(PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-58)

Ensiklopedi - DOLANAN GULA GANTHI-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-58)Gula Ganthi adalah sebutan dolanan anak tradisional masyarakat Jawa yang lebih banyak dimainkan oleh anak perempuan jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Ternyata dolanan ini hampir mirip dengan dolanan Dhoktri, yang sering dimainkan oleh anak laki-laki. Dolanan Gula Ganthi lebih dominan pada lagu atau tembang, sementara dolanan Dhoktri lebih dominan pada berkejar-kejaran. Alat yang digunakan untuk bermain sama, yaitu umumnya berupa kerikil atau batu kecil. Tetapi bisa juga menggunakan pecahan Tembikar atau sejenisnya yang mudah diperoleh di sekitar lingkungan rumah. Kedua permainan ini juga sama-sama sudah berumur tua, lebih dari 100 tahun (Ahmad Yunus, 1980/1981: 70). Hanya saja belum diketemukan bukti tertulis yang menguatkan pendapat itu. Setidaknya pendapat itu berdasar kepada nara sumber pelaku.

Setidaknya dolanan Gula Ganthi dikenal di daerah Gunung Kidul, seperti di daerah Kelurahan Siraman, Kecamatan Wonosari. Tidak menutup kemungkinan daerah lain juga mengenalnya. Hanya kebetulan saja, lokasi saat penelitian hanya meliputi daerah ini. Bisa jadi, daerah lain mengenalnya dengan istilah dolanan lain.

Tidak ada penjelasan dan keterangan detail, mengapa dolanan ini disebut Gula Ganthi. Dalam syair lagu yang dinyanyikan juga tidak menyinggung kata tersebut. Padahal dalam bahasa Jawa, gula berarti gula (dalam bahasa Indonesia). Sementara Ganthi, menurut Ahmad Yunus (1980/1981:69) berarti pohon yang buahnya digunakan untuk ramuan obat tradisional, yang rasanya sangat pait. Berarti Gula Ganthi semakna dengan “legi bratawali” yang artinya sangat pait (menyangatkan). Bisa jadi, anak yang bermain, lalu menjadi pemain dadi, dapat diartikan petaka, berarti pula mendapat hukuman dan rasanya pait atau getir. Kira-kira itulah makna dari istilah Gula Ganthi.

Ensiklopedi - DOLANAN GULA GANTHI-1 (PERMAINAN ANAK TRADISIONAL-58)Dolanan Gula Ganthi, termasuk jenis dolanan rekreatif dan bukan kompetitif. Pada dolanan ini juga tidak ada hubungannya dengan upacara adat tertentu. Dalam dolanan ini (yang didominasi anak perempuan), anak-anak yang bermain lebih banyak menyanyikan syair lagu yang cukup panjang pada tahap pertama maupun kedua. Tentu saja sambil memutarkan batu-batu yang ada di depannya ke arah teman lainnya. Setelah nyanyian pertama, diselingi tebakan, dan kemudian bernyanyi lagi. Tidak ada gerakan berlari-lari. Sehingga dolanan ini lebih bersifat rekreatif belaka.

Seperti permainan tradisional lain, dolanan ini pun juga sering dilakukan pada saat waktu senggang, bisa pagi, siang, sore, atau malam terang bulan purnama. Lokasi bermain bisa di tanah lapang atau di halaman rumah dengan ukuran sekitar 2 x 2 meter, termasuk untuk anak-anak yang menonton. Tempat bermain yang pokok, bersih, aman, nyaman, dan terang. Dolanan ini idealnya dimainkan oleh anak-anak sekitar 7-10 anak. Jika kurang, biasanya kurang ramai, dan jika kelebihan, terlalu repot.

Alat bantu yang dipakai untuk bermain Gula Ganthi adalah kerikil atau batu. Material tersebut banyak dijumpai di sekitar lingkungan rumah. Jumlah batu yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah anak. Apabila anak yang bermain berjumlah 8 anak, maka batu yang dibutuhkan ada delapan, yang terdiri 7 batu kecil (berdiameter 5 cm) dan 1 batu besar (berdiameter 10 cm). Pencarian batu atau kerikil bisa dilakukan bersama-sama, setiap anak mencari 1 buah, kecuali yang 1 anak mencari batu yang agak besar.

bersambung

Suwandi

Sumber: Permainan Rakyat DIY, Ahmad Yunus (editor), dkk., 1980/1981, Jakarta, DeparSa’Unine P&K.




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta