Gabul, Ampas Singkong yang Populer di Pundong, Bantul, Jogja
Gabul, demikian namanya. Nama itu bukan nama orang, melainkan nama benda atau tepatnya ampas dari proses pembuatan tepung tapioka. Nama ini mungkin memiliki varian di tempat lain, namun di Pundong, Bantul, Jogja, nama ini sudah demikian populer. Benda ini akan dapat dengan mudah kita temukan, khususnya di wilayah Dusun Tulung dan sekitarnya. Pasalnya Dusun Tulung, Kalurahan Srihardono, Kecamatan Pundong ini dikenal sebagai wilayah produsen tepun tapioka sekaligus produsen mie dengan bahan tepung tapioka ini. Mie dengan bahan tepung tapioka ini di wilayah ini sering disebut sebagai Mie Pentil (huruf ”e” pada kata ”pentil” dibaca seperti kalau kita membaca huruf ”e” pada kata ”penyok”).
Sumber setempat menyatakan bahwa produksi pati kanji atau tepung tapioka di Dusun Tulung ini umumnya dilakukan dalam skala industri rumah tangga. Oleh karena itu pula bisa dikatakan bahwa semua ibu rumah tangga di Dusun Tulung nyaris tidak ada yang menganggur. Mereka terlibat langsung dalam proses produksi tepung tapioka tersebut. Sementara kaum laki-laki (kepala rumah tangga) kecuali bekerja sebagai PNS, guru, pedagang, dan lain-lain umumnya juga terlibat dalam proses produksi tepung tapioka ini sekalipun banyak dari mereka yang tidak terlibat secara penuh waktu (full time).
Menurut Sagino (60) yang sempat berbincang dengan Tembi di tengah kesibukannya menjemur Gabul menyatakan bahwa dari 100 kilogram singkong segar akan dihasilkan 16 kilogram tepung tapioka kering. Jadi, untuk mendapatkan ”ekstrak” saru pati singkong ini memang dibutuhkan banyak singkong. Saat ini untuk satu kilogram singkong segar dibanderol dengan harga 1.300 rupiah. Jadi untuk membeli 100 kilogram singkong diperlukan dana 130.000 rupiah. Sedangkan harga 1 kilogram tepung tapioka adalah 8.500 rupiah.
Jadi, 100 kilogram singkong akan menghasilkan 16 kilogram tepung tapioka dengan harga jualnya 16 x 8,500 = 136.000 rupiah. Jadi untuk 100 kilogram singkong akan dihasilkan laba 6.000 rupiah. Laba ini di luar penjualan ampas singkong yang disebut Gabul atau onggok.
Onggok atau Gabul ini biasanya akan dijemur di sekitar rumah produksi. Gabul merupakan ampas singkong yang umumnya akan digunakan untuk pakan ternak (sapi, kerbau, dan domba/kambing). Gabul ini akan mengalami penjemuran selama 2 hari (jika cuaca terang/panas). Namun jika cuaca hujan, maka penjemuran Gabul akan berjalan berhari-hari. Hal demikian tentu saja akan menambah ongkos produksi. Gabul atau onggok kering umumnya dijual dengan harga 2,500-3.000 rupiah per kilogramnya. Jika untuk 100 kilogram singkong akan dihasilkan 16 kilogram tepung tapioka dan 20 kilogram Gabul, maka perolehan keuntungan dari proses produksi atas 100 kilogram singkong adalah 6.000 rupiah ditambah 20 x 2,500 = 50.000 rupiah. Total laba bersih untuk itu adalah 6.000 + 50.000 = 56. 000 rupiah. Umumnya rumah tangga-rumah tangga di Tulung mampu memproses 300 kilogram singkong dalam seharinya. Oleh karena itu pula penghasilan yang didapatkan dalam sehari dari proses produksi itu kira-kira 3 x 56.000 = 168.000 rupiah.
Gabul kering ternyata tidak hanya untuk asupan pakan ternak, namun bisa juga digunakan sebagai bahan campuran untuk produksi mie pentil, geplak, krupuk, dan jenis makanan yang disebut Abangan.
a.sartono
Artikel Lainnya :
- TAMANSARI TAHUN 1881 DAN TAMANSARI SETELAH DIPUGAR(17/10)
- Istana Presiden Indonesia(05/05)
- RUMAH MAKAN SEPOER, MENCIPTAKAN SUASANA MAKAN SEPERTI DI STASIUN ATAU DALAM GERBONG KERETA API(25/08)
- JOGJA JUGA PUNYA JEMBATAN MERAH(15/06)
- 27 Januari 2010, Yogya-mu - KETEDUHAN DI JALAN PAKUNINGRATAN: BAGAIMANA MEWUJUDKANNYA(27/01)
- Perdana Kartawijudha Mendapat Lebih dengan Berbagi(24/10)
- 14 Juli 2010, Yogya-mu - ZEBRA CROSS GAMBAR ORANG DI YOGYAKARTA(14/07)
- Mahasiswa UGM Baca Puisi Tagore di Sastra Purnama(31/01)
- JALAN-JALAN DENGAN NAMA JENDRAL DI YOGYA(01/01)
- 29 Juni 2010, Bothekan - YUYU RUMPUNG MBARONG RONGE(29/06)