Tembi

Berita-budaya»WITING TRESNA JALARAN SAKA KULINA

26 Jul 2011 07:12:00

WITING TRESNA JALARAN SAKA KULINAPepatah Jawa di atas secara harfiah berarti awal cinta karena/lantaran dari kebiasaan.

Pepatah ini pada masa lalu sering dikaitkan dengan peristiwa perjodohan yang dilakukan oleh para orang tua kepada anaknya. Anak yang tidak saling mengenal bisa saja tiba-tiba diperjodohkan oleh kedua orang tuanya. Selalu mungkin kedua anak tersebut akan menjalani masa-masa berumahtangganya dengan hati terpaksa. Keterpaksaan semacam itu kemudian oleh kedua orang tuanya coba dilunakkan dengan mengatakan makna pepatah di atas.

Pada gilirannya setelah menjalani kehidupan beberapa waktu selalu mungkin pula mereka (kedua anak tersebut) kemudian merasa saling cocok, saling mengenal, dan akhirnya saling mencintai atau menyayangi. Jadi, percintaan yang mereka alami tumbuh dan mekar setelah mereka saling mengenal, hidup bersama, dan saling menjalankan fungsinya masing-masing sebagai suami dan istri. Hal demikian berkebalikan dengan zaman sekarang yang kebanyakan memulai perkawainan dengan saling mengenal dan jatuh cinta dulu baru kemudian mengikat diri dalam lembaga perkawinan.

Contoh dari pepatah witing tresan jalaran saka kulina juga dapat terjadi dalam kasus lain. Misalnya orang terpaksa makan selain nasi. Semula orang tersebut merasakan ketidaksukaan atau ketidaknyamanan. Akan tetapi karena dalam setiap harinya yang harus ia makan adalah makanan selain nasi, maka lama-kelamaan ia pun akan menyukai makanan selain nasi tersebut.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta