SENI PATUNG KITA 'SEKARAT'
Pastilah kita sering mendengar kata ‘Sekarat’. Umumnya, kita memahaminya sebagaimana kebanyakan orang, atau semua orang mengenali, ialah suatu kondisi yang tidak lagi berdaya dan hendak menemui ajal. Tetapi, bagi para perupa, khususnya pematung, kata ‘Sekarat’ dimaknai lain, atau setidaknya dua makna ‘dikunjungi’ secara bergantian. Pada makna pertama, sekarat seperti telah disebutkan di atas, yaitu berkaitan dengan ajal. Pada arti kedua, sekarat dimengerti sebagai satuan ukuran, yang menunjuk pada jumlah, yaitu satu. Satuan ukuran itu misalnya sekilogram, artinya satu kilogram. Kita tahu, karat menunjuk satuan ukuran emas, 22 karat, 24 karat dan seterusnya. Dan makna dari‘Sekarat’ ialah satu karat. Pada arti yang kedua ini, sebenarnya ‘sekarat’ sedang diplpesetkan maknanya untuk ‘menimbulkan’ makna lain.
Tajuk pameran patung yang diselenggarakan di Taman Budaya Yogyakarta ialah ‘Sekarat’. Kedua makna dari sekarat seperti disebutkan dimuka bisa dipakai untuk melihat karya-karya patung yang dipamerkan. Melihat karya-karya patung dari para perupa atau pematung, kita tahu, sebenarnya seni patung kita sedang tidak “Sekarat’. Kalaupun selama ini jarang (di-) tampil(-kan), bukan karena tidak ada karya patung. Hanya yang sering (di-)muncul(-kan) adalah seni lukis, kalaupun ada karya patung dalam pameran seni lukis seringkali diidentifikasi sebagai karya instalasi.
Kebanyakan dari karya patung yang dipamerkan ini menggunakan barang-barang bekas, kalaupun ada yang menggunakan perunggu jumlahnya hanya sedikit. Dari 35 pematung, paling hanya hitungan jari yang menggunakan bahan bukan dari barang bekas. Ada pematung yang menggunakan barang bekas berupa knalpot, yang dikreasi menjadi sebuah seni patung. Ada pula yang mengambil barang-barang bekas dari sepeda motor. Semua barang bekas ‘dikreasi ulang Untuk bisa menjadi sesuatu.
Salah satu karya, dari segi bahan hanya simpel dan merupakan barang bekas, tetapi setelah menjadi karya patung berubah sebagai karya seni yang bisa memberi inspirasi pada orang yang melihatnya. Karya itu diberi judul ‘Lukamu adalah lukaku’ karya Bambang Hernowo. Bahan yang digunakan Bambang Hernowo hanya berupa kawat, yang diubah menjadi sesosok wajah. Efek bayangan dari wajah memberikan imajinasi pada saat kita melihat karya Bambang tersebut.
“Saya memang mengambil efek shadow-nya agar memberi ‘hidup’ pada karya saya yang hanya menggunakan kawat” kata Bambang Hernowo.
Karena lampunya tidak terlalu tajam, sehingga efek cahanya lemah, meski tidak mengurangi keindahan karya yang dipamerkan.
Pameran patung ‘Sekarat’ ini, agaknya untuk merespon keadaan sosial negeri kita, yang menurut mereka sebenarnya sedang ‘Sekarat’. Berbagai macam persoalan yang silih berganti dan kita sebagai bangsa tidak mampu mengatasinya, sehingga tak ubahnya, setidaknya seperti tajuk pameran ini, kita bersama sedang menderita ‘Sekarat’.
Dalam kata lain, pameran patung ini sebenarnya sedang melakukan ‘sindiran’ terhadap keadaan yang menyedihkan. Sindiran itu tidak ‘menunjuk’ sosok, tetapi lebih mengingatkan pada nilai-nilai. Apalagi melihat bahan-bahan, yang sebagian besar dari barang bekas, kita bisa menjadi memiliki rasa, bahwa dengan bahan-bahan seadanya, sindiran seni rupa, tidak membuat orang yang ‘terkena’ sindiran merasa disakiti, atau mungkin malah kebal dan tidak ambil peduli terhadap sindiran.
Karya patung yang dipamerkan ini terasa menarik karena bahan-bahan yang dipakai untuk membuat seni patung kebanyakan menggunakan barang bekas, yang sudah tidak terpakai lagi. Ada satu karya yang menggunakan barang bekas misalnya berupa ‘gir’ sepeda motor. Karena ada banyak barang bekas yang dipakai sehingga membuat orang yang melihatnya bisa memberi apresiasi.
Agaknya, para pematung tahu. Bahwa barang-barang bekas berada dalam kondisi ‘sekarat’. Untuk member makna pada barang bekas agar orang bisa menemukan hal yang baru dari barang bekas, maka barang-barang bekas itu dibuat karya seni patung, sehingga sebenarnya tidak ada lagi barang bekas, yang ada adalah karya seni patung yang dalam proses kreatifnya menggunakan barang-barang bekas.
Ada juga karya patung yang diberi judul .’Mas Putih Robot’ bentuknya memang berupa robot, dan bahan yang dipakai dari kertas. Orang tidak akan menyangka melihat patung robot itu ternyata terbuat dari kertas.
‘Sekarat’ agaknya upaya dari sejumlah pematung yang mencoba memberikan pemahaman lain mengenai seni patung kepada publik, yang selama ini (di-)biasa(-kan) dengan karya lukis.
Ons Untoro
Artikel Lainnya :
- Daftar Buku(18/07)
- UPACARA MELAPAS ALIT RUMAH TINGGAL(09/05)
- Dhingkel(23/10)
- My Imaginarium Imajinasi Bebas Rio(27/07)
- 27 Agustus 2010, Kabar Anyar - MAKNA SUFISTIK KEPEMIMPINAN JAWA DAN ISLAM, RELEVANSINYA BAGI KARAKTER KEPEMIMPINAN BANGSA(27/08)
- 3 Januari 2011, Kuliner - AYAM BETUTU DI YOGYA(03/01)
- Bandhinganipun Ukara Basa Krama Alus kaliyan Basa Ngoko(28/09)
- Duuuh!!! Sulitnya Mendapatkan Tempat Parkir(16/01)
- MEMBURU BERKAH DARI LIMBAH PANAS PG MADUKISMO(01/01)
- Pia Utopia Fellini Wajib Kunjung di Ruang Khusus Setiap Bangun Tidur(05/02)