Pesta Film Dokumenter di Penghujung Tahun

Terpilih sebagai pemenang adalah ‘Jadi Jagoan Ala Ahok’ karya C handra Tanzil dan Amelia Hapsari. Film yang menceritakan Ahok - jauh sebelum menjadi wakil gubernur DKI Jakarta - yang mengkampanyekan dirinya sendiri di tengah warga Bangka Belitung yang 80 persen Muslim.

Festival Film Dokumenter 2012 10 – 15 Desember 2012, foto : Natalia S
Salah satu cuplikan film Tjidurian 19

Ada kabar yang tersisa dari tahun 2012 di Yogyakarta, yakni Festival Film Dokumenter (FFD) ke-11, yang berlangsung selama 10 sampai 15 Desember.

Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, FFD ke-11 menggelar kompetisi dalam tiga kategori: film panjang, film pendek, dan film kategori pelajar. Sementara untuk kategori Perspektif, FFD kali ini membungkus dengan perspektif ‘Ya Basta’ yang artinya ‘Enough is Enough', atau dalam bahasa Jawa, mereka mengartikan ‘Sing Ora Waras Ora Entuk Ngalah’.

Pada kategori perspektif kita dibawa melihat film-film dari mancanegara, seperti film masa perang apartheid antara Israel dan Palestina berjudul One Day After Peace, atau Coffe, Cake, Crematorium yang memberikan kita pandangan yang lain tentang kematian itu sendiri.

Ada pula Spektrum, sebagai kategori yang menjadi tempat untuk dokumenter-dokumenter yang tidak bertema tetapi memiliki bentuk dan gaya cerita yang berbeda, eksentrik, dan eksperimental. Ada film The Dere sa Amo Sa San Antonio dari Filipina, sebuah dokumenter pendek observasional tentang seorang anak putus sekolah dari pulau kecil di San Antonio yang menghabiskan waktu luangnya dengan memancing di laut. Ada Tondo Beloved dari Filipina juga yang bercerita tentang eksplorasi geopolitik kehidupan sebelum kelahiran, dan lainnya.

Festival Film Dokumenter 2012 10 – 15 Desember 2012, foto: dokumentasi FFD
Poster Festival Film Dokumenter 2012

Dan yang terbaru dari Festival Film Dokumenter tahun ini adalah Doc On Stage yang hadir dari respon FFD terhadap film-film dokumenter panggung. Entah kenapa tahun ini banyak sekali yang mengirimkan karya-karya dari seni pertunjukkan, bukan hanya musik ada juga teater dan lainnya. salah satunya adalah Persona karya George Arif dari Jakarta yang menceritakan tentang Rita Matu Mona, seorang aktris senior di teater Koma. Film ini menampilkan kehidupan Rita dari panggung ke panggung dan juga keluarga serta kerabatnya sejak tahun 2006.

Tidak Ada Pemenang

Sebanyak 81 film yang dikirimkan ke FFD ke-11, yaitu 14 film dari kategori film panjang, 50 film dari kategori film pendek dan 17 dari kategori dokumenter pelajar. Dari pilihan juri FFD 2012 yang terdiri dari Jane H.C.Yu ( pendiri AND - Asian Network of Documentary), Nuraini Juliastuti (pendiri KUNCI Cultural Studies Center) , dan Christine Hille. Dewan juri kategori film panjang mengatakan tidak ada pemenang pada kategori film Panjang.

Ada dua film panjang yang menarik perhatian dewan juri, yaitu Nuklir Jawa dan Rock for Kamtis. Menurut juri, kedua film sebenarnya memiliki peluang untuk menang, sayangnya kedua film tersebut berhenti pada pemaparan-pemaparan saja. Kurang memperhitungkan struktur dalam dokumenter panjang. Rock for Kamtis dinilai hanya akan ditangkap kontennya oleh penonton yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang band Endank Soekamti, sementara Nuklir Jawa mendapatkan apresiasi spesial karena mengangkat isu yang penting.

Sementara itu untuk kategori film pendek – dengan juri: Ifa Ifansyah (Sutradara), J.Nicolaas Warouw (Staf pengajar dan Kepala Jurusan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya—Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta), Dam Antariksa (pendiri KUNCI Cultural Studies Center dan Indonesia Contemporary Art Network/CAN, Yogyakarta) – terpilih sebagai pemenang adalah ‘Jadi Jagoan Ala Ahok’ karya C handra Tanzil dan Amelia Hapsari. Film yang menceritakan Ahok - jauh sebelum menjadi wakil gubernur DKI Jakarta - yang mengkampanyekan dirinya sendiri di tengah warga Bangka Belitung yang 80 persen Muslim. Film ini dinilai berhasil mengolah data yang lengkap menjadi film yang komunikatif dan menghibur juga memberikan pandangan alternatif mengenai dunia politik di Indonesia.

Festival Film Dokumenter 2012 10 – 15 Desember 2012, foto : Natalia S
Diskusi Musik dan Film Dokumenter

Film dokumenter kategori pelajar berhasil dimenangkan oleh Suryo Buwono dari SMAN 1 Yogyakarta, berjudul Teladan Totem Pro Parte, karya yang menceritakan tentang sekolah dan aktivitasnya juga problematika sosial di angkatannya. Dewan juri yakni Ariani Darmawan (sutradara), St.Kartono (guru SMA Kolese De Britto Jogjakarta) dan Kuntz Agus Nugroho (sutradara), memilih film ini karena mengangkat permasalahan yang cukup kompleks di sekitarnya juga memiliki gaya cerita dan alur yang baik.

Festival Film Dokumenter merupakan inisiasi dari perkumpulan dengan nama Komunitas Dokumenter Indonesia. Untuk tahun ini komunitas tersebut akan melaksanakan program tahunan seperti workshop, diskusi, pemutaran film, pengarsipan film, distribusi dan ditutup dengan penyelenggaraan FFD 2013. Diharapkan FFD mampu menjadi barometer perkembangan film dokumenter Indonesia di level internasional.

Natalia S.

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta