Tembi

Bale-dokumentasi-resensi-buku»Dapur dan Alat alat Memasak Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta

18 Jan 2008 10:04:00

Perpustakaan

Judul : Dapur dan Alat-alat Memasak Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta
Penulis : Dra. Sumintarsih, dkk
Penerbit : Jarahnitra, 1990-1991, Yogyakarta
Bahasa : Indonesia Halaman : xxi + 205

Ringkasan Isi :

Dapur adalah bagian dari bangunan tata ruang rumah, yang sehari-harinya digunakan untuk memasak makanan dan minuman bagi keluarga. Dalam hal ini wanita (ibu rumah tangga) memegang peranan yang penting. Dapur dalam bahasa Jawa disebut pawon mengandung dua pengertian. Pertama bangunan rumah yang khusus disediakan untuk kegiatan masak-memasak, kedua berarti tungku (alat untuk memasak). Kata pawon dari kata dasar awu mendapat awalan pa dan akhiran an. Dengan demikian pawon (pa + awu + an) berati tempat awu atau abu. Memang dapur dalam kehidupan tradisional masayarakat Jawa merupakan tempat awu. Di sana nampak abu yang menumpuk (sisa pembakaran bahan bakar yang berupa kayu, sampah daun, sekam, ranting-ranting dan lain-lain), peralatan memasak tampak hitam karena jelaga (misal kendhil, kuali, wajan dan lain-lain). Karena penampilannya yang serba hitam dan kotor dalam susunan rumah tradisional Jawa dapur biasanya terletak di belakang, samping kiri atau kanan rumah. Meskipun mempunyai peranan yang sangat penting tetapi tidak begitu banyak yang memperhitungkan bagaimana sebaiknya dapur dibangun, letak pintu, pembagian ruangan dan lain-lain. Lain halnya bila membangun rumah induk.

Sebagai pusat kegiatan memasak dapur menghasilkan limbah yang sangat banyak dan harus dibuang. Dalam mengatasi limbah tersebut baik di daerah dataran (daerah penelitian Imogiri dan Sedayu kabupaten Bantul), daerah pantai (daerah Parangtritis, Bantul) dan daerah pegunungan (Patuk kabupaten Gunung Kidul) mempunyai cara-cara yang sama. Limbah air dapur dibuang begitu saja tanpa ada tempat penampungan atau dialirkan ke kebun dan dibiarkan meresap ke dalam tanah. Limbah yang berasal dari tungku berupa abu digunakan untuk pupuk dan membersihkan alat-alat dapur.

Ciri dapur tradisional adalah pemakaian bahan bakar kayu. Bagi masyarakat pedesaan hal ini menghemat pengeluaran uang karena bahan bakar tersebut dapat diperoleh di sekitar lingkungan rumah. Ciri lain adalah pemakaian tungku tradisional berupa luweng, dingkel, anglo atau keren. Alat-alat memasak tradisional baik di daerah dataran, pantai maupun pegunungan biasanya terdapat keseragaman jenis maupun penggunaannya, terbuat dari tanah liat, anyaman bambu dan kayu (kadang-kadang ada sedikit perbedaan penyebutan). Misal kuali, pengaron, kendhil, salang, paga, tenggok dan lain-lain. Hanya bila dapur tersebut berfungsi sebagai dapur perusahaan, alat-alat yang dipakai sesuai dengan jenis usaha. Misal dapur perusahaan tempe dan gula jawa seperti yang tertera dalam buku. Mengenai tungku tradisional dan alat-alat memasak dalam buku ini diuraikan secara jelas disertai gambar. Juga daerah yang memproduksinya misal daerah Ngentak, Sedayu, Bantul adalah penghasil alat dapur dari tanah liat.

Bagi masyarakat Jawa fungsi dapur ada tiga yaitu dapur rumah tangga untuk kegiatan memasak tiap hari, dapur perusahaan untuk kegiatan yang bersifat ekonomi atau menghasilkan uang dan dapur umum untuk kegiatan yang bersifat khusus misalnya sedang ada hajatan pernikahan, khitanan, selamatan dan lain-lain. Berdasarkan pengamatan pada daerah penelitian ada tiga macam penataan ruang. Pertama dapur rumah tangga yang berfungsi juga untuk dapur perusahaan. Kedua dalam satu bangunan dapur disekat-sekat untuk ruang dapur rumah tangga dan dapur perusahaan. Ketiga dapur perusahaan merupakan bangunan yang berdiri sendiri. Dapur yang berfungsi ganda dalam satu bangunan (disekat atau tidak) terdapat pada sebagian rumah tangga yang mengusahakan tempe atau makanan. Untuk dapur yang memproses gula jawa umumnya mempunyai dapur sendiri. Dalam buku ini diuraikan secara jelas disertai denah serta lokasi atau daerahnya.

Selain menggunakan peralatan tradisional dipakai pula alat-alat yang lebih modern mungkin dengan pertimbangan lebih praktis. Misal peralatan dari logam ada kompor minyak tanah, ketel untuk menanak nasi pengganti kendhil, wajan ataupun ember. Peralatan dari plastik misal cething tempat nasi, ember sebagai pengganti penggaron dan lain-lain.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta