Tembi

Berita-budaya»SEBUTIR KEJUJURAN DITENGAH KEPALSUAN

20 Jun 2011 11:25:00

Seperti kisah sinetron, atau kisah fiksi lainnya, Siami yang bertindak jujur malah mendapatkan hukuman dari masyarakat. Ia, Siami, ‘diusir’ dari kampungnya karena melaporkan contek kolektif dimana anaknya bersekolah di Surabaya. Orang tua murid yang lain, tidak terima atas kejujuran Siami dan dianggapnya sebagai sok pahlawan. Meski guru dan kepala sekolahnya telah mengakui pencontekan kolektif itu. Siami diusir dari tempat tinggalnya. Karena, mungkin, dianggap ‘mencemarkan’ nama baik. Kisah-kisah sinetron sering menampilkan hal-hal seperti itu, orang jujur menderita akibat ulah sikap jahat dari yang lain.

Siami bermaksud baik, dan merasa terganggu moralnya melihat ketidakjujuran, dan dia ingin anaknya jujur. Karena mungkin, Siami menyadari, bahwa disekolah mestinya kejujuran merupakan hal yang penting. Namun, yang terjadi sebaliknya, kejujuran dari sikapnya, malah membuat Siami ajur.

Sesungguhnya, apa yang dialami Siami juga dialami oleh orang lain yang bersikap jujur dengan mengungkap ketidakjujuran kolektif, malah dipenjarakan, dituduh, atau dicari-cari kesalahan masa lalunya untuk menunjukkan bahwa pelaku memiliki ‘sejarah’ ketidakkejujuran. Apa yang dialami Susno Duaji dan Agus Condro, yang membongkar korupsi (perilaku tidak jujur) disekitarnya, malah diadili sebagai orang yang bersalah.

Dengan kata lain, ‘nasib’ yang dialami Siami dengan ‘diusir’ oleh warga dari tempat tinggalnya, sebenarnya merupakan ‘tiruan’ dari sikap diatasnya. Agaknya, masyarakat melihat, bahwa para pejabat publik dan penegak hukum, tidak segan-segan menyingkirkan siapa saja yang ‘merasa dirinya lebih baik’ dari yang lain.

Kejujuran Siami adalah satu potret yang dibingkai bangsa kita yang buram. Bukan tidak ada orang jujur di negeri ini. Masih bisa ditemukan orang jujur. Hanya saja, orang jujur tidak disukai oleh masyarakatnya. Hal ini sejalan, dengan sikap permisif masyarakat kita terhadap koruptor. Kita tahu, korupsi adalah perbuatan jahat, tetapi masyarakat kita masih memperlakukan begitu sangat baik terhadap koruptor. Seolah, apa yang telah dilakukan dengan mencuri uang negara, yang tak lain adalah mengambil hak warga negara lainnya dianggap biasa dan lumrah. Maka, menghormati koruptor dianggap hal biasa.

Padanan kata kejujuran adalah kesungguhan kerja. Mudah sekali kita menemukan kenyataan, orang yang sungguh2 bekerja, penuh tanggung jawab, tetapi tidak mendapatkan perhatian atau penghargaan semestinya, justru yang dihargai adalah orang yang memiliki sifat ABS (asal bapak senang), menjilat. Sesunggunya, masyarakat kita tidak suka melihat ‘kenyataan’ yang sebenarnya. Yang lebih disukai adalah hal-hal yang sifatnya menyenangkan, atau memberi kesenangan. Karena itu ‘citra’ lebih mudah diterima ketimbang keterusterangan.

Kultur ketidakjujuran sudah dibangun cukup lama di negeri ini. Pada masa orde baru para ABS mendapat tempat. Para pemimpin tidak suka mendapatkan informasi yang sesungguhnya, karena itu informasi yang diberikan adalah jenis informasi manipulatif, dan menyenangkan bagi penerimnya. Sebab, jika informasi membuat penerima bermuka masa, artinya informasi tersebut tidak benar. Padahal, informasi yang diberikan adalah realitas yang sebenarnya terjadi.

Begitulah. Maka, ketika Siami memberikan informasi yang benar, malah mengguncang bangunan kesadaran yang sudah bertahun-tahun mengendap dalam kesadaran. Bahwa informasi yang diberikan mestinya jenis informasi yang menyenangkan. Mengungkapkan kebenaran merupakan tindakan destruktif. Subversif.

Siami ‘disubversifkan’ oleh warga masyarakat, yang tidak lain adalah tetangganya. Dia dianggap ‘tidak pantas’ tinggal bersama mereka. Bukan karena Siami jahat dan tetangganya juga jahat. Hanya karena, Siami berbeda budi dengan yang lain.

Masyaratkat kita sudah (di)biasa(kan) dengan nilai-nilai palsu dan berbudi palsu. Karena itu, kalau ada orang yang mencoba membuka kepalsuan, dianggap ‘tidak bersih’ lingkungan.

Siami adalah contoh kasus orang yang mencoba keluar dari masyarakat palsu. Rasanya, masih ada Siam-Siami lain yang masih tinggal ditengah masyarakat palsu, dan kelak, mungkin, akan ‘keluar’ untuk membawa kejujurannya ditengah masyarakat lain, yang peduli pada kejujuran.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta