Tembi

Berita-budaya»RENDAHNYA APRESIASI PUBLIK TERHADAP UPACARA ADAT DAN SENI TRADISI

15 Jun 2011 07:33:00

RENDAHNYA APRESIASI PUBLIK TERHADAP UPACARA ADAT DAN SENI TRADISIPada tahun-tahun mendatang tantangan dalam mempertahankan budaya dan tradisi, khususnya tradisi upacara adat semakin berat. Tantangan itu tidak hanya datang dari luar negeri seperti derasnya arus globalisasi berupa kemajuan teknologi dan komunikasi, tetapi juga berasal dari sikap masyarakat kita sendiri yang terkesan semakin acuh dalam memaknai dan memahami hakikat upacara adat. Sikap itu antara lain tergambar dari ketidakpedulian kita terhadap perkembangan upacara adat, seni, dan budaya tradisional lainnya. Bahkan hanya untuk sekedar mengapresiasi saja, kita sudah tidak memiliki penilaian yang positif.

RENDAHNYA APRESIASI PUBLIK TERHADAP UPACARA ADAT DAN SENI TRADISIPadahal, salah satu hal yang paling sederhana dan esensial yang seharusnya dapat kita lakukan dalam upaya mempertahankan budaya tradisi upacara adat, salah satunya adalah apresiasi. Sebuah hal yang sangat sederhana yang semoga dapat diawali mulai sekarang. Sebagai implikasi dari kondisi tersebut, agar tradisi upacara adat, khususnya di DI. Yogyakarta dapat terus dipertahankan, yang diperlukan adalah penciptaan iklim yang kondusif dan wahana yang tepat, yang mampu mendorong partisipatif aktif semua pelaku upacara adat agar dapat lebih bersemangat dalam menjalin persatuan dan kesatuan.

RENDAHNYA APRESIASI PUBLIK TERHADAP UPACARA ADAT DAN SENI TRADISIDemikian antara lain yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs. Djoko Dwiyanto, M.Hum. yang dibacakan oleh Dra. Dian Anggraeni (Kabid Tradisi, Seni dan Film) dalam sambutan pembukaan “Pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) Upacara Adat Se-Provinsi DIY Tahun 2011” yang digelar di Hotel Melati Jalan Pakel Baru 34 A Yogyakarta, pada Jumat (10/6) malam lalu. Pelatihan diikuti oleh sekitar 60 peserta pelaku budaya yang berasal dari kabupaten dan kota di DIY, baik dari Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Pelatihan berlangsung selama 3 hari.

RENDAHNYA APRESIASI PUBLIK TERHADAP UPACARA ADAT DAN SENI TRADISISementara itu, menurut Indra Tranggono (Ketua Bidang Budaya Majelis Luhur Tamansiswa dan Pengamat Budaya) salah satu narasumber dalam materi pelatihannya menyampaikan bahwa upacara adat merupakan serangkaian aktivitas spiritual, kultural, dan sosial yang diselenggarakan pada pemangku/pendukung budaya lokal atau budaya daerah. Unsur-unsur terpenting yang harus ada dalam setiap upacara adat adalah: nilai-nilai (value), ekspresi/perilaku, karya material, organisasi, manajemen, dan pendanaan.

Hasil pelatihan ini rencananya akan dipakai untuk menggarap seni dan upacara adat dariRENDAHNYA APRESIASI PUBLIK TERHADAP UPACARA ADAT DAN SENI TRADISIorganisasi yang akan mengikuti Festival Upacara Adat se-Provinsi DIY yang akan digelar di Alun-Alun Lor Kraton Yogyakarta, 16 Juli 2011 mendatang. Sementara jenis upacara adat dan organisasi atau grup yang akan mengikuti mengikuti festival mendatang antara lain: Upacara Merti Dusun Selarong dari Guwosari Bantul; Upacara adat Pondok Wonolelo, Widodomartani, Sleman; Upacara adat Rosulan Ruwat Bumi, Jerukwudel, Gunung Kidul; Upacara adat Sadranan Saekakapti, Sosromenduran, Kota Yogyakarta; dan Upacara adat Napak Tilas Nyi Ageng Serang, Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo.

RENDAHNYA APRESIASI PUBLIK TERHADAP UPACARA ADAT DAN SENI TRADISITujuan pelatihan SDM Upacara Adat adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan apresiasi masyarakat upacara adat, meningkatkan kualitas SDM pelaku ritual atau upacara adat, dan memberi ruang ekspresi yang bermakna bagi para pelaku upacara adat di DIY.

Pada pelatihan ini akan disampaikan materi teori dan praktik (seni musik dan tari). Narasumber dan instruktur pelatihan adalah dari unsur akademisi seni dan praktisi profesional di bidang kesenian dan budaya, seperti N. Gandung Djatmiko, Indra Tranggono, R.M. Pramutomo, KRT. Wasito Winoto, Widodo P, dan Pardiman Joyonegoro, S.Sn. Sebelum acara pelatihan dimulai, diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.

Suwandi




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta