Pengamen Di Malioboro

Pengamen Di Malioboro

Setiap saat, kapan jalan-jalan di Malioboro, apalagi pada saat liburan sekolah, atau juga week end, seringkali menemukan para pengamen berlagu di tepi jalan. Menariknya, para pengamen ini tidak mengelilingi dari warung ke warung, melainkan memainkan musik disatu tempat yang sudah dipilih, dan mereka ‘begaya’ melalui musiknya.

Cara mengamen seperti itu kretatif dan tidak terlalu mengganggu orang. Disepanjang Malioboro, setidaknya dari depan hotel Garuda ke selatan ada beberapa pengamen sejenis, yang tentu saja alat musiknya berbeda. Ada yang memainkan angklung, namun ada pula yang berkreasi dengan alat musik yang dibuatnya sendiri, misalnya alat musik dari tong plastik dan lainnya.

Di tempat yang sudah dipilih, biasanya mengambil jalur lambat. Para pengamen mengalunkan lagu dan orang yang lewat sembari mendengar lagunya yang dinyanyikan, terkadang memberikan uang yang dimasukan pada kotak yang sudah disediakan di depan para pengamen. Seringkali mendapat sambutan dari pengamennya: ‘Terimakasih…’

Padatnya pengunjung Malioboro sekaligus dimeriahkan oleh suara musik dari para pengamen. Deru kendaraan yang melintasi jalan Malioboro, seolah seperti sedang bersaing dengan musik para pengamen. Dan para pengamen merasa tidak terganggu dengan suara kendaraan, mereka terus bermusik dan kelihatan wajahnya gembira. Ada mobil dengan plat motor luar kota memperlambat kendaraannya dan kacanya dibuka, dari balik jendela mobil mengambil gambar dengan kamera digital. Sambil terus bernyanyi, pengamen seolah tidak mempedulikan kalau dirinya sudah berulangkali dipotret, bukan hanya oleh orang yang berada di mobil, oleh siapa saja yang lewat dan membawa kamera tak melewatkan moment, yang baginya menarik untuk dipotret.

Pengamen Di Malioboro

Di Yogya kita bisa melihat pengamen tampil secara kreatif. Tidak hanya mengandalkan satu gitar dan bermain seadanya. Tetapi pengamen tampil seolah seperti pertunjukan. Dan memang, pengamen sekarang mengambil ruang publik sebagai panggung untuk melakukan pertunjukan. Orang tidak perlu membeli tiket, cukup memberikan uang sekedarnya yang dimasukaan ke kotak yang telah disediakan. Dan lagi, salah satu pengamennnya tidak perlu harus keliling membawa kaleng, agar orang yang dihibur memberi sumbangan.

Di Malioboro memang ada banyak pengamen yang keliling berpindah dari satu warung ke warung lainnya, Biasanya, pengamen seperti ini menggunakan satu gitar, meski ada juga yang dilengkapi dengan ketipung. Cara ‘kerjanya’ khas, pindah dari satu warung ke warung lain. Satu lagu belum selesai dinyanyikan karena sudah dikasih uang, pindah ke warung lainnya. Begitulah pola pengamen keliling.

Namun, pengamen yang, agaknya imajinasinya sedang melakukan petunjukkan ini, mengambil satu tempat dan tidak lagi berpindah. Dari tempatnya itu mereka mengalunkan lagu sembari bermain musik. Tidak jarang, ada yang sambil joget. Orang yang lewat di Malioboro, jalan kaki atau menggunakan kendaraan, langsung bisa melihat ‘pertunjukan’ dari para pengamen itu.

Suatu petang, beberapa hari yang lalu, ‘Tembi’ melihat keramaian Malioboro. Parkiran sepeda motor penuh. Jalan trotoar padat pejalan kaki dan pedagang kaki lima. Di jalur lambat, selain ada kendaraan tak bermesin lewat, dipakai parkir becak dan andong. Pejalan kaki ada yang berjalan di jalur lambat. Di tempat inilah para pengamen kreatif, sebut saja begitu, menunjukkan kemampuannya bermain musik, terkadang dengan alat ala kadarnya. Tapi keliahatan sekali, mereka bermain dengan senang hati.

Pengamen Di Malioboro

Agaknya, hal-hal seperti yang dilakukan pengamen dengan kreasinya itu, yang membuat orang semakin tertarik mengunjungi Malioboro.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta