Jago Apik Nanging Kluruke Cekak

Jago Apik Nanging Kluruke CekakPepatah Jawa di atas secara harfiah berarti (ayam) jago bagus (wujud dan bulunya) namun suaranya (sangat) pendek.

Ayam jago hingga sekarang menjadi salah satu unggas yang banyak dipelihara oleh hobiis. Ayam ini dipelihara karena memang wujudnya menarik (bagus). Bulunya yang hampir selalu dihiasi surai berwarna kekuningan-oranye-merah, banyak menarik peminat unggas. Ayam jago yang wujud visualnya bagus umumnya juga suaranya bagus. Akan tetapi hal demikian memang tidak bisa dipastikan atau bukan menjadi ukuran yang memiliki keakuratan yang dapat dipercaya. Banyak juga ayam jago berwujud/berbulu bagus namun suaranya pendek dan serak. Bahkan sama sekali tidak merdu. Hal ini sering mengecewakan bagi pemeliharanya.

Pepatah di atas sebenarnya ingin menyatakan agar orang jangan mudah terbius, terpesona, terkagum-kagum akan penampilan fisik atau visual seseorang. Sebab penampilan demikian sangat sering bisa menipu dan mengaburkan jati diri yang sesungguhnya dari orang yang bersangkutan. Sudah menjadi kebiasaan bahwa orang atau manusia ingin tampil sebaik mungkin di hadapan orang lain. Dengan harapan agar dikagumi, diterima, dihargai. Oleh karena itu orang pun berbusana yang sebaik-baiknya, kalau perlu dengan busana paling mutakhir yang berharga mahal, sepatu mahal dan disemir mengkilap, berasesori mahal, dengan make up yang hebat, dengan pafum yang wangi dan elegan, dengan semir rambut untuk menutup uban, bahkan kalau perlu dengan operasi plastik, pengencangan kulit dan payudara, pemutihan kulit, dan sebagainya. Secara visual orang yang demikian menjadi kelihatan menarik, cantik/ganteng, dan kelihatan mewah (gemerlap).

Namun penampilan yang demikian belum tentu mencerminkan kegermelapan jiwa dan hatinya. Belum tentu mencerminkan kekayaan hatinya. Bahkan belum tentu juga mencerminkan kekayaan dirinya yang senyatanya. Barangkali kita akan terpesona oleh penampilan yang demikian lalu kita beranggapan bahwa orang yang demikian pasti pintar, cerdas, intelek, dan sungguh-sungguh kaya serta berhati baik, bagus sebaik penampilan fisiknya. Namun bisa saja terjadi orang yang demikian itu sebenarnya bodoh bahkan bego, tidak bisa apa-apa. Bisa jadi juga orang yang demikian itu sesungguhnya hidupnya tidak terlalu berkecukupan, bahkan banyak hutangnya, korup, manipulatif, penuh kebohongan, dan seterusnya. Bisa jadi juga orang yang demikian itu juga kejam, jahat, munafik, kikir, pokil, dan sebagainya.

Pepatah ini hanya ingin mengajarkan bahwa hendaknya jangan menilai orang dari sisi luarnya belaka. Jangan mudah terkecoh oleh penampilan yang sebenarnya merupakan aktivitas yang semu dan ”seolah-olah”. Bukan yang senyatanya. Jangan pula hidup itu hanya berfokus pada hal-hal yang tampak secara visual, namun hati sanubari perlu terus diperbaiki agar hidup itu tidak saja bagus di sisi penampilan dan ”kelihatannnya”, namun juga bagus di sifat dan tindakan nyatanya.

a.sartono




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta