Pancasila

Pancasila

Setiap bulan Juni, khususnya pada tanggal 1 Juni, kita kembali diingatkan mengenai Pancasila. Seolah kita sudah melupakan 5 sila yang dijadikan sebagai ideologi negera kita. Bahkan, anak-anak SD, atau malah sejak TK diminta menghafal Pancasila. Jadi, rasanya tidak mungkin warga bangsa kita melupakan Pancasila.

Kita juga tahu, Pancasila pernah menjadi asas tunggal, sehingga siapa saja, dari kelompok mana saja harus menerima asas tunggal itu. Menolaknya, artinya melawan kekuasaan. Melawamn Negara. Sepanjang rezim order baru, warga diindoktrinasi untuk menerima Pancasila.

Bulan Juni ini, bahkan sepanjang bulan Juni ada yang memperingati sebagai bulan Pancasila, atau lebih khusus bulan Bung Karno. Karena, beliau yang menggali nilai-nilai bangsa kita dan dirumuskan menjadi Pancasila. Memang bukan pemetintah yang memperingati bulan Pancasila di bulan Juni 2012 I ini, tapi satu kelompok masyarakat yang peduli pada persoalan bangsa.

Rasanya orang tahu, bahwa di dunia ada ideologi yang mempengaruhi bangsa-bangsa. Tiga ideoologi kuat dan saling mencari pengaruhnya ialah Kapitalisme, Sosialisme dan Komunisme. Pancasila diluar ketiga ideologi itu, tetapi nilai-nilai yang dikandung dalam butir2 Pancasila mengakomodasi ideologi2 besar itu.

Pancasila

Kita tahu, bahwa kapitalisme telah berjaja, bahkan bisa dikatakan telah ‘mengalahkan’ dua ideologi besar lainnya negara-negara maju, kebanyakan memakai kapitalisme sebagai ideologinya. Dan di Indonesia, tidak bisa keluar dari kapitalisme,, karena pada prateknya orang bisa melihat kapitalisme dijalankan.

Lalu dimana Pancasila?

Inilah soalnya. Selama refermasi bergulir rezim yang menggantikan orde baru, yang tak lain adalah produk orde baru, sangat jarang menyebut Pancasila. Bahkan seolah Pancasila ditiadakan, atau diam-diam dilupakan. Bangsa kita ke depan seolah seperti tidak (lagi) membutuhkan Pancasila, tetapi lebih membutuhkan kapitalisme global, sehinga menyebut butir-butir Pancasila, hanya diserahkan sebagai bahan pelajaran untuk anak-anak SD. Negara, dalam hal ini pemerintah, seperti tidak membutuhkannya lagi.

Ada warga komunitas masyarakat yang menandai bahwa karena tanpa Pancasila negara kita seringkali terjadi bentrok karena persoalan agama. Sila pertama ‘KeTuhanan Yang Maha Esa’ tidak menjadi pegangan berkomunikasi antar kelompok keyakinan yang berbeda. Lebih hebat lagi, salah seorang dari anggota komunitas itu, meletakkan Pancasila sebagai ideologi yang (paling) baik, dan tidak disandingkan dengan ideologi-ideologi besar. Sepertinya, tidak ada pemahaman, bahwa Pancasila mengalami problematik ketika dihadapkan dengan ideologi-ideologi besar yang mempengaruhi dunia.

Kita mestinya tahu, meski sebenarnya memerlukan nilai-nilai Pancasila, tetapi bukan satu-satunya ‘obat’ yang bisa menyembuhkan penyakit kronis negeri kita. Melatakan Pancasila sebagai jalan sau-satuya untuk keluar dari persoalan negeri kita, artinya tidak melihat dunia global yang telah mengintegrasikan negara kita, termasuk negara dunia ketiga lainnya, dalam tata pergaulan Indonesia dengan dunia.

Dalam pergaulan global. Pancasila perlu bisa mengambil tempat untuk kepentingan bangsa dan Negara.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta