Macapat
Lebaran dan Agustusan
Macapatan malam Rabu Pon putaran ke 113 di Tembi Rumah Budaya pada 21 Agustus 2012 masih dalam suasana Lebaran dan peringatan Kemerdekaan Indonesia. Oleh karenanya materi yang ditembangkan di selaraskan dengan suasana yang ada, yaitu suasana Lebaran dan suasana Agustusan, seperti yang ditulis berikut ini:
Lebaran
Ditulis oleh :H. Kasimin S. Hadhipurwanto
Tembang Asmaradana
1 Sawusnya Romadlon akhir
kamenangan wong kang iman
lamun nutug ing pasane
pindhane wong bubar perang
langkung ageng prang badar
yeku mrangi hawa nafsu
yen tan tahan dadi rusak
sesudah Ramadhan berakhir
kemenangan orang beriman
jika berpuasa penuh
ibarat orang selesai perang
perang besar yang melebihi perang Badar
yaitu memerangi hawa nafsu
jika tidak tahan jadi rusak
2. Wong mukmin ginembleng yekti
nahen luwe marang ngelak
sarta ingkang mbatalake
uga nahen pancandriya
asta mripat talingan
grana klawan kang suku
sarta njaga atinira
orang yang benar-benar percaya kepada Allah digembleng dng sungguh-sungguh
menahan lapar dan haus
juga yang membatalkan
menahan panca indra
tangan mata dan telinga
hidung dan kaki
serta menjaga hatinya
3. Panjaganira kang ati
den gladhi murih tan ladak
ywa jail dawa tangane
aja darbe ati srakah
aja dhemen rerasanan
sarta seneng adul-adul
iku nyuda wosing pasa
cara menjaga hati
dilatih agar tidak galak
jangan pula usil dan panjang tangan
hati jangan serakah
jangan senang membicarakan kejelekan orang lain
serta senang menghasut
hal tersebut mengurangi intinya puasa
Mempertahankan Kemerdekaan
Ditulis oleh: Ki Bodronoyo
TembangAsmarandana
1. Kasmaran mring Proklamasi
gumregut para pejuang
peperangan duk kalane
tentara kompeni nekat
pecah prang kamardikan
Landa nyerang saka ndhuwur
motor mabur seliweran
mencintai proklamasi
para pejuang tergerak untuk bersatu
berperang pada waktu itu
prajurit Kompeni nekat
sehingga pecah perang kemerdekaan
Belanda menyerang dari atas
pesawat udara hilir mudik
2. Tentara Walanda licik
ngebomi sadhengah papan
bumi angus kana-kene
tan kantun kutha Ngayoja
kalebu ibu kota
kang mapan ing Gedhung Agung
Desember tanggal sangalas (19 Des 1949)
Prajurit Belanda licik
menjatuhkan bom di sembarang tempat
bumi hangus di mana-mana
tidak ketinggalan kota Jogya
termasuk ibu kota
yang berada di Gedung Agung
Desember tanggal Sembilan belas
3. Prang gerilya den adani
rinten dalu datan kendhat
Pak Soeharto komandane
tanggal siji Maret wulan
tahun empat sembilan
ketelah serangan umum
“Jogya kembali” arannya
Melakukan perang gerilya
siang malam tidak pernah berhenti
Bapak Suharto menjadi komandan
satu Maret, tahun empat puluh sembilan
disebut serangan umum Jogya kembali
4. Sejarah “Jogya Kembali”
pra pejuang gerilyawan
sru makantar semangate
siji Maret papat sanga (Maret 1949)
Walanda saya nekat
agawe markas ing Bantul
gerilyawan datan gigrig
Sejarah Jogya Kembali
para pejuang gerilya
berkobar-kobar semangatnya
satu Maret empat Sembilan
Belandan nekat
Membuat markas di Bantul
Gerilyawan tidak takut
Tirakat Tujuh Belasan
Di tulis oleh :S. Djoyo Sumarto
TembangDhandhanggula
3. Puji syukur konjuk mring Hyang Widdhi
mugi paring gunging pangaksama
tinampia ing ngarsa-Ne
roh pahlawan kang sampun
seda labuh labet nagari
mbelani nusa bangsa
ingga tekeng lampus
suka rilaning wardaya
sepi pamrih ngrungkepi Ibu Pertiwi
manunggala Hyang Suksma
Puji syukur kepada Tuhan
semoga diberi ampunan
diterima dipangkuan-Nya
roh para pahlawan yang sudah gugur
membela Negara, membela Nusa Bangsa
hingga sampai mati
dengan setulus hati
tanpa pamrih memenuhi panggilan Ibu Pertiwi’
semoga bersatu dengan Tuhannya
4. Lelabuhan ing ndungkap samangkin
sagung warga rakyat Indonesia
tlatah Bantul mirunggane
sumangga samya cancut
bangkit mbantu labuh nagari
ing bidang pembangunan
jiwa raganipun
darapon enggal jinangka
Pancasila dadya pandoming aurip
den amalken sanyata
Jasa-jasa dimasa depan
warga Indonesia di daerah Bantul khususnya
marilah menyingsingkan baju
bangkit membantu membela negara
dibidang pembangunan fisik
dan jiwaraganya
supaya lekas tercapai
Pancasila menjadi pedoman hidup
diamalkan dengan sungguh-sungguh
Seperti biasanya, sebelum acara dimulai, group karawitan yang mendapat giliran mengawal macapatan mengumandangkan gendhing-gendhing Jawa, untuk menyambut para pecinta macapatan yang mulai berdatangan.
Suara Pesinden Nyi Poniyati yang diiringi kelompok karawitan Laras Ketawang dari Kalimanjung Ambar Ketawang Gamping Sleman pimpinan Bapak Parjiman dan dilatih oleh Ki Kasut Santosa, membawakan gendhing Sri Wilujeng. Gendhing yang merupakan salam pembuka disertai doa agar Wilujeng (selamat), sejahtera, berkelimpahan rejeki (dilambangkan dengan Dewi Sri, Dewinya Padi)
Satu dua orang pecinta macapat yang berusia di atas 75 tahun, tentunya masih ingat pada tahun 1949, ketika bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan denga perang fisik melawan prajurit Belanda, yang ingin mendudukki kembali bumi Indonesia, bumi Jogya dan Bantul khususnya. Kini ksatria bangsa tersebut telah gugur untuk kejayaan Indonesia:
Puji syukur konjuk mring Hyang Widdhi
mugi paring gunging pangaksama
tinampia ing ngarsa-Ne
roh pahlawan kang sampun
seda labuh labet nagari
mbelani nusa bangsa
ingga tekeng lampus
suka rilaning wardaya
sepi pamrih ngrungkepi Ibu Pertiwi
manunggala Hyang Suksma
herjaka HS
Artikel Lainnya :
- KEMACETAN DI YOGYAKARTA(01/01)
- MONUMEN DI JOGJA RIWAYATMU KINI(23/02)
- 31 Mei 2010, Klangenan - DIFABEL DAN GEMPA(01/06)
- 24 Januari 2011, Klangenan - NGARSA TULADHA DAN PROBLEM KETIDAKADILAN(24/01)
- Membaca Puisi di Tembi Rumah Budaya Bersama Sapardi Djoko Damono(15/12)
- Bianglala Sastra. Bunga Rampai Sastra Belanda tentang Kehidupan di Indonesia (10/08)
- Denmas Bekel(11/05)
- ANAK-ANAK ITU MENGENDARAI BECAK(22/07)
- Denmas Bekel(09/06)
- 25 Oktober 2010, Kabar Anyar - TAN MALAKA, SEJARAH YANG TERLUPA(25/10)