Tembi

Berita-budaya»SMA De Britto Belajar Budaya di Tembi

01 Feb 2012 08:17:00

SMA De Britto Belajar Budaya di TembiSuasana lingkungan Tembi tiga hari lalu, Rabu hingga Jumat (25—27 Januari) sejak pagi hingga siang hari, tampak lebih hidup dibandingkan hari-hari biasanya. Di Pendopo Yudanegaran, terdengar alunan musik karawitan yang lumayan merdu. Di sampingnya, tidak kalah seru pula, segerombolan anak mengelilingi meja sedang asyik belajar memasak. Terlihat mereka sedang diperkenalkan dengan bumbu-bumbu masak, seperti kunir, jahe, kencur, kunci, bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, dan lainnya.

Sementara di dalam Museum, puluhan anak tertawa bercanda sambil belajar membatik dan membuat topeng. Di tempat latihan tari, diiringi musik tari, puluhan siswa laki-laki tanggung ikut latihan tari dan mSMA De Britto Belajar Budaya di Tembienirukan gerakan dari instruktur tari yang cantik jelita. Tidak jauh dari tempat latihan tari, di halaman belakang dekat ampiteater, belasan anak dengan serius melakukan kegiatan lain, yakni melukis tokoh wayang. Juga, sayup-sayup di ruang belajar, terdengar enam siswa yang sedang melantunkan tembang-tembang macapat khas Jawa.

Itulah kegiatan luar yang sedang dilakukan oleh SMA De Britto Yogyakarta dalam pembelajarannya di ruang kelas. Kali ini, pembelajaran di luar ruang kelas untuk mengenal lebih dekat budaya Jawa dan dipusatkan di Tembi Rumah Budaya. Di tempat ini, mereka bisa banyak melakukan kegiatan budaya Jawa dan mempraktikkannya, seperti bermain karawitan,SMA De Britto Belajar Budaya di Tembi belajar memasak masakan khas Jawa, menatah topeng, membatik, nembang macapat, melukis wayang, dan menari.

Kegiatan luar seperti ini rutin dilakukan setiap tahun oleh SMA De Britto yang muridnya semua laki-laki. Untuk kelas X tahun ini, anak-anak ingin didekatkan dengan budaya Jawa. Kelas XI dan XII juga melakukan kegiatan luar dengan tema yang lain pula, seperti mengenal industri gerabah, mengenal pasar tradisional, dan lain sebagainya. Demikian antara lain penjelasan Pak Juli, nama sapaan salah satu guru Kimia SMA De Britto dalam obroSMA De Britto Belajar Budaya di Tembilannya dengan kru Tembi. Tujuannya selain pembelajaran, agar anak peduli terhadap budaya dan kegiatan sosial ekonomi lokal.

Awal kegiatan di Tembi diisi dengan penjelasan sejarah singkat keberadaan Tembi oleh Pak Basmara Pradipta, Kepala Rumah Tembi. Bahkan ia juga menyampaikan bahwa kegiatan siswa De Britto ke Tembi ini seolah-olah belajar ke rumah sendiri. Pasalnya, pemilik Tembi ini juga merupakan alumnus SMA De Britto. Demikian pula empat pengelola Tembi lainnya juga alumnus De Britto. Diharapkan mereka tidak segan-segan belajar budaya di Tembi ini, karena selain seakan-akan kembali ke rumah sSMA De Britto Belajar Budaya di Tembiendiri, mereka akan diampu oleh pakar-pakar budaya yang ahli di bidangnya.

Setiap kegiatan budaya, seperti karawitan dan lainnya diikuti oleh sekelompok siswa yang tak lebih dari 15 orang. Ada 7 kegiatan budaya. Total peserta sekitar 98 orang. Setiap kelompok pembelajaran budaya belajar selama 3 hari dengan topik yang sama. Diawali pada hari Rabu dan dilanjutkan pada hari kedua dan ketiga. Tampak dari wajah-wajah mereka yang sangat bisa menikmati suasana pembelajaran di Tembi ini.

Dito, salah satu siswa yang belajar karawitan mengatakan, “Wah, aku sangat senang bisa belajar karawitan, ternyata asyik juSMA De Britto Belajar Budaya di Tembiga.” Demikian akunya saat ditanya oleh Tembi. Demikian pula, Pak Yuli, juga sangat heran dan kaget, ternyata anak-anak bisa bermain gamelan dengan cepat dan bagus. Ia tidak menyangka sama sekali. Sebab anak-anak tidak terbiasa dengan karawitan tradisional. Selama tiga hari, kelompok karawitan memainkan 6 gendhing, yakni Manyar Sewu, Sluku-Sluku Bathok, Gugur Gunung, Pariwisata, Jaranan, dan Udan Mas. Dari pengalaman ini, anak-anak yang ikut karawitan akan dilatih dengan serius, dan akan dicoba untuk ditampilkan dalam dies sekolah di bulan Agustus mendatang.

Begitu pula dengan anak-anak yang belajar budaya lainnya, seperti membatik misaSMA De Britto Belajar Budaya di Tembilnya. Mereka mulai dilatih untuk mengenal kain dan alat-alat membatik, kemudian membuat pola, membatik dengan canting, dan memberi pewarna sampai jadi. Setelah kering, hasil membatiknya ini bisa dibawa pulang. Hal sama juga dilakukan untuk yang ikut kegiatan memasak. Setelah mengenal bumbu-bumbu dan bahan-bahan lainnya, mereka berusaha mencoba mengolah dan memasaknya sendiri hingga jadi masakan siap saji. Dalam tiga hari, mereka praktik memasak sayur gulai tahu tempe, sayur brongkos, caranggesing, dan es cincau. Kemudian mereka bersantap bersama hasil masakannya itu.

Memang sangat asyik belajar di luar ruang sekolah. Jelas hal ini menambah pengetahuan dan pengalaman siswa SMA De Britto. Mungkin sekolah lain bisa meniru kegiatan positif sekolah ini. Semoga saja.

Suwandi

Foto: Sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta