Tembi

Berita-budaya»IBRAHIM BELAJAR DARI BINATANG

16 Aug 2011 10:11:00

IBRAHIM 'BELAJAR' DARI BINATANGAda yang mengagetkan mengunjungi Sangkring Art Space di Nitiprayan. Di ruangan berlantai dua ini ada banyak binatang dalam ukuran besar. Bahkan sebelum memasuki ruangan, di halaman yang biasanya untuk parkir sepeda mtor atau mobil, bertengger seekor ‘kalajengking’ besar berwarna oranye. Di ruangan Sangkring, ada semut dengan ukuran 340 cm x 130 cm. Kita bisa bayangkan berapa besar ukuran semut itu.

Namun, semua binatang yang ada di Sangkring dalam ukuran besar-besar, bukan binatang sungguhan, melainkan karya seni patung dari Noor Ibrahim. Karena sebagai patung, pastilah semua binatang itu tidak bergerak. Masing-masing bertengger di tempatnya, tanpa sedikitpun bergerak. Disudut pojok, mulai pintu masuk, ada seekor ayam jago warna merah. Memang tidak sedang berkokok, tetapi sayapnya mengepak, seolah berkokok. Di sudut yang lain, ada seekor semut. Tidak sedang merambat memang. Semut warna hijau lumut itu, ‘mengagetkan’ orang karena ukuannya besar. Padahal, selama ini yang kita tahu,IBRAHIM 'BELAJAR' DARI BINATANGsemut ukurannya sangat kecil. Karena semut karya Ibrahim ini berupa patung, kalau ukurannya kecil seperti semut, pastilah kesulitan membuatnya.

Ibrahim seperti ‘dekat’ dengan binatang. Atau mungkin dia ‘sedang belajar’ dari binatang. Bermacam jenis bintang, dengan nama yang berbeda-beda dia ‘hadirkan’ untuk model belajar. Atau setidaknya dia mengajak manusia untuk belajar melalui binatang. Lha, kenapa terbalik, manusia belajar dari binatang? Bukankah manusia memiliki akal budi, yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Selain itu manusia bisa mengelola (sekaligus merusak) alam. Tapi bagi Ibrahim, binatang merupakan makhluk yang bisa bertahan ditengah kerasnya alam.

“Binatang pada umumnya memiliki semangat dan keberanian, juga insting yang kuat untuk bertahan hidup dari alam yang keras dan berkuasa. Kehidupan memang memiliki seleksi alam yang ketat, maka kita sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan binatang, jika tidak memiliki semangat hidup yang lebih tinggi, maka alam akan melibasnya. ManusiaIBRAHIM 'BELAJAR' DARI BINATANGseharusnya belajar dari intensitas binatang terhadap alam” kata Ibrahim mantap.

Padahal, yang sering kita dengar, bukan alam yang ‘melibas’ manusia. Malah sebaliknya, manusia yang merusak alam dan menghancurkan binatang, sehingga banyak binatang yang telah musnah dan tidak lagi dikenali lagi identitasnya. Kita sering mendengar nama binatang, tetapi jenis binatannya (sudah) tidak ada lagi. Mungkin sudah punah. Barangkali, Ibrahim mengajak manusia untuk menghargai binatang dan alam, agar manusia tidak merusak kehidupan lain, yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup lainnya.

Kita seringkali mendengar nama binatang ‘capung’, atau kinjeng dalam bahasa jawa, disebut sebut, namun anak-anak sekarang tidak dengan mudah menemukan binatang ‘capung’ itu. Padahal, 40 tahun yang lalu, binatang ‘capung’ mudah sekali untuk ditemukan. Maka, kalau kemudian Ibrahim membuat patung ‘capung’ dan diberi judul ‘survival’, rasanya Ibrahim, sedang mengajak kita semua untuk menjaga ‘capung’ jangan sampai punah.

Atau juga patung ayam jago, yang diberi judul ‘Tanda Pagi’. Agaknya, Ibrahim mempunyai pengalaman dibangunkan ayam setiap harinya. Atau setidaknya, setiap ada ayam berkokok, tandanya pagi suIBRAHIM 'BELAJAR' DARI BINATANGdah tiba, dan Ibrahim mengerti akan hal itu.

Apa yang ingin dilakukan Ibrahim dalam pameran ini?

“Dalam pameran ini saya hanya ingin bicara tentang manusia melalui binatang.Yang membedakan manusia dengan binatang adalah otak dan pikirannya. Tetapi saya lihat banyak sekali manusia yang memuja kepandaian otaknya, kemudian menjadi kehilangan rasa kemanusiannya. Kecerdasan yang akhirnya saling menghanncurkan” jawab Ibrahim.

Rupanya, Ibrahim sedang menyindir manusia melalui pameran binatang. Entah manusia mana yang sedang disindirnya. Tapi rasanya, manusia yang hidup di bumi (Indonesia) ini. Ini artinya, Ibrahim juga sedang menyindir dirinya sendiri.

Ons Untoro




Artikel Lainnya :



Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta