Setyaki

Setyaki atau Sencaki adalah anak Prabu Setyajid, Raja Negara Lesanpura yang berpasangan dengan Dewi Wresini atau Dewi Sini. Menjelang kelahirannya, Dewi Wresini nyidam, ingin menaiki Harimau yang bernama Singamulangnjaya. Harimau tersebut ketika didekati Dewi Wesrini kelihatan jinak. Namun setelah Dewi Wresini berada di punggungnya, Singamulangnjaya berubah ganas. Ia secara mengejutkan lari dengan kencangnya. Dewi Wresini amat terkejut, ia jatuh dari punggung harimau. Bersamaan dengan itu bayi yang ada di dalam kandungan lahir dipunggung harimau. Singamulangjaya semakin liar. Bayi Setyaki berusaha dimakan. Namun usahanya selalu gagal. Bayi yang masih merah tersebut tidak hancur karena gigitan Singamulangnjaya. Malahan dengan cepat ia tumbuh menjadi besar. Karena merasa dirinya terancam, bayi yang sudah menjadi dewasa itu membela diri dari serangan harimau. Pada akhirnya Setyaki berhasil membunuhnya. Sejak saat itu Setyaki menyandang nama Singamulangnjaya.

Selain Singamulangnjaya, Setyaki juga menyandang nama Bima Kunting. Nama itu didapat dari Bimasena, karena Sentyaki kuat mengangkat pusaka Gada Rujak Polo milik Bima. Bebarengan dengan pemberian nama Bima Kunting, Bima memberikan sobekan kampuhnya kepada Setyaki.

Dikarenakan tekun menjalani laku tapa, Setyaki muda mendapatkan pusaka ampuh pemberian Dewa yang berupa Gada Wesi Kuning dan panah Nagabanda. Setyaki seorang kesatria yang jujur, tegas, pemberani, menjunjung tinggi sikap perwira dan selalu berpihak kepada kebenaran. Itulah sebabnya Kresna mengangkatnya sebagai dan benteng negara, sapu kawat dan panglima perang negara Dwarawati.

Dari istrinya yang bernama Dewi Garbarini putri Prabu Garbanata dari negara Garbaruci, lahirlah anak laki-laki yang bernama Raden Arya Sanga-Sanga. Kelak anak Setyaki tersebut menjadi Patih Negara Hastina pada jaman pemerintahan Prabu Parikesit. Setyaki tinggal di Garbaruci meneruskan mertuanya Prabu Garbanata.

Pada saat perang Baratayuda menginjak hari ke 5, Setyaki memohon kepada Prabu Kresna untuk menjadi Senapati perang. Karena pada hari itu anak- anak Setyaki, kecuali Arya Sanga-Sanga mati oleh tangan Burisrawa musuh Setyaki sejak remaja. Permohonan Setyaki dikabulkan oleh Kresna pada hari ke 14. Setyaki menjadi senapati dari pihak Pandawa dan Burisrawa menjadi Senapati dari pihak Kurawa.

Sejatinya perang tanding antara Setyaki dan Burisrawa tersebut dimenangkan oleh Burisrawa. Setyaki kala itu sudah tidak berdaya. Burisrawa siap mengayunkan pedangnya ke leher Setyaki. Namun dikarenakan campur tangan Kresna, panah Arjuna telah memutus lengan Burisrawa, sehingga Setyaki berhasil membunuh Burisrawa.

Setyaki seorang kesatria jujur, pemberani, dan menjunjung tinggi sikap perwira, namun karena dendamnya kepada Burisrawa, ia telah begitu saja mengabaikan sifat-sifat positif yang selama ini dihidupinya. Setyaki telah membunuh Burisrawa, pada saat Burisrawa tidak berdaya.

herjaka HS




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta