Tembi

Berita-budaya»PERAN MC DI TENGAH MASYARAKAT

07 Oct 2011 06:48:00

PERAN MC DI TENGAH MASYARAKATMaster of Ceremony (MC) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Pembawa Acara dan dalam bahasa Jawa sering diartikan sebagai Pranatacara. MC sekalipun pada beberapa lingkungan sosial sering kurang “dianggap”, namun pada kenyataannya profesi MC tidak bisa diabaikan. Bahkan pada tataran entertainment profesi ini menjadi sangat penting. Demikian pula dalam hajatan dan segala macam upacara resmi maupun tidak.

Tidak mengherankan jika sekolah MC bertumbuhan di berbagai tempat. Bahkan ada pula yang dikelola sangat profesional dan digabungkan dengan bidang broadcast serta dunia kearisan dan model. Sekalipun demikian seorang MC tidak hanya harus menguasai ilmu per-MC-nan. Seorang MC dituntut memiliki banyak kemampuan lain yang bisa mendukung tugas-tugas MC.

Standar MC mungkin salah satunya adalah harus berpenampilan menarik. Harus memiliki artikulasi yang baik. Suara harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdengar mantap (gandem). Suara yang cempreng menurut teori per-MC-an dipandang kurang bagus. Demikian juga penampilan yang katakanlah, ”kurangPERAN MC DI TENGAH MASYARAKATstandar.” Akan tetapi pada kenyataannya hal-hal demikian bisa saja diabaikan. Buktinya, banyak MC yang berpenampilan nyleneh, bergaya kocak dan menggelikan justru banyak digemari. MC slengekan semacam Bambang Gundul bahkan begitu digemari karena slengekannya demikian khas.

Ilmu MC tidak hanya bisa digali di bangku kursus atau sekolah per-MC-an. Profesi ini sangat menuntut daya kreativitas, kepekaan membaca situasi di lapangan, kepekaan membaca kehendak dan pikiran orang, terampil bicara, terampil berbusana, terampil mengekspresikan diri di hadapan publik, kaya kosa kata/diksi, kaya pengetahuan umum, dan lain-lain.

Ada banyak aspek yang bisa memperkaya ilmu ke-MC-an. Kebisaan menari, menyanyi, bermusik, berdandan, mendalang, atau hal-hal lain sangat mendukung profesi MC. Ilmu yang katakanlah standar bisa saja digunakan sebagai senjata untuk menjadi MC. Akan tetapi jika ilmu ke-MC-an itu hanya itu-itu saja, makaPERAN MC DI TENGAH MASYARAKATseorang MC akan ketinggalan penguasaan ilmu atau jagad ke-MC-an.

Memang jadi MC bisa juga tidak harus menjalani sekolah atau kursus MC dulu. Namun MC yang tidak mengerti ilmu ke-MC-an juga akan kurang bekalnya. Boleh jadi MC yang demikian fasih bicara, namun bisa jadi ia tidak tepat melontarkan kata-kata dan kalimatnya sehingga justru menunjukkan ketidaktahuannya akan dunia MC. Bisa jadi juga kata-katanya menjadi menyakiti. Bisa jadi juga penampilannyaPERAN MC DI TENGAH MASYARAKATakan terkesan ”sembarangan-sembrono”. MC yang demikian ini biasanya akan cenderung tidak ”dipakai” untuk acara-acara yang resmi (formal) atau sakral. Untuk acara-cara hiburan semacam ulang tahunan atau reuni mungkin MC-MC demikian relatif bisa digunakan.

Untuk saat ini MC mungkin telah menjadi salah satu profesi yang banyak ditekuni orang karena penghasilannya yang cukup lumayan atau setidaknya bisa menjadi profesi sambilan yang hasilnya cukup menggiurkan. Akan tetapi tidak sedikit juga orang belajar MC bukan dengan tujuan untuk dapat berprofesi menjadi MC sungguhan. Banyak orang belajar MC karena ingin mengerti dan bisa ngomong diPERAN MC DI TENGAH MASYARAKAThadapan publik. Ngomong lancar, tertata, rapi, dan tidak ”pating pecothot”. Ingin lebih mengerti tentang berbusana yang ”baik dan benar”. Ingin lebih mengerti pernak-pernik unsur kebudayaan tradisional (Jawa).

Ada pula yang belajar MC karena orang yang bersangkutan melihat bahwa dalam hajatan-hajatan tertentu orang yang mempunyai hajat sering kesulitan mendapatkan MC yang bisa mengatur dan memanajemen jalannya acaranya dengan baik dan memuaskan. Urusan hajatan di kampung dan juga kematian tidak bisa meninggalkan peran MC. Sekalipun MC hanya bekerja sebentar dan bahkan mungkin tanpa bayaran dalam hajatan atau peristiwa semacam itu, namun kehadirannya sangat dibutuhkan.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta