NARAYANA-RUKMINI, DRAMA MUSIKAL
YANG ROMANTIS
Kolaborasi wayang orang dan wayang kulit yang diiringi dengan gamelan Jawa serta musik gesek hadir di Pendopo Yudonegaran Tembi Rumah Budaya pada Jumat (2/3) lalu. Pentas kolaborasi drama musikal tersebut menampilkan lakon “Romantika Narayana-Rukmini”, sebuah kisah cerita wayang kulit yang bersumber pada Mahabharata. Sebuah pentas yang sangat jarang dilakukan oleh grup kesenian ini telah dipertontonkan oleh Mahasiswa Jurusan Sastra Nusantara FIB UGM dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional.
Ketua Jurusan Sastra Nusantara, Drs. Suharto Mangkusudarmo, M.Hum., dalam sambutannya mengatakan bahwa drama musikal ini sangat pantas diapresiasi oleh Jurusan karena merupakan pentas besar dan sangat jarang dilakukan oleh mahasiswa jurusan berkaitan dengan pentas kesenian. Untuk itu, Suharto sangat memberi perhargaan kepada semua mahasiswa yang terlibat pertunjukan spektakuler ini. Harapannya, semoga di masa mendatang, kegiatan ini terus bisa dilakukan. Karena selama ini mahasiswa jurusan Sastra Nusantara lebih fokus pada dunia akademik saja.
Ada sekitar 40-an mahasiswa jurusan yang terlibat, mulai dari pemain wayang orang, dalang, sinden, wiraswara, niyaga, dan pemain musik klasik, seperti biola. Malam itu, pertunjukan drama musik dianggap sukses, karena selain jalannya cerita lancar, juga banyak ditonton oleh mahasiswa jurusan, dosen, tamu undangan, dan mahasiswa-mahasiswa dari univeritas lain yang kebetulan pada siang harinya mengikuti seminar di fakultas FIB. Walaupun sedikit hujan rintik-rintik, namun pertunjukan berjalan lancar.
Pada kisah cerita disebutkan, ada seorang raja raksasa bernama Prabu Panglebur Jagad dari kerajaan Tumbak Waringin yang hendak melamar Dewi Rukmini dari kerajaan Kumbina. Waktu bersamaan, Pendeta Durna juga hendak melamar Dewi Rukmini. Lamaran sudah disetujui raja Kumbina. Lalu Pendeta Durna masuk ke taman keputren. Sebelum tiba di keputren, pujaan hati Dewi Rukmini, yaitu Narayana telah menemuinya. Mereka lalu memadu kasih. Belum selesai memadu kasih, datanglah Pendeta Durna menemui Dewi Rumini. Lalu Dewi Rukmini mengajukan teka-teki yang berbunyi “rasa sejati sejatining rasa” kepada Pendeta Durna agar menjawab artinya. Karena Pendeta Durna tidak bisa menjawab, gagallah Pendeta Durna melamar Dewi Rukmini.
Sementara itu kedatangan Prabu Panglebur Jagad ke kerajaan Kumbina untuk melamar Dewi Rukmini dihadang oleh Narayana. Terjadilah pertempuran sengit dan akhirnya dimenangkan oleh Narayana. Prabu Panglebur Jagad tewas oleh senjata cakra milik Narayana. Akhirnya, Dewi Rukmini dipersunting oleh Narayana.
Pentas drama musikal tersebut sangat menarik ditonton, karena adegan berjalan selang-seling antara wayang orang dan wayang kulit. Sehingga penonton bisa sekaligus melihat jalan ceritanya dalam wayang orang dan wayang kulit. Apalagi iringan musiknya sangat bagus dan mendukung pentas, sehingga menambah kesan indah adegan-adegan yang ditampilkan.
Suwandi
Foto : Sartono
Artikel Lainnya :
- Denmas Bekel(16/07)
- 27 Agustus 2010, Kabar Anyar - MAKNA SUFISTIK KEPEMIMPINAN JAWA DAN ISLAM, RELEVANSINYA BAGI KARAKTER KEPEMIMPINAN BANGSA(27/08)
- Album Peninggalan Sejarah dan Purbakala(08/08)
- Dewi Sinta(16/09)
- 28 Januari 2011, Figur Wayang - Karna(28/01)
- KOLEKSI-KOLEKSI MENARIK MUSEUM Tembi(20/08)
- Sang Nyai Dan mBok Jah Pada Malam Penghargaan Sastra(22/10)
- BELAJAR BUDAYA DAN DINNER DI Tembi(28/09)
- Serat Sari Swara. Jilid 1(13/06)
- 20 Nopember 2010, Jaringan Museum - MENGENAL KERETA-KERETA PUSAKA MUSEUM KRATON KASULTANAN YOGYAKARTA (7)(20/11)