Tembi

Berita-budaya»KOMRODEN, MENCATAT BATU

13 Aug 2011 08:47:00

KOMRODEN, 'MENCATAT BATU'“Mencatat batu’ adalah tajuk pameran patung karya Komroden Haro, yang dipamerkan di Taman Budaya Yogyakarta 6-14 Agustus 2011. Sekitar 40 karya patung yang mengeksplorasi batu, memberikan imajinasi pada penikmatnya. Berbagai macam karya patung, ada yang digantung dan ada yang diletakkan di atas lantai bisa dinikmati. Dari ‘mencatat batu’ kita bisa melihat, betapa Komroden sungguh serius dalam menghasilkan karya patung.

Kita tahu, setiap pameran seni rupa diselenggarakan, sangat jarang menghadirkan seni patung dalam jumlah yang banyak. Seni lukis adalah bentuk seni rupa yang mendominasi ruang-ruang pamer, bukan hanya di Yogya, tetapi di kota-kota lain. Pameran tunggal patung karya Komroden, setidaknya bisa untuk mengerti, bahwa seni patung bisa sangat eksploratif dan ekspresif.

Bermula dari batu, Komoroden akan mengubahkan menjadi sesuatu yang memiliki makna. Ibaratnya, ia member makna baru pada batu, yang tidak diperhatikan oleh orang, atau malah dianggap sebagai barang yang mengganggu. Kita bisa membayangkan, pada jaman Hindu dan Budha, bagaimana batu memiliki arti yang penting, sehingga seluruh bangunan, setidaknyKOMRODEN, 'MENCATAT BATU'a melihat peninggalan candi-candi, semuanya hanya dengan batu. Bahkan, relief pada batu member makna dan informasi mengenai sejarah. Artinya, relief adalah kisah satu masa.

Meski bermula dari batu, bukan berarti Komroden hendak kembali pada jaman Hindu-Budha. Ia melatakkan batu pada konteks jaman yang sudah berubah sehingga ia mengolahnya menjadi simbol-simbol yang bisa ‘dikenali’, walau ‘hasilnya’ bisa memiliki pesan sosial. Artinya, dari segi komunikasi Komroden bukan sekedar melakukan eksplorasi batu, melainkan ia hendak ‘berbicara’ sesuatu melalui batu.

Ambil contoh patung karya Komroden yang berjudul ‘Burger Stone’. Kata burger pastilah kita mengenalinya. Konstruksi burgerpun sangat dekat dengan memori kita. Artinya, dalam keseharian burger mudah ditemuKOMRODEN, 'MENCATAT BATU'kan. Hanya saja, ‘burger’ pada karya Komorden memiliki pesan yang tidak sederhana, karena yang dihadirkan bukan bagaimana burger segera dikonsumsi, justru sebaliknya, burger ‘mengkonsumsi’ banyak orang. Karena itu, burger yang kita kenal ada dagingnya, pada ‘Burger Stone’ di mulut burger ada kerumunan orang.

Menyangkut karya-karya patung Komroden Haro, Rain Rosidi, yang mengkuratori pameran ‘Mencatat batu’ mengatakannya:

“Narasi dalam patungnya sebenarnya sudah ada semenjak dia mulai membentuk sesuatu. Komroden membiarkan bentuk patungnya bercerita sendiri, walaupun disadarinya dia selalu mempunyai intense mengenai sesuatu ketika dia mulai mengerjakan bentuk-bentuk tertentu. Karya patungnya menggunakan bentuk-bentuk yang komunikatif, seperti batu, tali, ember, figur manusia, dan sebagainya. Dia merasa tidak perlu lagi terlalu banyak menjelaskan bentuk-bentuk itu. Komroden member kunci pada penikmatnya berupa judul-judul karya”.

Dari segi bentuk, karya-karya patung Komroden memang mudah dikenali. Orang bisa menduga menyangkut karya-karyanya, karena sifatnya naratif. Seperti ada kisah yang sedang disampaikan. Suasana puitis, seperti dikatakan Rain RosiKOMRODEN, 'MENCATAT BATU'di, hadir dalam karya-karya naratif dari Komroden.

“Karya-karya Komroden seperti mengalir, terkadang menjadi sangat puitis, seperti karyanya yang berjudul ‘Wish You Were Here’. Sebuah batu yang digantung melayang, dan sebuah jejak bayang sosok kepala manusia yang menjadi lubang di tengah batu” kata Rain Rosidi.

Seperti kebanyakan perupa yang memberi judul karyanya dengan bahasa asing, Komroden pun mengikuti jejak para perupa lainnya. Karya-karyanya yang dipamerkan dengan tajuk ‘Membaca batu’ diberi judul, misalnya ‘Thanks to Earth’, ‘Sleeping Stone’, ;Burger Stone’, ‘Loosing Adress’ dan sebagainya. Namun ada juga yang mengambil bahasa Indonesia, misalnya ‘Benih Kasih’.

Kisah-kisah naratif-puitik pada karya-karya Komroden Haro, setidaknya bisa membuat orang menyenangi seni patung, dan tidak merasa asing terhadap karya seni patung.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta