Peluncuran Buku
Liber Amicorum Romo Bowo
Kemarin Tembi Rumah Budaya, Jakarta kedatangan teman-teman dan sahabat, sebenarnya kemarin malam rasanya sangat tidak pas disebut peluncuran buku, karena selain acaranya hanya santai dan berbagi cerita, mungkin lebih pas jika dikatakan malam temu kangen para sahabat. Liber Amicorum berasal dari bahasa latin yang secara harafiah berarti buku sahabat, Book Of Friends dalam bahasa Inggris atau Vriendenboek dalam bahasa Belanda. Bisa dikatakan sebagai buku kenangan yang ditulis oleh sahabat, keluarga, anak didik atau lainnya yang dekat dengan tokoh yang dibahas, dan malam itu yang sedang dibahas adalah Ignatius Wibowo atau yang akrab dipanggil Romo Bowo.
Buku catatatan keluarga dan para sahabat Romo Bowo ini banyak menceritakan kenangan-kenangan antara Romo Bowo dengan mereka. Ada cerita lucu, sedih, perpisahan dan pengalaman-pengalaman yang sangat membekas di mata para sahabat. Romo Bowo adalah seorang yang sederhana, intelektual yang humoris, cendikiawan, ahli dalam bidang politik Cina, teman curhat, dan teman diskusi yang seru, kira-kira begitu pendapat dari sahabat yang pernah mengenal Romo Bowo. Selama perjalanan hidupnya, begitu banyak ilmu, cerita dan pengalaman hidup yang dibagikan Romo Bowo kepada para sahabat yang satu persatu menulis dalam buku ini.
Banyak juga cerita-cerita lain yang tidak sempat dibukukan dalam Liber Amicorum Romo Bowo, salah satunya, Max Purnomo, sahabat Romo Bowo yang sudah 30 tahun dikenalnya. “Kalau dirumah kita sangat tergantung dengan orang tua, mereka membimbing dan mengajarkan banyak hal, nah kalau diluar rumah kita bisa sangat terpengaruh atau tergantung dengan teman. Itu saya rasakan selama mengenal Romo Bowo, selama mengenal beliau saya banyak mendapat pelajaran, banyak berdiskusi sampai akhirnya saya tahu pasti sangat banyak data yang terkumpul dalam otaknya,”.
Tapi tak melulu cerita sedih dan diskusi-diskusi serius, ada juga cerita-cerita lucu selama mengenal Romo Bowo, dan itu kembali datang dari Max Purnomo. “Jadi pernah, Romo Bowo berkunjung ke rumah saya sampai larut malam, saya sudah bilang menginap saja karena sudah malam, beliau tetap memaksa untuk pulang ke asrama. Tiba-tiba jam 11 malam Romo telpon ke istri saya dan bilang akan kembali kerumah saya dengan nada gugup. Begitu sampai dirumah, beliau cerita kalau teman asramanya membawa partner atau cewe. Nah dari situ saya tahu kalau beliau betul-betul Pastur sejati, hehehehe” katanya disambut gelak tawa sahabat yang lain.
Meski sudah pergi lebih dulu meninggalkan keluarga dan sahabat, Romo Bowo tetap di hati, semua kenagan itu dituangkan dalam buku berjudul Liber Amicorum Romo Bowo, Ilmu, nasehat, semangat dan berbagai pengalaman berharga yang ditularkan olehnya akan terus membekas dan ada sampai kapanpun. Dan dari buku ini juga sebagian dari cita-cita, gagasan bahkan kegelisahannya diungkapkan dalam buku ini.
Natalia.S
Artikel Lainnya :
- Catatan Hari untuk Minggu Depan(22/03)
- KETIGA, AKEH BEBENDU(30/09)
- 23 Nopember 2010, Kabar Anyar - OPERET ANAK KISAH RARA JONGGRANG(23/11)
- Pengobatan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta(24/03)
- Membangun Keadilan Sosial Ekonomi dari Koperasi(23/05)
- 26 Februari 2011, Kabar Anyar - ADEGAN SARESMI DALAM SERAT CENTHINI(26/02)
- KELILING KOTA SURABAYA, GRATIS(18/01)
- KEMACETAN DI YOGYAKARTA(01/01)
- PERLAKUAN TERHADAP PADI DI MASA LALU(12/11)
- 25 Januari 2011, Ensiklopedi - DOLANAN SUMBAR SURU(25/01)