa kehidupan akanTESTIMONI KI PETRUK MENGENAI RAMADEWAkembali pada sang hidup itu sendiri. Dalam hidup, antara lain tidak bisa melepaskan apa yang disebut sebagai kesadaran.

“Orang harus berani kembali dalam kesendirian dan merenungi hidupnya sendiri, karana waktu lahir manusia itu sendirian” kata Kuntara Wiryamartana.

Kisah mengenai Rama-Sinta memang dikenal luas, dari asalnya di India, kisah ini dikenal di Myanmar, Thailand, dan tidak lupa Indonesia. Namun kisah yang dikenal di Indonesia tidak persis seperti kisah yang dari India.

Pilihan Landung Simatupang pada bagian kisah cinta Rama-Sinta, kaarena pada bagian tersebut menampilkan tokoh hero. Seorang hero tidak bisa hadir secara sendirian, memerlukan dukungan orang lain. Lesmana, dalam kisah cinta Rama-Sinta, adalah ‘orang lain’ yang mendukung kepahlawanan Rama, yang sebelumnya patah semangat melihat istrinya, Sinta diculik Rahwana.

Rama-Sinta merupakan kisah yang dramatis. Terutama saat Sinta diculik Rahwana, membuat Rama patah semangat dan Sinta sebagai seorang istri memilih meninggalkannya. Namun adiknya Lesmana berusaha menghibur dan memberi dorongan bahwa Rama kakaknya harus heroik dan optimistis dapat merebut kembali dari cengkeraman Rahwana. Nukilan ini merupakan kisah dari ‘Hamba Sebut Paduka Ramadewa’, yang dibacakan Landung Simatupang.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta