Kota Lasem Pernah Disebut Sebagai "The Litttle Beijing Old Town"
Salah satu bangunan yang sangat terkenal di Lasem adalah rumah Candu, yang didirikan sekitar tahun 1800-an. Dulu rumah ini adalah tempat perdagangan candu atau opium, salah satu jenis narkotika.
Kelenteng CU An Kiong
Pernahkah Anda mengunjungi Kota Lasem? Ini sebuah kota kecamatan di pantai utara Jawa dan terletak sekitar 15 km dari Kota Rembang. Lokasinya bisa dibilang sangat strategis, karena ada di jalan utama yang menghubungkan antara Surabaya dan Semarang. Jalan ini di zaman kolonial Belanda disebut grotepostweg atau jalan raya pos.
Jejak sejarah pertalian budaya Jawa dan Cina masih sangat lekang di Lasem, mulai dari peninggalan bangunan tua, motif kain batik sampai beragam kuliner. Tak heran jika Lasem pernah disebut ‘The Litttle Beijing Old Town’ oleh seorang peneliti Eropa zaman Kolonial, dan dijuluki ‘Le Oetit Chinois’ yang artinya Cina Kecil.
Salah satu bangunan yang sangat terkenal di Lasem adalah rumah Candu, yang didirikan sekitar tahun 1800-an. Dulu rumah ini adalah tempat perdagangan candu atau opium, salah satu jenis narkotika. Ada sebuah sumur kecil yang memanjang sampai ke sungai di depan rumah. Lewat jalur sungai inilah candu didatangkan dari pelabuhan yang tidak jauh jaraknya.
Lubang sumur di Rumah Candu
Sudah sekitar 200 tahun usia bangunan di atas lahan seluas 5.500 meter persegi itu, tapi fisiknya masih tampak kokoh dan utuh. Di lahan ini, ada juga makam keluarga berciri khas Siang Gong atau kuburan yang memuat dua liang lahat. Namun ada berita, kuburan tersebut hanyalah penyamaran, karena sesungguhnya di bawahnya adalah gudang candu.
Cerita menarik lain dari kompleks bangunan tua ini adalah bangunan yang berada di paling belakang rumah. Itu sebuah bangunan kecil yang terpisah dari bangunan utama. Konon di situ pernah ada kejadian Dewi Kwan Im turun. Cerita tersebut menyebar dari mulut ke mulut warga.
Selain rumah candu, ada juga bangunan tua yang masih utuh dan memiliki keunikan pada ornamen-ornamennya yaitu Kelenteng Cu An Kiong. Kelenteng yang berada di Jalan Dasun itu diperkirakan dibangun pada abad ke-16. “Yang berubah dari banguna ini hanya tiang saja, warnanya pernah dicat ulang oleh Liang Chu. Ini pernah jadi masalah karena saat dicat tidak ijin sama saya. Tiang ini tidak boleh dirubah atau dicat, dibersihkan boleh, tapi tidak boleh pakai bahan kimia, hanya boleh pakai kuas dan angin saja,” kata Gandor Sugiarto Santoso, Ketua Ritual Kelenteng.
Gerbang depan kelenteng
Hal menarik lainnya di sini adalah ornamen-ornamen berbentuk lukisan yang menghiasi dinding kelenteng. Lukisan ini merupakan kisah perjalanan yang mengandung berbagai filosofi kehidupan “Ini tuntunan bagi umat di dunia karena gambar ini mencerminkan di alam kedewaan. Jadi semua itu menuntun orang untuk berbuat jujur, jangan melenceng atau keluar rel yg telah dibuat nenek moyang kita,” tambah Gandor.
Motif batik Lasem merekam jelas pertautan Cina dan Jawa. Seperti motif burung hong, kupu-kupu, berpadu dengan motif geometris Jawa seperti parang dan kawung. Batik lasem pernah menjadi salah satu batik paling laris karena memiliki motif dan warna yang sangat khas dan tidak dimiliki daerah lain.
Ada banyak lagi jejak perpaduan dua budaya ini di Lasem. Namun, masih ada bangunan-bangunan tua yang dibiarkan merana. Sungguh sangat disayangkan.
Batik khas Kota Lasem
Natalia S.
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Berkat Dorongan Sawung Jabo Jadilah Konser Tiga Melukis Langit ke 2(19/02)
- Pameran Arsip 25 Tahun Rumah Seni Cemeti Yogyakarta(18/02)
- Membincang 20 Puisi Karya Triman Laksana(16/02)
- Para Remaja Itu Tidak Membuat Manga, Tapi Melukis Wayang(15/02)
- Operet Badai Kasih, Kisah Cinta Widyawati dan Sophan Sophiaan(15/02)
- Jelajah Pemikiran Budaya Sjafri Sairin dan Faruk HT(14/02)
- Urgent, Karya Kreatif Eko Rahmy(13/02)
- Melacak Kebenaran Fakta Sejarah Melalui Arsip(08/02)
- Memasuki Lorong Waktu Melalui Benda Purbakala(06/02)
- Gandengan Tangan Tembi dan ISI, Jadilah Konser Musik Jawa(05/02)