Fombi Yogyakarta Bersilaturahmi dengan Komunitas Musik Bandung
Perjalanan menjalin komunitas Fombi dengan komunitas musik Bandung menjadi perjalanan yang menarik dan bermanfaat. Tak hanya saling berbagi ilmu di bidang musik, berbagi pengalaman menjadi obrolan yang seru, sampai tiga hari rasanya tak cukup untuk berkenalan dengan komunitas musik di sana.
Fombi bersama angklung raksasa di Saung Angklung Mang Udjo
Masuk tahun ketiga, Fombi (Forum Musik Tembi) kembali menggelar Festival Musik Tembi yang secara rutin berlangsung setiap tahun di bulan Mei. Komunitas peminat, pelaku dan penikmat musik di bawah naungan Tembi Rumah Budaya ini sudah mensosialisasikan agenda tahunannya sejak Desember 2012 melalui media sosial.
Ketika festival pertama diadakan tahun 2011, Fombi melakukan sosialiasasi dan hubungan hanya lewat media internet. Namun, untuk kegiatan tahun ketiga ini Fombi terjun langsung ke berbagai kota, seperti Bandung, Malang dan Jakarta. Terjun ke Bandung diselenggarakan pada 22-24 Februari 2013
“Kita maunya Fombi tidak hanya bertindak sebagai penyelenggara, tetapi harus tahu persis apa yang kita selenggarakan. Maka dari itu kita dateng langsung ke komunitas-komunitas musik dan mencari tahu juga seperti apa kegiatan mereka,” kata Marcellina Rosiana dari Fombi.
Kota kembang, Bandung, menjadi salah satu pilihan Fombi dalam hal sosialisasi dan silaturahmi antarkomunitas. Karena pada tahun kedua penyelenggaraan Festival Musik Tembi 2012, beberapa peserta datang dari Bandung.
Universitas Pasundan (Unpas) menjadi tempat kunjungan awal Fombi. Workshop alat musik keramik menjadi salah satu pengalaman baru Fombi yang ditemukan di kampus ini. Asep Nata, dosen musik Unpas, mengaku senang dengan kedatangan rombongan Fombi, karena semangat yang dibawa oleh anak-anak muda ini untuk musik Tanah Air.
Komunitas Musik Jendela Ide saat latihan di Sabuga
Sudah dua tahun berjalan, Unpas bersama Asep Nata mencoba membuat gamelan keramik lengkap. Namun dengan berbagai kesulitan dan keterbatasan sampai sekarang baru mendapat 4 oktaf. Baru saja mereka kembali meneliti bahwa keramik yang terbuat dari batu granit memiliki bunyi yang lebih bagus dan panjang. Jadi mereka berencana memulai dari awal pembuatan gamelan lengkap dari keramik.
Setelah Unpas, perjalanan dilanjutkan ke Saung Angklung Mang Udjo. Di tempat pertunjukan dan pusat kerajinan tangan dari bambu yang didirikan tahun 1966 ini, juga terdapat laboratorium pendidikan dan pusat belajar untuk memelihara kebudayaan Sunda, khususnya angklung.
Bhawika, penerus yang mengurus Saung Angklung, mengatakan tempat ini sudah lama ingin membuat kegiatan yang sifatnya komunitas, salah satunya adalah mereka memberikan fasilitas panggung lengkap untuk pertunjukan komunitas Nuun dari Yogyakarta.
“Kami sampai saat ini hanya bisa memberi fasilitas tempat. Jadi kalau teman-teman berminat melakukan tur musik, kami siap menjadi salah satu tempat penyelenggara, dan tentunya ke depannya kami juga ingin berbagi ilmu musik angklung ini dengan komunitas musik di berbagai kota,” paparnya.
Jendela Ide yang terletak di Sabuga menjadi tempat wajib kunjung Fombi berikutnya. Ini sebuah wadah aktivitas anak dan remaja yang bertujuan menstimulasi perspektif budaya melalui berbagai kegiatan seni, musik, tari, teater, lukis dan lainnya.
Pertunjukan angklung di Saung Mang Udjo
Kebetulan salah satu peserta Festival Musik Tembi 2012, Sound of Hanamangke, berasal dari komunitas ini. Jendela Ide juga memiliki agenda musik rutin, salah satunya Bandung World Jazz yang selalu ramai setiap tahunnya.
Rumah Musik Harry Roesli menjadi kunjungan terakhir Fombi. Yala Khrisna Patria, anak kedua almarhum Harry Roesli, menerima kunjungan Fombi. Yala mengajak Fombi untuk mengenal lebih jauh apa itu Rumah Musik Harry Roesli (RMHR).
Selain memiliki studio untuk berlatih musik, rumah ini juga sebagai tempat berkumpulnya pengamen jalanan. Mereka juga kerap mengadakan pertunjukan musik anak jalanan. Memang tempatnya tidak terlalu besar, namun menurut Yala selalu ramai jika mereka mengadakan pertunjukan.
Yala mengenalkan salah satu pengamen jalanan cilik berbakat dan menyuruhnya bernyanyi di depan Fombi. Sebuah lagu fenomenal milik Adele ‘Someone Like You’ terdengar merdu keluar dari mulut kecilnya.
“Maunya sih kami menampung semua pengamen jalanan, tapi karena keterbatasan tempat jadi tidak bisa semua ditampung,” tutur Yala. Yala menjelaskan, pengamen jalanan yang datang ke RMHR harus membuat karya, jadi tidak ada yang datang hanya untuk nongkrong-nongkrong atau main-main.
Kedatangan Fombi ke kota Kembang ini sangat bermanfaat, apalagi beberapa dari musisi di sana ingin berkunjung ke markas Fombi untuk bergantian silaturahmi dan melihat kegiatan musik yang diadakan di Fombi.
Fombi berharap bisa bersilaturahmi ke komunitas-komunitas musik di kota lain, supaya visi Fombi menjadi ruang berkreasi dan mengembangkan diri kaum muda dalam bermusik bisa tersebar luas.
Rumah Musik Harry Roesli
Natalia S.
Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Rekiblik Bagong, Pameran Lukis Harsono Sapuan dan Yan Santana di Hotel Wisata Yogyakarta(04/03)
- Tumpeng Gede Banget Terbuat dari Kue Keranjang, Wujud Akulturasi Budaya di Yogyakarta(01/03)
- Penyair Generasi Imut Pun Layak Tampil di Terang Bulan Tembi(27/02)
- Pelajar SMAN 2 Sleman Berkunjung ke Tembi, untuk Menambah Wawasan(27/02)
- Totok Sudarto, Mendapatkan Kejujuran Selepas Dinas AU dan Wakil Bupati(26/02)
- Konser Bad Cellist yang benar-benar Good(23/02)
- Mengupas Ajaran Patih Gadjah Mada Yang Layak Jadi Pedoman Pemimpin(23/02)
- Saras Dewi Menyingkap Ayu Utami Melalui Eks Parasit Lajang(22/02)
- Saras Dewi Menyingkap Ayu Utami Melalui Eks Parasit Lajang(22/02)
- Kota Lasem Pernah Disebut Sebagai The Litttle Beijing Old Town(22/02)